webnovel

Part 3

     Duduk seorang diri atas gedung kampus. Mengamati langit mendung yang baru saja selesai menurunkan hujan. Yoona masih memikirkan perlakuan Sehun terhadap gadis blonde itu. Dapat ia rasakan, hatinya perih seakan tergores benda tajam. Air mata mengalir manja, dengan cepat ditepis kasar olehnya.

"Kau sedang apa disini?" suara itu menyadarkannya dari lamunnya. Ketika ia menoleh, dilihatnya Sehun yang sedang melangkah mendekatinya. Melihat Sehun yang semakin mendekat, dirinya semakin merasa gelisah dan emosinya pun memuncak. Ia langsung bangkit dari duduknya tepat disaat Sehun duduk disampingnya. "yak, wae geurae?" tangan gagah Sehun lebih dulu menahan lengannya agar tak melangkah pergi.

"Aku ingin kembali ke kelas." jawabnya tanpa menoleh. Sehun langsung berdiri dihadapannya. Mengamati raut wajahnya. Sedetik kemudian pria itu tersenyum merasa lucu.

"Jangan begitu.." kata pria itu yang membuat Yoona menatapnya. "bukankah sudahku katakan, jangan cemburu padanya." ucapnya dengan lembut sembari mengelus rambut Yoona.

"Aku tidak cemburu." balas Yoona yang sedetik itu menghempas kuat genggaman Sehun. Setelah itu melangkah cepat mendahului Sehun. Entahlah, Sehun memilih membiarkan pergi begitu saja.

"Hanya kau yang ada dihatiku." pikir Sehun sembari mengamati Yoona yang terus melangkah menjauh.

--

"Yak kau!" seseorang memanggil Yoona dengan lantang. Ternyata si gadis blonde. Gadis yang terlihat seperti siswi menengah atas itu menghampirinya dengan wajah sinisnya. "ikut aku." katanya setelah itu melangkah. Ragu-ragu Yoona mencoba mengikutinya yang ternyata menuntunnya hingga keluar dari kampus.

"Kita mau kemana?" Tanya Yoona sembari melangkah dengan malas.

"Yang pastinya ke tempat yang tidak dapat oppa temukan, aku tidak suka dimarahi olehnya." katanya dengan ketus. Yoona terus melangkah mengikuti gadis blonde itu. Hingga akhirnya mereka tidak dapat memilih jalan karena berada disuatu gang buntu.

"Ini dimana?" memperhatikan gang yang tertutupi dinding yang menjulang tinggi itu.

"Molla." jawabnya acuh.

"Mwo?"

"Baiklah, sepertinya aku sudah bisa berbicara denganmu." menatap Yoona meleceh. "kau, selama ini kau pasti terus bertanya-tanya, siapa aku? Mengapa aku terus memarahimu?" Yoona mendengarkan semuanya dengan penuh rasa penasaran. "Aku, gadis pinggiran yang dirawat olehnya. Gadis pinggiran yang bernasip sama sepertinya, hidup tanpa satupun keluarga." ungkap si blonde, matanya mendadak memerah. "tapi, setahun setelah itu, aku mulai menyayanginya, dia yang selalu bersikap baik terhadapku, menjagaku, sungguh, aku takut untuk kehilangannya." matanya mulai berkaca-kaca. "dan ketika ia mengatakan kepadaku, bahwa ia mencintai seorang gadis, darahku seakan mendidih, diriku dipenuhi dengan kebencian terhadap gadis itu, karena itu aku langsung mencari gadis yang dicintai oppa, dan itu kau."

"..." hanya diam mendengarkan perkataannya.

"Bukannya berhasil memberimu pelajaran, aku malah celaka hingga koma." airmata mengalir lembut diwajahnya. "dan yang membuatku semakin sedih, ketika aku sadar dari komaku, oppa kembali membahas sesuatu yang membuatku terpukul. Dia, dia memintaku untuk mengembalikan kalung yang aku rampas darimu. Dia tetap memilihmu." isak tangis mulai terdengar membisik. "lalu, apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan agar oppa memilihku! aku.. aku sangat mencintainya.."

"

Cinta?" Yoona tersentak mendengar itu. Sesuatu yang hingga kini belum ia katakan kepada pria itu. Memikirkan itu hatinya seakan remuk. Sedih melihat keadaan gadis blonde itu, tetapi ia juga tidak rela untuk melepaskan Sehun.

"Eonni.. ne, aku harus memanggilmu eonni. Kau, tak bisakah kau melepaskan oppa?" tubuhnya gemetar, permintaan gadis itu membuat Yoona seketika menjadi gelisah. Ia tidak ingin melakukan itu. "Kau tidak bisa melakukannya? Apa membuatku koma tidak cukup untukmu!".

