webnovel

BAB 4

Mata itu akhirnya terbuka setelah dua hari terbaring pasca operasi. Sekelilingnya beraroma khas Rumah sakit perpaduan bau karbol khusus dan obat obatan serta aroma terapi menyatu dalam ruangan bernuansa putih tersebut. Reyna menatap Monitor electro cardiogram (EKG) di samping tempat tidurnya serta slang infus menggantung di sampingnya.

Matanya mengerjap berulang kali lalu tangannya mencoba menggapai monitor yang berada di samping tersebut. Namun rasa nyeri pada kepala membuat ia kesulitan menekan tombol. Hingga ia melihat pintu yang terbuka menampilkan wajah yang tidak ia kenal. Seorang pria dengan perawakan tinggi, berkulit putih berparas oriental tersebut atau lebih tepat pria dengan tampang Cosmopolitan dengan stelan rapi dan rambut tertata sempurna.

"Kau sudah bangun" ucapnya

" Reyna menggangguk" hanya menatap pria yang sedang menekan tombol di samping tempat tidurnya.

"Aku Haus" Ucapnya pelan bahkan nyaris tak terdengar.

"Tunggu, aku akan memanggil Dokter" ucap Dimitri kemudian menekan tombol merah di samping tempat tidur gadis itu.

"Kau siapa?" Tanya Reyna

Dimitri tersenyum, walaupun hanya senyuman kaku

" Aku Dimitri"

"Di..mi..tri" Reyna mencoba menggali ingatannya mengenai nama tersebut. Namun bagaimanapun ia mencoba tak ada sedikitpun ingatan tentang pria di sampingnya ini. Oh wait apa saat ini ia sedang berada pada mode lupa ingatan seperti yang ada di drama korea. Tapi tak mungkin kan karena Reyna ingat saat mobil mewah nyusep ke badan jalan dan menyapu tempat ia bersandar tanpa sempat menghindar.

"Kau tak mengenalku sama sekali, aku sekretaris Mr. Devon Rayyan Nizama" ucap Dimitri menjawab wajah penasaran Reyna.

Dan siapa lagi Devon, Kening Reyna berkerut berkali lipat kali ini karena tak ada memorinya mengenai Dimitri ataupun Devon. Ah Devon apa tadi? ia pun bahkan lupa nama belakang pria yang di sebutkan oleh Dimitri tersebut.

"Boss saya bertanggung jawab atas accident yang anda alami saat ini" ucap Dimitri. Dimitri yang sedari tadi ingin sedikit tersenyum ketika kerutan yang tadi terlihat di kening Rena satu persatu hilang begitu saja kala menjawab pertanyaan yang jelas tercetak di wajah gadis yang baru saja terbangun dari koma nya tersebut. Namun segera ia urungkan, berganti dengan deheman seolah ada biji salak yang tersangkut di tenggorokannya.

"Oh...Begitu" Ucap Reyna getir. Ia sedikit kecewa kali ini karena dirinya kembali berada di dunia fana ini. Padahal ia berharap kecelakaan itu bisa merenggut nyawanya. Padahal ia merasakan perasaan sakit tak terkira saat bamper mobil menghantam tubuhnya bahkan kepalanya terasa pecah saat terpental ke aspal.

"Hmm... Apa ada sesuatu yang kau butuhkan? " Tanya Dimitri. Pria itu sedikit iba melihat gadis sebatang kara itu dan bahkan ia terlihat menyedihkan saat ini karena tak seorangpun karib kerabat yang ia miliki bahkan yang lebih mengejutkan gadis itu alumni Sekolah yang sama dengan Devon walaupun berbeda almamater tapi tak seorangpun teman yang peduli padanya. Mereka menjulukinya si pengerat, cinderela yang gagal, bahkan lintah penghisap darah dari hasil penyelidikannya kemaren. Entahlah Dimitri pun enggan mencari tahu lebih dalam lagi. Sebuah kesimpulan yang bisa ia tarik bahwa Si Miskin yang beruntung walau bagaimanapun berusaha exist akan selalu tak tampak bagi si kaya yang bodoh.

