webnovel

Wizard of the Last, Elliza

Penyihir, sebutan bagi mereka manusia yang mampu menggunakan ilmu magis. Ilmu magis bagi manusia dianggap sebagai ajaran sesat dimana seseorang menyerahkan separuh jiwa mereka terhadap para demon. Karena itu keberadaan manusia pengguna sihir tidak banyak. Manusia yang takut dengan kekuatan mereka menciptakan larangan sihir menyebar, dan saat keberadaan pengguna sihir diketahui, hal buruk akan menimpa mereka. Mereka akan diburu, ditangkap, kemudian dieksekusi. Beberapa yang nyawanya diampuni dijadikan seorang budak. Seperti itulah sebuah kerajaan bekerja demi memberantas para penyihir. Namun takdir semua penyihir akan berubah semenjak kelahiran seorang gadis bernama Elliza. Dia akan membuktikan bahwa manusia dan para penyihir dapat hidup berdampingan di atas tanah kelahiran yang sama.

Ay_Syifanul · Fantasy
Not enough ratings
17 Chs

Bagian 15 - Penyelidikan Kasus, Bagian 2

"Libra?"

"Ya. Saat penyelidikan kami diserang oleh dua orang berjubah yang mengenalkan diri mereka sebagai anggota dari sebuah organisasi."

"Dan nama organisasi mereka adalah Libra? Baiklah, kami akan segera urus berkas yang anda butuhkan. Bisakah kalian menunggu beberapa menit?"

Pagi selanjutnya, Nixia segera menemui Elliza di kamar penginapannya dan mengajaknya pergi ke perserikatan.

Mereka tak berada di kamar yang sama karena Elliza yang menginginkannya. Nixia yang tak tau alasannya memilih untuk tetap bungkam dan mengiyakannya tanpa bertanya kembali. Meski begitu kamar mereka bersebelahan.

"Baiklah."

Setelah melalui beberapa tahadapan, sebagai petualang peringkat emas bahkan tanpa menjadi anggota eksklusif dia berhak mendapatkan informasi tekait permintaan yang tengah mereka selesaikan.

Menunggu dengan duduk di tempat yang ada, Nixia memperhatikan sekelilingnya. Begitu banyak petualang di sana yang berlalu lalang seperti halnya sebuah perserikatan di ibukota.

Mereka memiliki perlengkapan tempur yang beragam. Dari anggota baru dengan perlengkapan rendah dan juga petualang peringkat emas sama sepertinya dengan persenjataan lengkap. Bahkan ada yang menggunakan zirah besi lengkap dengan penutup kepalanya.

"Mereka terlihat begitu kuat."

Begitulah komentarnya. Dari semuanya, hanya Nixia lah petualang peringkat emas dengan perlindungan paling minim.

Meski berbahaya, namun bagaimana juga Nixia adalah gadis diumurnya yang masih memikirkan tentang penampilan mereka.

"Ada apa Nixia, kau sepertinya sedang memikirkan sesuatu."

Elliza bertanya karena merasa aneh dengan sikap Nixia. Saat ini tubuh gadis itu begitu tegang seolah tengah mewaspadai sesuatu, terlebih lagi mungkin terdengar aneh, namun Nixia tidak sering memandangnya.

"Ah, maaf. Barusan kau bilang apa?"

Merasa sahabatnya itu memanggilnya Nixia segera berpaling. Elliza menjadi tambah khawatir melihat sikapnya itu.

"Sikapmu hari ini aneh, apa yang terjadi padamu?"

Segera Nixia membulatkan matanya tersadar. Terlalu memikirkan hal yang tidak tidak hanya akan menambah kekhawatiran Elliza.

Baginya, mungkin Nixia belum bisa kembali dari masa-masa kelam itu. Saat dirinya bertindak ceroboh hingga membuatnya kehilangan teman berharganya, Nixia pikir akan lebih baik jika dia lebih memikirkan lagi matang-matang keputusannya.

