webnovel

Part 4/END

<<<Flash Back

Sehun Pov

     Musim dingin ku lalui seorang diri, tanpa seorang pun yang menemani. Orangtuaku baru saja pergi menuju tempat pengistirahatan terakhir mereka. Ya, mereka baru saja tiada. Aku yang masih menggunakan seragam sekolahku, duduk di halte menunggu jemputan supir pribadiku. Kucoba untuk membaca pesan terakhir ibuku yang ada di kontak pesan ponselku, pesan yang selama ini tidak aku hiraukan.

'Sehun-a, sebentar lagi eomma dan appa akan kembali ke Seoul, eomma bawakan hadiah special untukmu, dan juga untuk gadis yang akan menjadi isterimu nantinya, kau masih ingat bukan dengan gadis itu? Kau pasti sudah lupa. Tidak masalah, eomma sudah atur pertemuan kita, nanti sesampai kami di Seoul, kita akan langsung bertemu dengan mereka, sekalian kembali membicarakan tentang pernikahan kalian. Jangan coba-coba untuk kabur, mengerti?'

     Aku langsung memasukkan ponselku kedalam saku celana. Membaca itu membuatku kembali mengingat mereka. Pesan itu adalah pesan yang ibuku kirim sebelum mereka lepas landas dari jepang menuju Seoul. Sayangnya pesawat yang mereka tumpangi jatuh dan menewaskan semua penumpang. Termasuk orangtuaku.

     Tentang perjodohan itu. Dulunya tepat disaat aku masih duduk disekolah dasar. Orangtuaku mempertemukanku dengan seorang gadis. Tidak, pada awalnya aku mengira bahwa ia adalah seorang pria, namun suaranya berhasil menjelaskan kepadaku bahwa ia adalah seorang gadis. Aku yang masih kecil tentu tidak merespon hal itu.

     Tapi saat ini, setelah aku membaca pesan itu, memori akan perjodohan itu kembali terbayang olehku. Aneh, aku menjadi penasaran. Tentu penasaran dengan gadis itu. Tanpa perintah wajah gadis itu melayang dipikiranku, jelas sekali bahwa aku tidak terlalu mengamatinya pada saat itu.

"Tuan.." tegur seseorang. Ternyata supir yang menjemputku sudah tiba. Aku langsung masuk kedalam mobil.

"Bawa aku ke daerah gangnam." perintahku.

"Anda mau membeli pakaian?" Tanya supirku sopan.

"Ani, ada yang ingin aku lihat." jawabku singkat, tanpa menyadari bahwa aku sedang meminta untuk diantar kerumah gadis itu.

"Tuan, hampir saja aku lupa. Itu kotak yang ada disampingmu, seseorang memberikannya kepadaku, katanya kotak itu ditemukan didalam jaket nyonya." kata supirku sembari mengarahkan jari telunjuknya kearah kotak berukuran kecil yang ada disampingku. Aku langsung meraihnya. Ternyata kotak itu berisikan dua buah kalung yang serupa.

"Kalung?" keningku mengerut, aku mencoba memikirkan sesuatu. "jika ini ditemukan di jaket eomma, apa ini hadiah special yang eomma maksud?" tentu sedih membayangkan itu. Hadiah yang ingin ibuku berikan kepadaku, tenyata harus tersalurkan kepadaku dengan jalan yang berbeda. Kulihat ada lipatan kertas, kubuka dengan cepat, terdapat sebuah pesan. "Kalung ini eomma berikan sebagai hadiah atas perjodohan kalian. Nantinya kau harus memberikan kalung ini secara langsung kepada gadis itu, kau ingat namanya? Nama gadis itu Im Yoona. Yoona." sungguh merepotkan, tetapi tetap saja aku dibuat penasaran dengan gadis itu. Ini sudah sangat lama setelah pertemuan di masa itu.

--

     Dihadapan sebuah rumah yang berhalaman luas. Kulihat seorang gadis sedang berlatih bela diri. Sungguh aneh, karena rasa penasaranku, aku turun dari mobil dan berjalan mendekati pagar yang menjulang tinggi itu, pada akhirnya yang kulakukan yaitu mengamati gadis itu dari sela besi pagar.