"Aku tidak melakukan apapun terhadapmu." ucap Yoona pelan.

"Hoh, lalu kenapa kau tidak mencoba menolongku?"

"Semua itu terjadi sangat cepat, aku tidak sempat meraih tanganmu." terus membela dirinya yang memang tak bersalah.

"Jadi kau tetap tidak ingin melepaskan oppa?" Yoona kembali terdiam. "baiklah." gadis blonde itu meninggalkannya. Berjalan menuju tepi jalan yang sedang dilintasi banyak kendaraan. Kakinya melangkah ragu ke tengah jalan.

"Yak, apa yang sedang kau lakukan?" Ia shock melihat apa yang sedang diperbuat gadis itu. Ia mulai melangkah menghampiri gadis itu.

"Jika aku tidak bisa mendapatkan oppa, lebih baik aku mati saja." teriaknya dengan kuat. Suara klakson terdengar nyaring dan seperti tertuju kepadanya. Dapat Yoona lihat sebuah truk sedang melaju kencang menuju si blonde, tentu ia langsung berlari.

"Pergi dari sana! Menepilah!" terus berlari mengejar gadis itu yang terus melangkah, seperti disengaja, gadis blonde itu melangkah mendekati truk yang sedang melaju dengan kencang itu.

"Jangan hiraukan aku!" truk itu semakin mendekat. Seakan merelakan tubuhnya, gadis blonde itu hanya berdiri tenang sambil menutup kedua matanya, menunggu truk menerjangnya.

"Kubilang pergi dari sana!" suaranya bahkan sampai terdengar serak.

"..." tidak lagi menghiraukan teriakannya. Yoona semakin mempercepat langkahnya. Berlari seperti orang gila. Bahkan kaki seakan tak lagi menapak ke aspal.

"Kkarago!"

     Tubuh itu terpental hingga 5 meter jauhnya. Membentur aspal dengan keras. Bergetar menahan sakit, nafasnya tersengal. Perlahan darah keluar dari kepalanya, terus mengalir dan semakin banyak. Wajahnya menjadi kaku dan terlihat memucat. Masih berusaha menatap gadis yang sedang memeluknya dengan penuh air mata. Berusaha sekuat mungkin meraih tangan gadis itu.

"Kau harus hidup bahagia." ucapnya dengan sisa tenaganya. Terbatuk hingga memuntahkan banyak darah. Seakan sesuatu tengah menyumpal tenggorokkannya, Sulit untuknya menarik nafas.

"Eonni.. Mianhae.. aku tidak bermaksud membuatmu seperti ini." menangis dengan keras. Memeluk tubuh itu yang semakin melemah. "joha juseyo! jebal, joha juseyo..!" perlahan terlepas lemah, tangan itu tak lagi menggenggam tangannya. Tergeletak di atas aspal seakan tak lagi bernyawa. "andwe, eonni! sadarlah! Eonni!!!"

--

     Menginjak gas dengan geram hingga mobil melaju sekencang-kencang. Tidak memperdulikan bahaya yang akan menimpanya. Setelah mendengar kabar dari gadis blonde itu, ia bahkan sampai lupa bernafas. Sehun benar-benar panik. Yang ada dipikiranya hanya satu. Tiba disana dengan cepat.

     Disudut ruangan. Dilihatnya orangtua Yoona sedang duduk termenung. Dan tidak jauh dari mereka si gadis blonde berada, menangis tersedu-sedu merasa bersalah. Sehun menghampiri orang tua Yoona terlebih dahulu. Wanita tua itu langsung memeluk Sehun diikuti isak tangisnya.

"Sehun-na.. eottokhaji?" kata ibu mertuanya.

"Omoni, tenanglah, aku yakin operasinya pasti akan berhasil." ucapnya kepada wanita tua itu. "aboji.." ayah Yoona hanya duduk diam. "aboji, gwenchanayo?"

"Hmm.. gwenchana." tersenyum hangat kepadanya lalu merunduk.

"Gadis itu, sedari tadi dia terus menangis." kata ibu Yoona sembari menunjuk kearah si gadis blonde. Sehun langsung menghampirinya.

"Sudahlah, uljima.." tidak ada niat sedikitpun untuk memarahi anak itu. Sehun terlalu menyayanginya.

"Oppa, mianhae.. aku tidak bermaksud.."

"Ne, arayo.." Sehun langsung memeluknya. Mencoba membuatnya merasa lebih tenang. Sehun mencoba untuk tetap sabar.

