webnovel

Book Tower

Sudut Pandang Hozard:

Sudah satu minggu lebih sejak aku memasuki Akademi Evaria, ini Akademi yang bagus dan nyaman, bahkan kamarnya pun sangat nyaman karena memang kebanyakan yang mendaftar adalah seorang bangsawan atau orang kaya, jadi mereka menyediakan fasilitas terbaik di tempat ini.

Dan sekarang tak ada lagi yang berani mengganggu diriku, aku bertambah kuat hanya dalam waktu singkat, namun bukan itu penyebab utamanya, penyebab utamanya tidak lain adalah Arthur yang sekarang dekat denganku dan kami pun mendapat kamar yang sama.

Selain itu, Ia juga selalu membantuku untuk belajar sihir dan teknik-teknik yang tak kumengerti. Entah kenapa Ia melakukannya, namun aku sangat berterima kasih padanya, kerena aku sendiri pun tidak memiliki teman sebelumnya, bahkan di desa entah kenapa aku tak memiliki teman.

Dan dari yang aku dengar, memang Arthur juga tidak memiliki teman sejak Ia kecil dan fokus untuk belajar, ada juga rumor yang mengatakan bahwa orang tuanya memaksanya untuk belajar dan tak memperbolehkannya untuk bermain sama sekali.

Namun aku tak tahu kebenarannya, bahkan aku tak pernah pernah bertemu dengan ayahnya, sang pendiri Akademi yang baru berdiri selama 50 tahun.

Aku bangkit dari ranjangku, lalu pergi keluar kamarku, Ini adalah hari libur selama 2 hari dan aku tak memiliki kegiatan di sekolah. sebenarnya Aku cukup bosan karena aku hanya berbaring dan terkadang bermeditasi dan melatih pengendalian sihir cahaya milikku. Untungnya Arthur mengajakku pergi ke Book Tower.

Itu adalah sebuah menara dan bangunan paling tinggi yang ada di benua ini, Itu sekitar 20 kali lebih tinggi daripada dinding kota yang sangat tinggi.

Aku sampai di sana setelah beberapa menit berjalan kaki. Aku tak berkeringat sama sekali, setelah melatih sihir selama beberapa saat ditambah dengan bakat milikku, fisikku menguat beriringan dengan meningkatnya kapasitas manaku.

Bahkan jika aku berlari, aku jauh lebih cepat dari kecepatan biasa. Mataku mencari Arthur, Ia bilang bahwa Ia akan menunggu di dalam di sekitar pintu masuknya, namun aku masih belum menemukannya saat ini.

Tapi ternyata isi dari perpustakaan ini cukup menakjubkan, ada banyak orang yang berada di tempat ini, juga rak-rak buku yang menjulang tinggi yang semuanya berada di sisi menara berbentuk tabung tersebut.

Aku berjalan-jalan sejenak untuk melihat, itu benar-benar sangat banyak, buku tentang pengendalian sihir, teknik sihir, gerakan pertarungan jarak dekat, geografi, sejarah, astronomi dan lainnya.

Aku tidak menaruh perhatian pada judul-judul tersebut, Aku memusatkan perhatianku pada buku-buku yang membahas tentang iblis. Terasa aneh, ada rasa yang mengatakan 'salah' dalam hatiku ketika melihat buku tersebut, rasa yang lebih mirip seperti sihir yang dapat memanipulasi pikiran? memangnya itu ada?

Aku segera mengalihkan pandanganku dan mengambil buku apapun itu yang termasuk dalam golongan pengendalian sihir, aku mengambil sebuah buku yang berjudul "Irae"

Namun sebuah masalah terjadi, aku tanpa sengaja memegang sebuah tangan yang lembut, sebuah tangan seorang gadis. Aku pun segera menarik tanganku dan menoleh kearah pemilik tangan tersebut. Ia sepertinya juga ingin mengambil buku tersebut.

Seorang gadis dengan mata biru laut namun memiliki rambut berwarna biru langit, dan sangat cantik. Lagi-lagi aku terpana melihat wajahnya. Namun aku segera tersadar dan membungkukkan badanku.

"Mohon maaf nona Michelle, atas kelancanganku karena tak sengaja memegang tanganmu." Aku sebenarnya hanya melakukan ini untuk menghindari kecanggungan yang kualami, bukan untuk menjadi sok akrab atau yang lainnya.

Gadis itu terlihat cukup kebingungan dengan sikapku, namun Ia kembali tenang. juga "Sama sekali bukan masalah, eh bukannya kau anak yang juga mendapat lencana emas itu bukan?" Ia menyadari bahwa ini aku.

"Ah iya itu memang aku, maaf aku tak sengaja memegang tanganmu nona, mungkin rasanya menjijikan karena bersentuhan dengan rakyat miskin sepertiku." Aku memasang ekspresi bersalah, dan aku sengaja membuat tubuhku gemetar.