Semua itu Bukan apa apa karena Dimitri hanya berusaha mencari wali gadis eh bukan janda cantik itu jika terjadi hal yang tidak di inginkan. Setidaknya wali Reyna bisa mendapatkan keuntungan dari kecelakaan yang terjadi padanya saat ini. Karena boss nya Devon Rayyan Nizama tak kan main main dalam memberi jumlah ganti rugi atau uang duka jika sesuatu yang lebih buruk menimpa gadis yang terbaring lemah di brangkar pesakitan ini.

Namun sayang semua informasi yang di peroleh tentang Reynata. Ya nama yang cukup singkat namun menyimpan informasi yang cukup akurat dan mengejutkan menurut Dimitri. Bukan karena Reynata di besarkan di Panti Asuhan tapi mengenai statusnya yang menjadi janda di usia yang masih sangat muda. Dan mantan suaminya yang tidak bisa di abaikan begitu saja. Moreno Taslim. Putra tunggal pemilik Taslim Group yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Tapi ada apa dengan pernikahan mereka bahkan di kalangan para pengusaha tak sekalipun CEO Taslim Group tersebut pernah menyinggung tentang pernikahan putra tunggalnya. Namun yang lebih mencengangkan kabar yang beredar saat ini Moreno Taslim sedang berada di Eropa melanjutkan pendidikannya bersama Tunangannya yang merupakan Adik kesayangan Boss nya saat ini Devon Rayyan Nizama. Memang Tatiana Kim bukanlah adik kandung Devon. Tatiana merupakan sepupu jauh Devon. Putri tunggal dari Adik bungsu ibu Devon yang menikah dengan seorang pengusaha otomotif y yang berasal dari Korea.

"Hmm...terimakasih, Tidak ada untuk saat ini" Ucap Reyna.

Suara halus janda cantik itu mengembalikan pikiran Dimitri yang melalang buana sedari tadi.

Reyna dan Dimitri kemudian mengalihkan tatapannya ke pintu yang baru saja di buka. Beberapa orang perawat dan seorang Dokter masuk menggerubungi Reyna membuat Dimitri mundur agak jauh tapi tetap memperhatikan gerak gerik para Dokter dan Reyna yang saat ini sedang membolak balikkan isi pikiran Dimitri yang sedang mencoba menebak nebak kehidupan yang dijalani janda cantik itu saat ini.

"Nona kondisi anda cukup baik setelah Operasi Trauma Brain Injury yang terjadi dua hari lalu. Untunglah tidak fatal karena Tn. Devon datang tepat waktu sehingga trauma fatal dapat di hindari" ucap sang Dokter

"Devon lagi" bisik Reyna dalam hati.

"Berapa lama saya bisa beraktivitas normal lagi Dok" tanya Reyna lagi. Reyna pikir ia tak mungkin berlama lama di Rumah Sakit yang dapat ia tebak sangat mahal dari fasilitas ruangan yang sekarang ia tempati.

"Dari kondisi anda Nona Reyna sepertinya tak butuh waktu lama dua minggu kedepan mungkin anda sudah bisa melakukan aktifitas normal lagi. Syaratnya untuk membantu pemulihan Anda pasca-operasi adalah waktu yang tepat untuk mematuhi perintah dalam meminum obat Anda sesuai dengan yang saya resepkan" ucap Dokter lagi.

"Saya akan meresepkan beberapa obat antibiotik untuk menghindari infeksi, beberapa obat lain adalah untuk rasa sakit. Oh iya Rasa sakit dapat mengganggu tidur, nafsu makan, dan mobilitas Anda, dan ketiga gangguan ini hanya akan memperlambat kemajuan pemulihan Anda oleh karena itu untuk menghindari ketiga hal di atas sebaiknya anda mematuhi aturan minum obat yang saya resepkan" ucap sang dokter lagi tegas.