"Maaf Elliza, ini bukan apa-apa. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

Meski begitu tetap saja Elliza masih menaruh perasaan risau. Selama ini Nixia selalu melakukan apapun demi dirinya, karena itu ada kemungkinan alasan sikap anehnya adalah karena dirinya.

"Sepertinya hari ini cukup ramai ya?"

Memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut, Elliza berujar demikian. Bagaimana juga Elliza benci keheningan.

"Sepertinya begitu. Kau lihat seperti inilah perserikatan pusat bekerja. Mereka adalah pusat dari segala perserikatan cabang yang ada di berbagai kota di bawah naungan Kerajaan Merlia. Jadi mereka begitu sibuk dan yah seperti yang kau lihat tempat ini sangat besar."

"Benar juga. Aku selalu penasaran, bagaimana cara pimpinan perserikatan mengolah tempat sebesar ini dan juga informasi yang masuk dari berbagai kota lho."

"Hey, perserikatan ini sudah berdiri sejak lama. Kalau mereka tak sanggup mungkin saat ini tak akan ada petualang."

"Ahahaha... kau harus pergi ke kerajaan tetangga jika itu terjadi. Saat ini mungkin sumber pendapatan semua orang adalah karena pekerjaan ini."

Tanpa sadar semuanya kembali seperti biasanya. Elliza bisa berbincang dengan Nixia dengan normal.

Seiring berjalannya waktu, seseorang wanita menghampiri meja mereka. Elliza terpaksa harus menghentikan kata-katanya mengingat wanita itu adalah salah satu bagian dari resepsionis.

"Nona Nixia, Nona Elliza, berdasarkan permintaan sebelumnya Pimpinan ingin berbicara dengan kalian. Diharap untuk segera menuju lantai atas. Pimpinan telah menunggu kalian."

Mendengar pernyataan mendadak itu, suasana ramai di sekeliling mereka berubah menjadi senyap. Keheningan karena mengetahui seorang petualang mendapat panggilan dari pimpinan perserikatan menjadi bahan pembicaraan mereka.

"Pimpinan yang kau maksud itu..."

"Benar. Pimpinan tertinggi yang memimpin perserikatan pusat, Tuan Earl Ervalleo Reagis."

Mendengar namanya tak hanya Nixia dan Elliza, namun hampir semua orang yang mendengarnya ikut terkejut dengan tatapan tak percaya.

"Benarkah itu?!"

"Hey, Tuan Earl sampai memanggil mereka."

"Memangnya siapa mereka?"

"Kau tak tau?! Ada rumor tentang si biru. Katanya dia adalah petualang tingkat emas dari Ramius dengan julukan 'Witcher Hunter'."

"Apa itu sungguhan?!"

Tanpa sadar Nixia menjadi buah bibir diantara mereka. Rasanya begitu menyesakkan mendengar dirinya dipanggil dengan julukan itu apalagi saat Elliza ada di dekatnya.

Menahan emosinya, Nixia segera berdiri dan berbalik menuju tangga lantai dua. Elliza yang dapat merasakan perasaan tak suka dari gadis itu segera mengikutinya dengan sesaat menatap ke arah para petualang yang membicarakan mereka.

Hatinya mungkin sakit, namun dibandingkan dengan semua yang telah dilalui gadis itu, ini tidak sebanding. Nixia harus menanggung rasa bersalah setelah membunuh begitu banyak penyihir dan juga penyesalannya yang sampai melibatkan sahabatnya hingga sahabatnya itu meregang nyawa di hadapannya.

Mereka yang tak tau apa pun hanya sanggup berkata besar dan memberikan segala macam pujian padanya, namun mereka tak tau dalam dirinya hati kecilnya terasa begitu teriris dan diperas begitu kencang.

Walaupun Nixia sudah melalui semua itu, dia masih belum sanggup menerima kenyataan. Pada akhirnya, semua kehendaknya dikendalikan dan semua mengarah pada hal yang tidak baik.