     Cantik sekali gadis itu. Ya, gadis itu cantik sekali. Awalnya aku masih ragu bahwa dia adalah gadis yang sama, itu dikarenakan rambutnya yang terlihat panjang, berbeda dengan dulu. Namun setelah aku melihat ayahnya yang duduk tidak jauh darinya, benar sekali, dialah calon isteriku. Merasa puas mengamatinya, aku memilih pulang.

     Diperjalanan ku menuju apartemen, supirku tidak sengaja menyenggol seorang gadis kecil. Gadis itu pingsan akibat shock. Kulihat keadaan gadis itu, entah mengapa aku merasa seperti melihat diriku sendiri. Tanpa berpikir panjang aku langsung membawanya bersamaku, ke apartemenku.

     Ternyata gadis itu benar-benar sama sepertiku. Ia juga baru saja kehilangan orangtuanya. Sungguh tidak tega melepasnya di jalanan, aku pun menyuruhnya tinggal bersamaku. Aku merawatnya sebagaimana seorang kakak.

--

     Hari semakin dingin. Butiran salju mulai turun menghiasi kota Seoul. Menggunakan pakaian hangat tentu kulakukan. Namun, ada apa dengan gadis itu? mengapa dia hanya menggunakan kaos oblong polos? Gadis yang kumaksud yaitu calon isteriku. Ya, aku kembali mendatangi rumah itu, tentu untuk melihatnya. Aku tak mampu menahannya, gadis itu terus menghantui pikiranku. Karena itu aku kembali kerumah itu.

     Mengintip dari sela pagar yang menjulang tinggi. Kulihat ia sedang berlari di halaman rumahnya, tanpa pakaian tebalnya. Rambut panjangnya terhempas mengikuti arah angin, pipi dan hidungnya memerah akibat kedinginan. Aku terus mengamatinya. Kini kulihat langkahnya melemah, wajahnya memucat. Tanpa kusadari, aku berjalan memasuki halaman rumah tersebut. Aku terus melangkah menghampiri gadis itu yang kini sedang berjalan sempoyongan. Aku berhenti melangkah, gadis itu tersungkur ke rumput yang sudah dilapisi tumpukan salju.

     Menepuk pipinya pelan, tidak ada reaksi dari gadis itu. Aku membantunya berdiri lalu membaringkannya di bangku taman yang ada dihalaman rumahnya. Kepolosanku membuatku hanya menatapnya dalam diam. Kudengar seseorang memanggil namanya dari dalam rumah. Entah mengapa aku langsung berkeinginan untuk kabur. Tapi, tanpa perintah, tanganku dengan cepat meraih kalung yang ada disaku jaketku, lalu memakaikan kalung tersebut ke leher gadis itu. Tak lupa pula aku mengambil gambar gadis itu menggunakan ponselku, setelah puas, aku pun langsung berlari keluar dari sana. Masuk kedalam mobil dengan senyumku yang sumringah.

     Kulewati hari-hariku dengan santai, dengan harta peninggalan orangtuaku yang lebih dari cukup. Menyekolahkan gadis kecil yang kurawat, dan juga membayar beberapa orang untuk mengawasi calon isteriku. Ya, sepertinya aku tidak bisa tertinggal akan info tentangnya.

     Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertemu dengan orangtua gadis itu, dan juga dirinya. Aku mengundang mereka untuk dinner bersama disalah satu restoran milikku. Ini adalah pertemuan yang sangat aku nantikan setelah sekian lama aku mempersiapkan diri. Aku benar-benar kaget, gadis itu sungguh cantik, dengan gaun putihnya yang semakin membuatnya tampak manis. Walau begitu, aku dapat menyadari kegelisahannya. Dia tetap tidak bisa menyembunyikan sisi tomboynya. Dan malam itu adalah salah satu jalan terbesar yang membuatku semakin dekat dengannya dan semakin membuatku berani untuk bertindak.

    Sempatku membencinya, itu dikarenakan gadis kecil yang kurawat terluka hingga koma. Aku mengira calon isterikulah pelakunya, dan ternyata tidak. Karena kecerobohanku yang tidak mempercayainya, aku semakin menyayanginya. Hingga ketika gadis kecil itu sadar dari komanya, tidak ada kata lain yang terlintas dari mulutku, hanya memintanya mengebalikan kalung calon isteriku, Yoona. Tentu aku mengetahui hal itu, aku memiliki banyak mata-mata di kampus itu. Merasa tidak nyaman, aku pun membelikan sebuah apartemen untuk gadis kecil itu.