" hmm..." Reyna berdehem walaupun tenggorokkannya tidak gatal untuk menghilangkan rasa canggungnya. " Saya mengerti dok, Maksud saya kapan saya bisa keluar dari sini?"

"Ah..itu" Dokter itu mengangguk faham bahwa memang hampir semua pasien tidak betah berlama lama jadi pesakitan dan terkurung di kasur pasien.

" Empat atau lima hari kedepan saya rasa Nona sudah bisa bebas dari pakaian pasien yang anda kenakan sekarang" balas sang dokter lagi.

"Hmmm....Dok, Apa saya sudah bisa makan atau paling tidak minum" tanya Reyna lagi.

Dokter paruh baya itupun sedikit tergelak " oh...Anda sudah bisa minum nona, mengenai makan sebaiknya anda mengkonsumsi dulu makanan yang di sediakan rumah sakit, maaf bukan tidak di benarkan mengkonsumsi makanan dari luar cuma sebaiknya anda mengikuti dulu aturan rumah sakit agar kondisi anda segera pulih seperti sedia kala" ucap sang Dokter lagi.

Reyna mengangguk, kemudian membiarkan Dokter itu berbicara dengan Dimitri, walaupun ia dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.

Reyna masih menatap ke arah jendela yang menampilkan hujan yang turun membasahi bumi. Hingga suara Dimitri membangunkan lamunannya yang sedari tadi nanar menatap jendela.

"Sebaiknya kau minum dulu" Ucap Dimitri.

Reyna mengambil air mineral yang di sidorkan Dimitri , kemudian ia meneguknya pelan beberapa tegukkan dan mengembalikan pada Dimitri, hingga rasa kantuk menyerangnya dan ia kembali tertidur.

********

Sehari kemudian

" Kau tau bagian mana dari kepalaku yang di belah" tanya Reyna memegang perban yang membalut kepalanya untuk memecah suasana yang sedari ia bangun tadi terasa sunyi walaupun ada mereka berdua disini. Dan tentu saja Reyna mulai bosan, lidahnya mulai gatal untuk mengeluarkan suara.

Dimitri yang sedang asik  bergumul dengan tablet, memandang table table yang author sendiri tidak tahu dengan table tersebut tiba tiba menghentikan kegiatannya. Ia kemudian bangkit dari duduknya setelah terlebih dahulu merapikan gadget yang memenuhi meja tersebut. Seolah isi meja kantornya telah pindah ke ruangan ini sepenuhnya. Ia mengambil tangan Reyna dan membantu tangan itu mengusap bagian samping kepala gadis itu.

" woahh.....cukup panjang, mereka pasti menggunduli bagian tersebut" ucap Reyna lagi.

Dimitri Tersenyum lucu karena baru kali ini ia melihat seorang masih bisa membuat lelucon padahal nyawanya nyaris tak tertolong dua hari yang lalu.

"Rambutmu akan tumbuh kembali, atau kau bisa menggunakan wig sementara waktu" Balas Dimitri.

" woah.....ide yang bagus " ucap Reyna lagi.

Kemudian Reyna menatap Dimitri tajam membuat pria itu menjadi salah tingkah.

"Di mana Boss mu, Bukankah dia yang menabrakku, jika bukan dia tak mungkin kau menjagaku disini" tanya Reyna.

"Maaf, Boss saya juga yang mengantarkan anda tepat waktu ke sini Nona" Balas Dimitri datar

"Aku mengerti, Terimakasih padanya yang telah menyelamatkanku tepat waktu dan sekaligus yang menabrakku" ucap Reyna bola matanya berputar keatas sebagai bentuk protes dan menunjukkan sedikit kekesalannya " Tapi di mana dia?" Tanya Reyna lagi.