Dia pernah berpikir untuk memberikan Elliza sosok yang lebih layak dibandingan dirinya, seorang pembunuh berdarah dingin yang telah merenggut kebahagiaan orang lain.

Rasanya isi kepalanya akan pecah dan Nixia akan dapat berteriak untuk mengeluarkan semua kekesalannya jika saja sebuah tangan tidak menghentikan langkah kakinya.

Tangan itu dengan hangat menyentuh bahunya kemudian mengusapnya dengan lembut.

Kemudian sebuah suara berujar dengan hangat padanya.

"Kau tak perlu memikirkan perkataan mereka. Kau sudah melakukan yang terbaik. Kau tak perlu menyesali apa pun."

Suara itu adalah milik Elliza. Nixia ingin berbalik untuk membalasnya, namun dia takut Elliza tau ekspresi wajahnya saat ini. Wajah seseorang yang tak dapat lepas dari dosanya.

"Maaf... maafkan aku..."

"Bukan kau yang seharusnya meminta maaf. Itu seharunya aku, kau selalu saja memikirkan yang terbaik untuk semua orang bahkan diriku, akan tetapi aku hanya diam dan tak pernah bisa membalasnya."

"Kau salah. Aku pembunuhnya, jika bukan karena aku..."

Tangan yang mengusap pundak Nixia sedikit memberikan kekuatannya untuk membungkam gadis itu segera.

"Sudah hentikan. Aku tak ingin berdebat tentang ini denganmu. Jadi tolong... lupakan saja. Dosa itu tak seharusnya jadi milikmu."

"Elliza..."

Nixia juga tau. Meskipun mereka akan melanjutkan perdebatan itu Nixia yakin tak akan berakhir baik dan mungkin lebih buruk lagi hubungannya dengan Elliza akan merenggang.

"Maaf, aku hanya terbawa suasana."

"Tak apa-apa. Kalau begitu kenapa kita tidak lanjut? Ada masalah penting yang harus diselesaikan saat ini."

Benar. Ini tentang Libra. Organisasi yang muncul sesaat setelah Nixia dan Elliza mencari tau tentang hilangnya ke-12 orang di ibukota. Mereka yakin Earl pasti memiliki semua jawaban itu. Karena itu mereka tak lagi membuang waktu dan segera pergi ke lantai dua.

Disana, terpajang di atas pintu sebuah tulisan mencolok bertuliskan 'Ruangan Guild Master' tanpa sesuatu yang begitu mencolok layaknya perserikatan itu sendiri.

Entah Elliza atau Nixia, mereka sama-sama sempat meragukan bahwa ruangan itu adalah milik pimpinan tertinggi perserikatan. Mereka pikir karena dia adalah bangsawan dengan gelar Earl, maka tempat itu akan menjadi sesuatu yang megah dan mewah.

"Aku akan mengetuknya..."

Secara perlahan, Nixia mengetuk pintu sebanyak tiga kali untuk memastikannya.

Dari dalam ruangan terdengar seperti suara derap langkah kaki mendekat. Mereka mundur untuk mengantisipasinya dan saat pintu terbuka nampak seorang gadis dengan wajah dan pakaian pelayannya yang imut menengok keluar dengan menatap mereka berdua.

"Apakah kalian Nona Nixia dan Nona Elliza yang membuat permintaan? Saya mohon maaf atas panggilan tiba-tiba beberapa saat lalu, tapi permintaan Master tak bisa ditolak. Silahkan untuk masuk, Master sudah menunggu."

Mengenakan pakaian pelayan dengan ekspresi lembut di wajahnya, pelayan itu mempersilahkan Elliza dan Nixia masuk.