     Kami semakin sering bertemu. Itu dikarenakan aku berkuliah di kampus yang sama dengannya. Hah, baru aku ketahui, ternyata umurnya lebih tua dariku. Lucu juga. Namun wajahnya yang semakin terlihat imut membuatku semakin penasaran akan dirinya. dan tanpa kusadari, aku semakin menyayanginya. Hingga kami benar-benar menikah. Tak mampu membayangkan seberapa bahagianya aku pada saat itu. Kini aku sungguh mencintainya.

--

Author Pov

"Kau yakin ingin menyantap masakanku?" Tanya Yoona kepada suaminya yang sedang berbaring santai disampingnya. Sehun mengangguk dengan imut. "menggoreng telur pun aku tidak pernah."

"Tidak masalah." jawab Sehun lembut sembari mengelus rambut Yoona, menatap isterinya hangat mencoba meyakinkan isterinya. "masaklah untukku.. akanku habiskan semua masakanmu."

"Jinja?" Yoona masih ragu. Sehun kembali mengangguk. "baiklah." kini ia benar-benar percaya diri. Ia langsung bangkit dari kasur dan melangkah menuju dapur.

"Yak, kau mau memasak seperti itu?" perkataan Sehun menghentikan langkahnya. Dengan cepat ia membalikkan tubuhnya untuk menoleh ke pria itu.

"Wae? Apa ada yang salah?" Tanya Yoona bingung.

"Itu.." Sehun memberinya kode menggunakan lirikan matanya yang nakal. Sedetik setelah itu Yoona langsung terperanjat kaget, malu tentunya. Lantas dengan cepat berlari ke ruangan pakaian. Dan tidak lama dari itu berjalan keluar kamar dengan mengendap-endap menahan malu. "kau ini, semoga kau tidak melakukannya diluar sana. Bagaimana mungkin kau lupa dengan celanamu." gumamnya menahan geli.

     Omelet yang gagal total. Lebih terlihat seperti telur orak arik. Hanya itu. Yoona menyajikan masakannya tanpa rasa malu. Syukur Sehun mau menyantapnya, sedikit berbohong agar gadis itu tidak kecewa akan masakannya sendiri.

"Jangan berbohong." kata Yoona yang ternyata tidak bisa dibohongi.

"Aku tidak berbohong, omelet ini benar-benar enak." bantah Sehun sembari meneguk susu hangat buatannya. Sedetik kemudian secara reflek ia menyemburkan susu tersebut.

"Omo! Wae?" dengan cepat Yoona memberikanya tisu.

"..." menahan mulutnya untuk tidak mengatakan kebenarannya.

"Wae wae?" tanya gadis itu lagi.

"Aniya. Aku pergi berlatih dulu." ia langsung memakai jaketnya, tak lupa mengecup kening isterinya itu lalu berlari keluar rumah. "salahku yang memaksamu memasak, sepertinya kau sangat tertekan akan permintaanku. Kau bahkan tidak bisa membedakan antara gula dan garam." batinnya kesal yang berakhir dengan tawanya yang pecah. Tidak menghiraukan pandangan orang kepadanya. Ia terus berlari menuju lapangan dengan terus tertawa geli.

--

     Sehun terlihat terburu-buru keluar dari lapangan bola basket. Ia baru saja mendapat pesan dari Yoona yang memintanya untuk segera pulang. Berlari dengan penuh semangat. Dilihatnya seorang gadis sedang mengamati mesin mobilnya di tepi jalan. Berniat baik, Sehun pun menghampiri gadis itu. Sesuai dugaannya, mobil gadis itu mogok.

     Beberapa menit kemudian Sehun berhasil memperbaiki mesin mobil tersebut. Entah apa yang ia lakukan terhadap mesin itu sehingga mobil kembali menyala. Gadis itu terlihat sedang memberikan kartu namanya kepada Sehun. Karena takut Yoona menunggu lama, Ia langsung menerima kartu nama itu lalu segera kembali kerumah.

"Kenapa kau lama sekali!" Yoona menatapnya manyun.

"Mianhae.. ada sesuatu yang harus kulakukan." katanya yang sedang meneguk air mineral.

"Mwoga?" Tanya Yoona menyelidik.

"Bukan hal yang penting." jawabnya yang terlihat acuh. "kenapa kau memintaku pulang?" sambungnya.