"Mr. Devon masih dalam Tahanan Polisi, lawyer tidak bisa menjaminnya keluar karena accident tersebut ada korban"

" Berapa orang?" Tanya Reyna

"Maksud anda?"

"Korban jiwanya?"

"Tidak ada korban jiwa nona, hanya anda korbannya tapi kami membutuhkan bantuan anda untuk memberi keterangan di kepolisian"

"Apa Bossmu akan di penjara?"

Dimitri mengangguk, membenarkan ucapan Reyna.

"Kenapa harus di penjara, aku sudah baik baik saja sekarang lagi pula dia membiayai perawatanku di tempat mewah ini" Ucap Reyna sedikit tak terima dengan apa yang dia dengar saat ini.

"Memang seperti itu prosesnya nona"

Reyna terdiam cukup lama dan Dimitri pun sudah beranjak menuju sofa dan membuka mackbooknya.

"Dimitri, adakah cara agar Boss mu terhindar dari hukuman penjara" tanya Reyna

Dimitri yang sedang memainkan jari jarinya di atas keyword seketika berhenti kepalanya menegak ke atas menatap Reyna yang balas menatapnya.

"Ada" ucap Dimitri lagi menutup mackbook yang baru beberapa menit menyala itu kemudian melangkah menuju tempat Reyna yang saat ini dalam posisi duduk bersandar pada brangkarnya.

"Anda harus membuat pernyataan damai, dan menolak tuntutan hukum terhadap Mr. Devon nona, lusa adalah batas waktunya jika tidak berkas BAP akan di limpahkan ke kejaksaan Nona"

"Ayo kita ke sana" ucap Reyna.

Dimitri mengerjap beberapa kali tak percaya apa yang di dengarnya saat ini.

"Hah" ucap Dimitri mengeluarkan suara atas keterkejutannya.

"Ayo ke kantor polisi, mengeluarkan Bossmu lagi pula aku betul betul merasa baik baik saja, mungkin aku lagi sial saja sehingga mobil Boss mu menabrak halte Bus itu, lagi pula mungkin ia tidak tahu ada orang disana karena halte itu minim cahaya" ucap Reyna panjang lebar.

"Lagi pula hari terjadinya kecelakaan itu aku sedang merenung dan memohon agar Tuhan mencabut nyawaku" Ucap Reyna dalam hati namun tak mungkin ia ungkapkan pada Dimitri kan. Hanya karena ia merasa terlalu sulit melewati hari hari seorang diri dan hidup luntang lantung tak tentu arah.  Jadi ia memohon pada Tuhan hari itu.  Jika tahu permohonannya tersebut menyebabkan orang lain kesulitan tentu ia tidak akan memohon untuk kematiannya kan.  Mungkin ia tidak akan pernah lagi mencoba membuat permohonan seperti itu lagi.

Lagi pula yang membuatnya yakin untuk hengkang dari dunia ini sudah cukup, hutang hutang yang yang bertebaran selama ia menikah dengan Reno sudah lunas semuanya,  perbuatannya tidak buruk buruk amat mengenai dosa dosanya di masa lalu rasanya tidak ada yang begitu memberatkan. Ia sudah banyak melakukan sesuatu kebaikan menurutnya selama hidup di panti dan tidak ada lagi yang mengganjal di dadanya. Bukankah tanggung jawabnya sudah habis dan lebih baik ia pergi dari dunia ini kan.

Dan ternyata melalui tangan orang lain ia merasakan dampak dari doa yang ia panjatkan pada Tuhan. Secara tidak langsung Reyna juga merasa sedikit bersalah pada Devon. Dan sudah seharusnya ia menolongnya sekarang kan. Untung saja ia tidak mati sehingga pria itu bisa terhindar dari jeruji besi kan. Pikirnya dalam hati. Reyna menggelengkan kepalanya " ternyata aku terlalu banyak berfikir yang tidak penting" ucapnya sekali lagi dalam hatinya.