Karena tak mengerti keadaan mereka, sesaat Nixia dan Elliza saling menatap satu sama lain berulang kali. Untuk beberapa saat kaki mereka enggan melangkah hingga setelah pintu terbuka dengan lebar nampak sosok pria berpakaian rapi yang duduk di balik meja kerjanya tengah memainkan pena di tangannya.

Saat mengetahui pelayannya membukakan pintu, kepala pria itu terangkat menatap kedua gadis itu memberikan tatapan hangatnya juga senyum yang memikat.

"Ah, kalian sudah datang. Masuklah, kita tak bisa berbicara jika kalian berada di luar."

Kata Earl Ervalleo dengan tangannya yang mempersilahkan mereka berdua masuk.

Begitu tersadar dari lamunan mereka, Nixia dan Elliza melangkah masuk dengan perlahan mendekati Earl Ervalleo. Akan tetapi saat Elliza melewati sang gadis pelayan, dia merasakan sebuah perasaan tidak enak.

Saat ditatapnya, pelayan itu masih memasang senyum ramah seperti sebelumnya membuat Elliza terheran. Memutuskan untuk tidak menghiraukannya, Elliza hanya mengikuti Nixia dari belakang.

"Berhubung kalian disini, aku selaku bangsawan Earl merasa terhormat bertemu dengan petualang terampil dan kuat sepertimu, Nona Nixia. Tapi disamping itu ada pembicaraan serius yang harus aku sampaikan pada kalian."

Setelah Earl menyelesaikan perkataannya, terdengar suara pintu yang tertutup. Awalnya tak ada yang aneh dengan hal tersebut, namun tak lama berselang Elliza bahkan Nixia bisa merasakan sebuah perasaan yang begitu akrab untuk orang seperti mereka.

Perasaan itu menyebar dengan cepat seperti sebuah lapisan kulit yang menyelimuti ruang terbatas diantara mereka.

"Ini... sihir...!?"

"Bahkan dengan skala sebesar ini... jangan-jangan, gadis itu!"

Mereka segera berbalik menemukan seorang gadis dengan ekpresi datar di wajahnya. Ekspresi itu jauh berbeda dari sebelumnya. Dari tangannya yang menyentuh gagang pintu teralirkan sebuah energi sihir yang kemudian melingkup hingga mengurung mereka berempat.

"Earl, apa maksudnya ini?!"

Nixia akan menarik pedang miliknya sebelum Earl Ervalleo menghentikannya.

"Tenangkan dirimu, Nona. Aku tak bermaksud untuk mengejutkanmu, tapi ini hanyalah salah satu dari bentuk pencegahan."

"Pencegahan? Apa maksudmu?"

Sebelum Earl menjelaskannya, Elliza lebih dulu mengatakan apa yang dia pikirkan sedari tadi.

"Nixia, sihir ini adalah sihir penghalang yang digunakan untuk membatasi ruang. Menggunakan sihir ini berarti menolak segala bentuk kontak yang masuk dari luar. Tak akan ada orang yang bisa masuk atau mendengar apapun yang terjadi disini."

"Apa?"

Awalnya Nixia berpikir kalau Earl berusaha untuk memanfaatkan situasi mereka untuk keuntungannya, namun hingga melakukan teknik sihir di tempat umum sepertinya Earl memiliki alasan khusus.

"Seperti yang dikatakan teman penyihirmu itu. Ini hanya sihir untuk mencegah sesuatu mengganggu pembicaraan kita. Dan sebagai bonus, Melisa adalah penyihir, tapi dia juga adalah budak milikku. Kalian bisa memastikannya dengan melihat tanda budak di belakang lehernya."

Begitu mendengar penjelasan Earl Ervalleo, tanpa perintah gadis pelayan itu membalikkan badannya dengan mengangkat rambut hitam miliknya memperlihatkan tengkuk indah miliknya yang kini sebagian besar tertutupi oleh tanda budak.

Tetapi, diantara semua itu yang justru yang mengejutkan mereka adalah kenyataan kalau Earl telah mengetahui kalau Elliza adalah seorang penyihir.