"Aku lupa memberitahumu. Malam ini ada pesta untuk merayakan perkumpulan keluarga besar kami. Tapi.."

"Waeyo?"

"Apa kita tidak usah pergi saja?" Yoona terlihat malas menghadiri pesta itu.

"Kita harus pergi." Sehun terlihat bersemangat.

--

     Tidak pantas disebut sebagai pesta keluarga. Yang terlihat seperti sebuah pesta pernikahan. Gedung mewah dengan halaman yang luas. Lampu hias terlihat di setiap sudut.

Bunga mawar yang menghiasi ruangan itu terhirup harum. Lantai dansa terlihat bersinar, dan penampilan semua tamu undangan, mereka terlihat seperti selebritis. Akhirnya Sehun mengerti alasan mengapa Yoona enggan hadir pada acara itu.

"Hanya menikmati semua ini, lalu kita segera pulang." kata Sehun sembari menggenggam tangan Yoona. Sehun terus menarik Yoona untuk menghampiri semua keluarga gadis itu. Tanpa sekalipun melepas tangan gadis itu darinya.

     Setiap keluarga yang mereka hampiri menyambut Sehun dengan ramah, bahkan terlihat berlebihan, namun tidak untuk Yoona. Mereka malah ada yang mengolok-oloknya, walau masih dengan kata-kata yang halus, tapi menyakitkan untuk didengar.

"Kau beruntung sekali Yoona, dibalik kekuranganmu ternyata ada juga yang mau denganmu, haha.." kata bibinya lembut.

"Kuliahmu belum selesai juga? Apa suamimu mengetahui itu? Bukankah umurmu lebih tua darinya?" sambung sepupunya tanpa putus. Tak ada satupun jawaban yang Yoona berikan. Dirinya sudah sangat emosi.

"Mwo? Kau belum selesai kuliah? Lalu.."

"Aku pergi dulu." dengan cepat Yoona memutuskan perkataan bibinya, tidak lagi dapat berdiam diri, ia langsung melangkah menjauh.

     Menikmati buah yang disajikan di atas meja. Mengamati kesal kearah Sehun yang tidak juga pergi dari sana. Ia bahkan lupa mengunyah dan terus memasukkan potongan demi potongan kedalam mulutnya. Mulutnya penuh hingga tidak bisa tertutup. Tiba-tiba saja ia merasa mual, dengan langkah cepat ia berlari ke toilet.

     Terduduk lemas di taman. Rasa mual perlahan menghilang. Dilihatnya tiga orang gadis kecil sedang bermain biola tidak jauh darinya berada. Tanpa sadar ia terhanyut akan musik biola tersebut.

"Ternyata kau disini." Sehun duduk disampingnya. Yoona terlihat enggan menatapnya. "Kenapa raut wajahmu seperti itu." bukannya menjawab, Yoona malah bangkit dari duduknya dan hendak pergi, tapi dengan cepat Sehun menahannya. Berdiri dihadapannya, menatapnya lekat. "jangan begini.." ucapnya lembut.

"Kenapa tadinya kau tidak mengikutiku? Apa kau tidak dengar apa yang tadinya mereka katakan kepadaku? Kau malah tetap berdiri disana."

"Bagaimanapun juga mereka keluargamu. Aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan tentangmu, akulah yang lebih mengenalmu."

"Tapi.."

"Sudahlah lupakan saja." Sehun menoleh kearah tiga anak gadis yang sedang memainkan biola. Lalu setelah itu ia langsung melingkarkan tangannya di pinggang Yoona. "kita berdansa saja." tersenyum manis kepada isterinya itu.

"Aku tidak bisa berdansa." jawab Yoona ketus.

"Ikuti saja gerakanku." menarik kedua tangan Yoona lalu memaksa Yoona untuk melingkarkan tangannya di lehernya, ia kembali melingkarkan tangannya di pinggang Yoona.

    Perlahan senyuman pun terkulum indah di wajah Yoona. Sehun selalu berhasil membuatnya tenang. Dibawah gemerlap malam, ditemani dengan irama biola yang menyejukkan hati, mereka berdansa bagaikan Cinderella dan pangeran.

"Malam ini kau cantik sekali." bisik Sehun seakan menggelitik telinga gadis itu. Yoona tersenyum malu.