"Mianhae oppa." melepas pelukannya sejenak. Mengamati pakaian si blonde, pakaiannya dipenuhi bercak darah. Seakan tertusuk seribu jarum, hatinya perih melihat itu. Ia langsung membuka jaketnya lalu memakaikannya ketubuh gadis itu.

"Ikutlah denganku." berpamitan dengan orangtua Yoona terlebih dahulu dan setelah itu membawa si blonde pergi dari sana.

     Mengantar si blonde ke apartemen dimana ia tinggal. Tepatnya apartemen yang Sehun berikan untuknya. Menunggu gadis itu tidur dan setelah itu kembali kerumah sakit. Didalam perjalanannya menuju rumah sakit, dibalik stir mobil, tanpa perintah air mata mengalir. Ya, air mata yang sudah ia pertahankan sedari tadi. Pria itu benar-benar takut, takut kehilangan gadis itu, Yoona, sang isteri.

--

Seminggu kemudian..

     Sehun melangkah mendekati pintu sebuah kamar inap. Dilihatnya dari pintu yang tidak tertutup rapat. Mereka sedang menangisi tubuh isterinya yang tertempelkan alat bantu pernapasan dan alat medis lainnya. Kakinya melemah melihat itu, ia memilih duduk diluar. Hingga malam pun tiba.

"Sehun-a.." panggil ibu mertuanya menyadarkannya. "bangunlah, Yoona ingin melihatmu." mengucek matanya pelan. Ternyata ia tertidur. Namun ketika mendengar bahwa Yoona ingin melihatnya, dengan cepat ia bangkit dari duduknya, menghampiri Yoona yang ternyata sudah sadarkan diri. Ya, operasinya berhasil.

"..." Yoona tersenyum kepadanya. Wajahnya masih terlihat pucat. Dengan segala kegelisahan yang tertahan, Sehun menggenggam tangan isterinya itu. "nan gwenchana.." kata Yoona pelan. Seakan mengetahui kegelisahan yang Sehun rasakan. Sehun mencium lembut keningnya beberapa detik. Air mata menetes dan menyentuh pipi Yoona. Segera tepis air mata itu dengan jemarinya.

"Saranghae.. Nomu saranghae." ucap pria itu berbisik. "karena itu, jangan pernah tinggalkan aku." menatap Yoona penuh harap. Yoona menangis mendengar itu, hingga terisak kecil. Ya, akhirnya ia menyadari itu. Ia juga sangat mencintai pria itu. Tadinya ia juga sangat takut, takut jika tidak bisa melihat wajah suaminya lagi. "wae? Appo?" Tanya Sehun yang kembali khawatir ketika melihatnya menangis. Yoona menggeleng pelan. Sehun langsung memeluknya. Kembali mengecup keningnya, pipinya, hidungnya, bibirnya, dan kembali memeluknya. Berusaha meredam isak tangis Yoona yang semakin menjadi-jadi.

--

"Eonni, kau mau makan apa? Aku akan memasak untukmu." kata si gadis blonde berusaha bersikap ramah kepadanya.

"Memangnya kau bisa memasak?" Tanya Sehun khawatir.

"Tidak." jawabnya tanpa berpikir. "tapi aku bisa mencari tahu caranya dari sini." jawabnya lagi sambil menunjuk kearah ponselnya.

"Andwe, aku tidak mau isteriku menyantap makanan yang baru kau pelajari." memeluk manja Yoona yang sedang duduk santai disampingnya. Yoona yang sedang menyaksikan televisi pun menjadi kesal karena diganggu olehnya.

"Kenapa kalian ribut sekali. Kau blonde, masakkan aku ramen." kata Yoona kepada si gadis blonde.

"Oke!" gadis itu langsung berlari kecil menuju dapur.

"Andwe! Kau tidak boleh sembarang menyantap makanan." sela Sehun.

"Aku sudah sangat lapar." bentak Yoona.

"Eonni, jangan memanggilku blonde. Aku punya nama. Namaku Krystal." teriak gadis blonde itu dari dapur.

"Hoh, namamu seperti nama artis saja." celutuk Yoona geli.

     Sebulan sudah Yoona keluar dari rumah sakit. dan selama sebulan juga si gadis blonde mondar mandir kerumah mereka untuk merawat Yoona, walau pada akhirnya yang terlihat seperti mengganggu ketenangan mereka berdua.

"Gomawo.." kata Yoona setelah menyantap ramen buatannya yang ternyata bernama Krystal.

"Ne.." jawab Krystal senang.

"Pulanglah." ucap Sehun menatapnya mengancam.