"Ah tidak, kau tahu? Aku juga membenci para bangsawan yang bersikap seakan Ia adalah penguasa dan menindas rakyat jelata, jadi itu bukanlah masalah, dan sepertinya kau hanya berpura-pura merasa bersalah, hmph. " Ia mendengus, yah itu hanyalah sebuah candaan darinya, namun Ia benar-benar imut, dadaku terasa panas.

"Haha, maafkan aku, aku juga perlu melihat-lihat orang yang kusentuh, sikap ini kuambil agar aku menjadi aman dari ciri-ciri bangsawan bangsat yang kau sebut tadi." Aku tersenyum lalu mengulurkan tanganku. "Aku Hozard, rakyat jelata, salam kenal."

Ia tertawa dengan pelan sambil menutup mulutnya, seperti biasa sangat imut. "Kau sepertinya sangat menyukai hal formal yah, aku Michelle Ecies, putri dari Northern Land."

"Oh maaf menyela, ngomong-ngomong aku sedang memiliki jadwal hari ini, apa aku boleh mengambil buku ini?!" Ia mengambil buku yang dimana tangan kami bersentuhan sebelumnya.

"Ah tentu saja, itu tidak masalah, aku hanya asal mengambil buku sembari menunggu Arthur." Aku segera menjawab.

"Baiklah sampai jumpa lagi." Ia pun pergi dan pergi ke penjaga perpustakaan, terlihat seperti Ia memang ingin meminjam buku tersebut.

Selagi aku memandangi gadis tersebut, sebuah tangan menepuk punggungku dan berbicara dengan nada yang sedikit mengejek. "He, jadi begitu ya tipe gadis yang kau sukai, tapi dia memang terkenal karena kecantikannya, kudoakan semoga kau bisa mendapatkannya."

"Diamlah Arthur, jangan membuat rumor aneh untukku, dan Ia adalah tunanganmu, sungguh buruk untuk mengambil calon kekasih sahabatmu sendiri." Aku menatap datar pada wajah Arthur yang terdiam.

"Santai saja tentang itu, itu hubungan politik yang dapat diputus, bahkan pertunangan belum dilaksanakan. Dan itu hanyalah usaha dari Northern Land untuk mendapat sebagian kekuasaan yang ayahku miliki. Ia juga hanyalah korban sebagai anak dari ayah yang gila akan kekuasaan." Senyuman muncul di wajahnya, lalu Ia menunjuk kepada arah atas. "Ayo kita menuju tempat paling atas."

Ia memanduku melewati tangga-tangga yang memutar keatas, aku pun mengikuti dirinya dari belakang. Rasa yang familiar.

Namun, melihatnya membuatku mengingat tentang apa yang Ia katakan barusan tentang kekuasaan. Di benua ini, ada 3 kekuasaan tertinggi pada golongan manusia.

Yang pertama adalah Marga Heros, memegang kekuasan dikarenakan jasa pahlawan pada awal mulai peperangan melawan suku iblis.

Yang kedua adalah Marga Regum, memegang kekuasaan dikarenakan mereka adalah penguasa tunggal sejak awal berdirinya Kerajaan Manusia.

Dan yang terakhir adalah Marga Veriz yang memegang kekuasaan dikarenakan jasa mereka yang besar dalam bantuan kekuatan, harta, dan juga strategi, namun mereka semua mati dan hanya ada 1 keturunan tunggal dari Veriz yaitu Arthur dan ayahnya, Azi Veriz.

Siapa yang tak menginginkan itu? aku pun menginginkannya, aku akan dengan mudah mendapatkan hal-hal yang kuinginkan, asal itu tak melanggar norma, seharusnya tak ada masalah untuk itu.

Namun Arthur berbeda, Ia tak menggunakan itu untuk kekuasaan dan keinginan, selama yang aku lihat selama ini, Ia malah menggunakannya untuk membantu seseorang dan melakukan kebaikan. Memang sebagai sebuah perwujudan.

"Kita sampai." Suara Arthur memecah lamunanku, kami sampai di tangga teratas, berbeda dengan di bawah, di tempat ini sangat sepi hanya ada kurang dari 10 orang, membuat suasana lebih tenang dan damai.

"Jadi, apa kita datang ke tempat ini?" Aku segera bertanya apa yang harus aku tanyakan sejak awal, sejak awal, Ia tak memberitahu tujuan mengapa mereka datang ke tempat ini.

"Eh? sepertinya aku lupa memberi tahumu bahwa kita akan mempelajari sihir sangat kita punya." Ia hanya tersenyum lebar sebelum akhirnya membawa salah satu buku yang ada di rak tersebut.

"Ini adalah petunjuk tentang penggunaan elemen cahaya yang ditulis oleh Klan Veriz pada zaman dahulu." Ia menyerahkannya padaku, sedangkan Ia mengambil buku-buku yang berkaitan dengan 5 elemen miliknya.

.