Sontak secara naluriah Nixia berdiri dihadapan Elliza berusaha melindunginya. Earl yang mendapati pemandangan mengejutkan di hadapannya hanya bisa tersenyum.

"Tenang saja Nona. Aku akan menjamin keselamatan kalian berdua dan aku juga akan merahasiakan kebenaran temanmu itu."

"Semua berjalan mudah bukan?"

"Apa kau tak mempercayaiku, Nona Nixia? Selain tidak ingin ikut campur, akan sangat disayangkan jika petualang tingkat emas sepertimu memilih memusuhi perserikatan."

Sebelum Nixia menjadi salah paham pada perkataan Earl, Elliza menepuk pundaknya seraya menggelengkan kepala padanya.

"Nixia, semua yang dikatakan Earl benar. Lagipula kita kesini bukan untuk berkelahi."

"Tapi Elliza..."

"Percayalah padaku. Semua akan baik-baik saja."

Melihat Elliza yang bahkan tidak mencurigai apapun pada Earl Ervalleo, Nixia menurunkan tangannya.

Tubuhnya mulai mengendur, namun tatapannya belum bisa lepas dari mata Earl untuk menemukan sedikitnya kebohongan dari perkataannya.

Terlebih karena Nixia tak ingin berdebat dengan Elliza, dia mengambil langkah lebih dekat kemudian berujar pada Earl.

"Aku tak tau apa yang kau rencanakan, asal kau tau juga aku tak pernah bisa mempercayai siapa pun lagi. Jadi jangan harap aku bisa mempercayaimu setelah semua ini."

Earl Ervalleo tidak bergeming, dia juga tidak terlihat terkejut. Yang dia lakukan hanyalah mengangguk mengindahkan perkataan Nixia. Dia pikir juga itu yang terbaik mengingat siapa yang kini berada di hadapanya.

"Tak apa-apa jika kau menginginkannya. Aku juga tau hal ini salah, tapi asalkan kalian tau informasi ini tak boleh bocor pada siapa pun."

"Maksud anda adalah Libra bukan?"

Menimpali perkataan Earl, Elliza membuat suara yang rendah.

"Kami tak tau kenapa mereka menghalangi kami hanya untuk menyelesaikan permintaan untuk petualang peringkat perak."

"Tapi bagaimana jika permintaan itu bukanlah permintaan untuk petualang peringkat perak?"

"Apa maksud anda?"

Karena masih kesal, Nixia mulai banyak terdiam dan sesekali memperhatikan gadis bernama Melisa di belakang mereka yang masih terdiam dengan tangan menyentuh gagang pintu.

"Ini bukan pertama kalinya nama Libra muncul. Aku mendapat laporan dari beberapa cabang perserikatan yang menyebutkan nama organisasi gelap telah melakukan gangguan di beberapa kota. Dan yang menjadi kebetulan adalah nama organisasi itu adalah Libra."

"Tunggu sebentar, itu berarti Libra bukanlah sekadar organisasi gelap biasa."

"Benar. Meski begitu, bukan itu saja yang harus kalian khawatirkan."

Pembicaraan itu tumbuh menjadi lebih serius saat Nixia menyadarinya. Dia melangkah lebih dekat berdiri di samping Elliza ikut mendengarkan

Entah Elliza atau Nixia mereka sama-sama menyimpan pertanyaan serupa dalam hati mereka. Mengetahui itu Earl Ervalleo menyerahkan selembar dari tumpukan berkas di atas meja kerjanya.

Menerimanya dengan tangan kanannya, Elliza memperlihatkannya juga pada Nixia seraya membaca isi lembaran itu.

Seketika mata mereka terbelak dengan lebar.

"Aku sudah mengkonfirmasi dengan melakukan pemantauan secara berkala. Tidak salah lagi, Libra didirikan sebagai organisasi para penyihir yang berusaha menentang ibukota."