"Wae? Aku masih ingin bersama eonni.."

"Yak, bagaimana pun juga kami ini masih pengantin baru, mengertilah." pria itu malah terlihat memelas. Krystal tersenyum nakal kepadanya.

"Ehei.. kenapa oppa tidak bilang dari tadi. Baiklah, aku pulang dulu. Besok aku akan datang kembali. Eonni, annyeong.." berlari meninggalkan mereka.

"Yak! Tidak perlu kembali kesini!" teriak Sehun yang tidak dihiraukan gadis nakal itu.

"Kau ini!" aneh melihat tingkah pria itu. Yoona mengangkat mangkuk kotornya lalu mencucinya. Tidak lupa untuk mengeringkan sisa air yang ada dimangkuk dengan serbet, dan setelah itu meletakkan kembali ke rak piring. Ternyata tubuhnya tidak cukup tinggi untuk menggapai rak tersebut.

"Biar aku saja." Sehun sudah berdiri dibelakangnya lalu meraih mangkuknya. "kau pendek sekali, begini saja tidak bisa." celanya bercanda sembari meletakkan mangkuk tersebut. Yoona langsung membalikkan posisinya lalu menatap Sehun yang kini berdiri dihadapannya.

"Hoh, aku kan wanita." kata Yoona membela diri.

"Hem, benar juga. " menatapnya nakal. "wanitaku." katanya setelah itu. Sehun melangkah maju menghimpit tubuhnya..

"Sempit." keluh Yoona yang sebenarnya tengah merasa malu. Dengan nakalnya, Sehun malah semakin mendekatinya. Tidak mengiraukan mulut Yoona yang terus berkicau, ia malah memeluk mesra isterinya itu. Hangat. Yoona rasakan kehangatan yang menjalar dari tubuh gagah Sehun.

"Saranghae." ujar Sehun berbisik lalu menjatuhkan dagunya diatas pundak Yoona. Deru nafas hangatnya menggelitik kulit Yoona hingga membuat gadis itu merinding geli.

"..." Yoona ingin berkata, tapi kata-katanya tertahan ketika dirasakannya sebuah sentuhan basah yang tengah menyentuh kulit lehernya. Sontak jantungnya langsung berdebar kacau. Sehun yang termakan hasrat kembali melayangkan sentuhannya menuju bahu Yoona. Meninggalkan sedikit jejak pada kulit Yoona. Dalam diam, Yoona berusaha menahan sesuatu yang kini tengah menyeruak bahkan nyaris terlepas dari mulutnya. Sehun terus bergerak lihai, masih menikmati area tengkuk dan bahu Yoona. Sedangkan tangannya kini bergerak menyentuh pinggang Yoona. Sedikit meremas pinggang langsing Yoona dikarenakan terbawa hasrat yang semakin memanas.

"Sepertinya kau menikmati sentuhanku." bisik Sehun disela itu. Menatap kedua manik mata isterinya. Yoona benar-benar sudah mematung seakan terpisah dari alam sadarnya. Membuat Sehun semakin gemas melihat ekspresi malu-malunya itu. Dikecupnya bibir Yoona. "katakan sesuatu.." malah membuat Yoona semakin menegang. Ia tertawa kecil dan kembali mengecup isterinya itu. "ekspresi wajahmu kini membuatku tidak bisa menahannya lagi." Dugg! Yoona menelan ludahnya dengan susah payah. Senyum Sehun mendadak berubah liar. Menatapnya seakan siap menyerang. Belum juga ia mengedipkan mata, Sehun sudah melumat bibirnya. Masih penuh kelembutan. Sesekali bibirnya bergerak lambat berusaha memancing Yoona agar membalas ciumannya. "balas ciumanku.." tegur Sehun disela sentuhannya. Lebih menghimpit Yoona, mengikis habis jarak diantara mereka. Dilumatnya kembali bibir bawah Yoona. Tanpa jeda, seakan tak memberi Yoona kesempatan untuk bernafas.

     Lama menyentuh bibir itu, Yoona tak kunjung membalas ciumannya. Sungguh geram dirinya kini. Seperti kilat tangan gagahnya sudah membawa Yoona dalam gendongannya tanpa melepaskan ciuman itu. Tak lama kemudian mereka tiba dikamar dan tubuh Yoona langsung ia baringkan di atas kasur. Ketika itu Sehun melepaskan ciuman itu sesaat. Mencoba untuk bernafas setelah sekian lama terbakar hasrat terdalamnya. Dalam posisi menindih isterinya itu, dilihatnya wajah Yoona yang memerah bak kepiting rebus. Kontras membuatnya tersenyum dan Yoona semakin merasa malu.