"Aku sudah tahu." jawabnya tanpa ekspresi. Sehun pun tersenyum gemas. Seperti kilat ia mengecup bibir isterinya itu singkat. Yoona terdiam menatapnya. Sehun selalu berhasil mengambil kesempatan. Kini Sehun kembali hendak menciumnya, perlahan mendekati wajahnya, semakin dekat, dan semakin dekat. "uggh!" Yoona kembali merasa mual. Menahan mulutnya dengan kedua tangannya.

"Kau kenapa? Appo?" Sehun menjadi khawatir.

"Molla." Ia juga bingung.

"Kau pasti terlalu banyak menyantap makanan."

"Aku hanya menyantap buah-buahan."

"Buah? Tidak biasanya kau menyukainya." pikir Sehun.

"Entahlah, aku tak bernafsu, hanya menginginkan buah." mereka diam sejenak, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, lalu tidak lama dari itu mereka saling menatap.

"Jangan-jangan.." ucap Sehun tak percaya.

"Aku hamil?" sambung Yoona.

--

     Merasakan kebahagiaan yang tak terbendung. Ternyata Yoona benar-benar sedang mengandung. Kini umur kandungannya sudah mendekati delapan bulan. Berkat benih yang ada didalam perutnya, Sehun semakin perhatian kepadanya, tak sedikitpun melepaskan pengawasaan padanya. Orangtua Yoona juga semakin sering menemaninya, dan juga Krystal yang malah bertindak seperti seorang dokter kandungan.

"Eonni, sepertinya anakmu laki-laki." teriak Krystal dengan percaya diri kepada Yoona yang sedang berada didalam kamarnya.

"Yak, kenapa kau kesini? Kau tidak sekolah?" sambar Sehun menepuk kepalanya pelan.

"Appo! Aku sedang libur." jawabnya.

"Awas jika kau berbohong. Oh iya, jangan sembarangan memasuki kampus, kau itu bukan mahasiswa." ancam Sehun.

"Oppa semakin cerewet."

"Kenapa kartu nama ini ada didalam jaketmu? Siapa gadis ini!" Yoona keluar dari kamar dengan raut wajah emosinya. Ia melempar kartu nama itu kelantai. Krystal pun meraih kartu nama itu.

"Kwon Yuri. Oppa, siapa gadis ini?" ia juga bertanya kepada Sehun. Begitu juga dengan orangtua Yoona yang ada disana, mereka semua menatap Sehun penuh pertanyaan. Sehun diam sejenak, mencoba mengingat asal muasal kartu nama tersebut.

"Ah, itu kudapatkan dari gadis yang kubantu membenarkan mesin mobilnya." jawab Sehun santai.

"Aku tidak percaya!" bentak Yoona ketus.

"Jangan begitu kepada suamimu." sambar ibu Yoona yang diserukan dengan ayahnya.

"Oppa, kau benar bukan playboy kan?" Krystal malah membuat Yoona semakin emosi.

"Jangan sembarang ngomong!" Sehun kembali menepuk kepalanya pelan. "jinjayo, aku tidak berbohong." menghampiri Yoona yang menatapnya masam. "jangan menatapku begitu, kau tidak pernah melakukan ini padaku." mengelus pipi isterinya lembut.

"Semoga oppa tidak berbohong." gumam Krystal pelan namun masih bisa didengar oleh mereka.

"Apa kau tidak bisa diam?" melirik gadis menyebalkan itu tajam. Krystal pun langsung mengatup mulutnya rapat.

"Percayalah padaku." kembali meyakinkan isterinya.

"Mian, bukannya aku tidak mempercayaimu, aku hanya takut.."

"Tidak akan. Hal itu tidak akan terjadi. Kau tetap segalanya untukku." ucapnya dengan yakin.

"Uggh! Aku mulai mual." gumam Krystal lagi. Sebelum dihujat oleh Sehun, ia sudah berlari mendekati ibunya Yoona mencari perlindungan.

"Sehun-a, sebaiknya kau bawa Yoona istirahat." saran ibu mertuanya.

"Ne omoni." ia langsung memapah Yoona yang terlihat sulit berjalan. Tapi tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya, menatap Krystal lekat. "bakar kartu nama itu." lalu menghilang seiring tetutupnya pintu dengan rapat.