"Jangan tersenyum seperti itu.." ucap Yoona pelan.

"Waeyo?" bisik Sehun menggoda. Oh God! Hanya mendengar suaranya bisa memancing gairahku? Dalam hati meringis tak kuat. Kini Yoona terlalu gugup untuk berkata. dan lucunya, dalam keheningan sesaat itu, suara rintik hujan terdengar dan membuat keduanya menoleh sejenak ke sela kain gorden. Senyum Sehun pun semakin terlihat nakal. Dengan penuh kemenangan, ia kembali menatap Yoona yang sudah tergeletak tak berdaya dibawahnya. "sepertinya langit tengah berpihak padaku." berkata langsung tepat di telinga Yoona. Membuat Yoona merasa frustasi. Ia sudah sangat lelah menahannya.

"Mari kita lakukan." entah sadar atau tidak, akhirnya Yoona mengatakan itu. Tapi Sehun terlihat tengah menahan tawa.

"Melakukan apa?" bisik Sehun lagi dengan tatapan liarnya. Blushing. Wajah Yoona memanas bukan main. dikecupnya bibir Yoona. "cepat katakan, melakukan apa hah?" sungguh, kini berbalik Yoona yang merasa geram.

"Memberikan mereka cucu." tambah Yoona serius. Senyuman pun seketika menghilang dari wajah Sehun. Hasratnya memburu tak terkendali.

"Baiklah, dengan senang hati." bibir seksinya langsung menelusuri leher jenjang Yoona. Eenngh! Ketika itu, seakan benar-benar tak tertahankan lagi, suara desahan Yoona terdengar membisik. Membuat Sehun semakin giat bergerak dan mulai bergerak turun menuju dada isterinya itu. Yoona kembali mendesah. Pertama kalinya merasakan itu. Desahanmu membuatku semakin tak terkontol. Batin Sehun disela aksi panasnya. Tanpa melepaskan sentuhan dari bibir seksinya, tangannya bergerak cepat menyingkirkan pakaian Yoona dan juga pakaiannya.

     Ruangan itu semakin terdengar berisik akan desahan Yoona ketika kepala Sehun sudah berada di antara kedua pahanya, yang entah kapan terbuka lebar dan terlihat pasrah.

Mmmph!

Yoona melengkungkan tubuhnya ketika dirasakannya sebuah gelombang yang datang. Sehun berhenti sejenak guna menatap Yoona diikuti kecupan basahnya di wajah itu. Tatapannya itu seakan berkata 'Sekarang waktunya'. Dilihatnya Yoona yang hanya diam, Sehun pun mengartikan itu atas jawaban persetujuan. Beberapa detik kemudian, desahan yang lebih terdengar seperti erangan pun terdengar keras. Beriringan dengan suara rintik hujan yang semakin deras. Akhirnya, usaha pertama mereka pun sukses. Dan juga sukses menguras tenaga mereka yang setelah itu tertidur lelap.

--

"Wae?" Tanya Sehun kepada Yoona yang terus menatapnya dalam diam.

"Pakai bajumu." kata Yoona malu dikarenakan Sehun yang terus mondar-mandir di dalam kamar tanpa baju. Syukur pria itu menggunakan celana ponggolnya.

"Hoh, sepertinya aku harus membuka celanaku juga." Yoona langsung menutup wajahnya dengan selimut. Hening. Ia rasakan kasur yang bergoyang. Ketika ia mengintip dari sela selimut, ternyata Sehun sudah berbaring disampingnya, menatapnya nakal.

"Mwoya.." mencoba menjauh, tapi tangan gagah Sehun dengan cepat menariknya hingga menempel dengan tubuh pria itu. Membuat mereka saling menatap.

"Aku ingin mendengar sesuatu darimu." kata Sehun serius.

"Mwoga?"

"Tentang perasaanmu padaku. Hingga saat ini, aku belum pernah mendengarnya." Yoona terdiam sesaat. Ia baru ingat itu. "aku tahu, kau mencintaiku, tapi aku ingin mendengarnya langsung." masih berdiam diri. "katakanlah.." memelas manja.

"..." menepis rasa malu, Yoona bergerak mengecup bibir Sehun singkat. "saranghae." katanya setelah itu. Sehun tersenyum lebar. Terus tersenyum. Dan masih tersenyum. Hingga lama-kelamaan senyumannya berubah pertanda mengundang. Membuat Yoona bergidik geli seakan memahami maksud dari senyuman itu.

"Ronde kedua?" bisik Sehun.

Continued..

(Suka ceritanya? Lanjut gak nih?)