--

"Ada yang ingin kutunjukan padamu." kata Sehun yang baru saja berbaring disamping isterinya. Ia mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya. Yoona termenung melihat foto itu. Ia menatap Sehun tak percaya. "kau tahu bukan kapan foto ini aku ambil? Ini sudah sangat lama." menatap Yoona dengan senyumnya. "Dan selama itulah aku sudah menyukaimu." menggenggam tangan Yoona. "jadi jangan pernah meragukan kesetiaan aku lagi, mengerti?" mengecup kening Yoona lembut.

"Kalung ini, jadi pada saat itu kau memakaikan kalung ini padaku?" Tanya Yoona sembari mengingat masa lalu itu. Sehun mengangguk pelan. Yoona tersenyumbm lega. "mian karena sudah memarahimu."

"Gwenchana." mengelus perut buncit isterinya. "kau hanya perlu memikirkan bayi ini."

--

     Jadwal melahirkan Yoona tinggal menghitung hari. Namun ia tetap saja nakal dan enggan mengikuti perintah suaminya. Ia beralasan merasa bosan jika terus berada dirumah, maka itu ia bersikeras untuk ikut dengan Sehun ke mall guna membeli perlengkapan calon bayi mereka.

"Kau keras kepala sekali." gerutu kesal Sehun namun tetap menggenggam tangan isterinya itu. Mereka berjalan mengintari mall yang nyatanya adalah milik Sehun. Beberapa bodyguard menjaga mereka, dan salah satu dari mereka juga sudah menyiapkan kursi roda, sesuai permintaan Sehun.

"Mengapa mereka pada melirikmu?" Yoona merasa cemburu melihat sekumpulan gadis cantik yang sedang mengagumi ketampanan suaminya.

"Biarkan saja." jawab Sehun tak tertarik.

"Tapi mereka.."

"Kenapa kau jadi cemburuan seperti ini sih? biarkan saja." Sehun bahkan tidak berniat menoleh kemana pun. Hanya menggenggam tangan isterinya.

     Akhirnya Yoona kelelahan juga. Bodyguard dengan cepat membawakan kursi roda yang sudah mereka persiapkan. Sehun asik memilih pakaian, sedangkan Yoona menunggunya di kursi rodanya. Pria itu hingga mondar mandir untuk memperlihatkan pakaian pilihannya kepada Yoona. Sehun benar-benar puas melihat Yoona yang tersenyum bahagia.

     Namun seperti kilat mendadak senyuman Yoona menghilang. Ia kembali terbakar emosi, ia melihat Sehun sedang mengobrol dengan seorang gadis berpakaian seksi. Walau mereka hanya terlihat mengobrol biasa. Yoona merasa dadanya mau pecah. Amarahnya benar-benar memuncak. Dan sedetik kemudian. Dia mengerang kesakitan, tidak, itu bukan dikarenakan kecemburuannya, tetapi karena perutnya.

     Sehun berlari menghampirinya, meninggalkan gadis itu begitu saja. Ternyata gadis itu juga ikut menghampiri Yoona. Ia malah bertindak seperti seorang dokter. Yoona tak merespon tindakannya, ia sudah sangat kesakitan.

"Kita bawa kerumah sakit saja, sepertinya ia akan segera melahirkan." kata gadis berpakaian seksi itu.

"Kenapa bisa secepat ini dok? Bukannya jadwal melahirkannya beberapa hari lagi?" Tanya Sehun. Pria itu malah memanggilanya dengan sebutan dokter.

"Hal seperti ini sudah sering terjadi. aku kerumah sakit sekarang, kau juga langsung membawa isterimu." gadis itu sudah berlari meninggalkan mereka. Sehun juga langsung mendorong kursi roda dengan cepat.

"Yak, sebenarnya siapa gadis itu?" diselanya mengerang kesakitan, Yoona masih saja terbalut rasa cemburunya.

"Jangan banyak bicara, kau diam saja." kata Sehun yang sedang panik.

"Aku tanya siapa gadis itu? Kenapa dia bertindak seperti seorang dokter?" Tanya Yoona lagi.

"Dia memang seorang dokter." kata Sehun geram.

"Lalu kenapa kau terlihat akrab dengannya? Dan kenapa wajahnya tidak asing bagiku?" Yoona masih saja berusaha bertanya walau sudah sangat kesakitan.

"Dialah gadis yang memberikan kartu nama untukku?" jawab Sehun sembari mengangkat Yoona masuk ke dalam mobil.

"Maksudmu, dia gadis yang bernama Kwon Yuri? Bukankah kau baru pertama kali bertemu dengannya? Lalu kenapa tadinya kalian terlihat akrab? Kapan kalian saling mengenal sehingga kau mengetahui namanya dan pekerjaannya?" Tanya Yoona lagi setelah Sehun masuk kedalam mobil dan duduk disampingnya.

"Aku baru saja tahu, tadinya dia memperkenalkan dirinya padaku dan juga berterima kasih atas bantuan yang pernah ku berikan padanya." menatap isterinya geram. "aku bahkan tidak mengingat namanya dan juga wajahnya jika ia tidak memperkenalkan dirinya padaku. Aku benar-benar tidak mengenalnya." Yoona menatapnya manyun sembari meringis kesakitan. "sebaiknya kau duduk tenang, jangan pikirkan apapun selain tentang bayi ini. Kau mengerti?" mengelus rambut isterinya. Yoona mengangguk pelan.

--

     Satu bulan sudah berlalu. Kini mereka tak lagi berduaan, melainkan sudah ditemani oleh seorang bayi perempuan yang cantik. Tentunya mirip dengan ibunya dan juga ayahnya. Orangtua Yoona juga terus menemaninya, dan juga yang tidak pernah mau ketinggalan, Krystal si gadis nakal.

"Eonni, bagaimana jika nama bayi ini Yuri? Seperti nama salah satu member girls generation." ucap Krystal dengan semangat.

"Shiro! Nama itu sama dengan nama dokter yang membantu proses persalinanku." bantah Yoona menolak.

"Jinjayo?" ia kembali memikirkan nama lainnya.

"Bagaimana jika Kim Jongin? Salah satu member EXO." Tanya nya lagi.

"Anakku perempuan!" Sehun menepuk kepalanya pelan.

"Haha aku lupa." menyengir malu.

"Omoni, aboji, mungkin saja kalian memiliki saran untuk nama?" kata Sehun kepada mertuanya.

"Haewon? Ottae?" ibu mertuanya menunggu jawaban.

"Joha." jawab Sehun dan Yoona serentak.

"Wah.. Haewon.." teriak Krystal kegirangan.

"Jangan ribut." kesal melihat gadis itu, Sehun pun mengacak-acak rambutnya. Mereka semua tertawa melihatnya.

--

     Dibalik jendela yang besar. Sehun dan Yoona duduk berdampingan menatap halaman rumah mereka. Tidak ketinggalan juga si bayi yang tertidur manja di pangkuan Sehun. Salju turun menghiasi halaman rumah mereka. Menumpuk di setiap sudutnya. Setiap butirannya memberikan pemandangan yang manis. Sehun kembali mengingat masa lalunya.

    Ia kehilangan orangtuanya di musim dingin. Mengingat masa itu membuat air mata mengalir lembut dipipinya, dengan cepat ia tepis sebelum Yoona menyadarinya. Namun kini keadaan sudah berubah. Bersama keluarga kecilnya itu, sepertinya ia sudah cukup bahagia.

     Kalung bergantungkan bintang kecil bersinar atas pantulan cahaya. Kini tidak hanya Sehun dan Yoona yang memakainya, bayi kecil mereka juga memakainya. Ternyata Sehun sudah menyiapkannya jauh hari.

     Semuanya seakan sempurna. Harapan dan kebahagiaan sudah berhasil ia dapatkan. Selanjutnya ia akan lebih ekstra dalam menjaga keluarga kecilnya itu. Penuh cinta dan kasih sayang. Menempuh hidup yang indah bersama-sama.

"Saranghae." ucapnya kepada Yoona yang duduk disampingnya. Yoona tersenyum manis kepadanya. Lalu setelah itu Sehun mencium bibir isterinya itu, lembut dan penuh cinta.

Uhuweeeeeek...!!!

     Bayinya menangis keras dan membuat mereka tersentak kaget. Sehun pun menghentikan ciuman itu. Lucunya, ternyata ia lupa akan keberadaan bayi mungil itu dipangkuannya. Yoona pun menertawainya. Merasa malu Sehun juga ikut tertawa. Mereka benar-benar sukses meraih kebahagiaan.

-The End-

Suka endingnya?

Btw aku masi punya banyak cerita lainnya loh..

Mau aku post juga gak?