"Ada apa, apa kau merasa sakit" tanya Dimitri melihat Reyna menggeleng sendiri.

" Bukan apa apa, hanya sedikit pusing" balas Reyna

"Aku akan memanggil Dokter"

"Tidak perlu, sudah baik baik saja sekarang" balas Reyna lagi.

" Baiklah Nona, saya akan menelpon lawyer, jika bisa berkasnya di bawa ke sini saja"

Reyna menganguk dan membiarkan Dimitri berjalan menjauhinya untuk menelpon seseorang. Wajah pria itu sudah terlihat bersinar setelah sebelumnya penuh dengan beban berat terlihat. Reyna akhirnya tertidur setelah menunggu Dimitri yang masih sibuk dengan petcakapannya di telpon.

Entah berapa lama ia tertidur, saat terbangun posisinya yang tadi duduk sudah tampak berbaring dengan selimut yang menutupi hingga ke bahunya. Lampu ruangan terlihat remang remang dan tidak ada lagi Dimitri di sana. Hingga tak berapa lama pintu itu kembali terbuka menampilkan Nerd yang mendorong troli makanan dan jangan lupakan bahwa ada Dimitri di belakang troli itu namun saat ini wajahnya sudah terlihat segar dengan pakaian yang berbeda. Reyna bisa menebak bahwa pria itu baru saja mencukur bulu bulu yabg tadi memenuhi wajahnya. Tentu saja kadar ketampanan pria itu menjadi berkali lipat dari pada sebelumnya.

" Saatnya makan Nona, anda sudah tertidur lebih dari empat jam" Ucap Dimitry melihat jam yang berada di tangannya.

Reyna membiarkan Dimitry menekan tombol untuk merupah posisi brangkar yang tadinya dalam posisi tidur menjadi posisi duduk kembali.

"Terima kasih, aku juga sangat lapar" ucap Reyna lagi tanpa memeperhatikan Dimitri yang mebarik bibirnya tersenyum tipis. Sedang Reyna tengah asik menatap hidangan yang memenuhi mejanya.

Gadis itu kemudian melahap habis makanan yang tehidang "Wah...Porsinya terlalu sedikit" Ucap Reyna mengusap perutnya. Bagi Reyna makanan itu cukup enak di bandingkan yang biasa ia makan sebagai pengganjal perut saat ia bekerja banting tulang memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari, bekerja sebagai tukang cuci piring di sebuah restoran siap saji dan mewah bukan bearti ia bisa seenaknya makan makanan mewah. Karena biasanya makanan sisa tidak akan pernah sampai pada meja tempat ia mencuci piring. Dan entah kemana makanan itu ia pun tak tahu.

Dimitri menggeleng, dan kembali tersenyum saat gadis itu mengusap perutnya mulusnya sambil bersendawa keras seolah dirinya tak ada disana.

"Opss....Maafkan aku, aku terlalu menikmati makanannya sehingga terlupa bahwa kau masih ada disini" ucap Reyna merapikan kembali pakaiannya yang berantakan setelah mengusap perutnya.

"Oh, iya kapan kita membebaskan Boss mu" Tanya Reyna lagi. Kurasa kaki ku sudah cukup kuat berjalan. Ucap Reyna lagi yang memang sudah merasa baik baik saja apalagi setelah minum obat yang di resepkan dokter terkadang ia harus bolak balik ke toilet untuk Buang air kecil.

Dimitri kembali tersenyum tipis mendengar ocehan gadis itu seolah mereka akan melakukan sebuah pembebasan terhadap tawanan perang.

"Kau serius, sudah baikkan? " tanya Dimitri

"I'am Fine Mister , lihatlah aku baik baik saja kan ucap Reyna kemudian turun dari brangkarnya kemudian berjalan mendekati sofa tempat Dimitri duduk saat ini. "Aku hanya perlu mengkonsumsi obat tepat waktu, lagi pula yang kuminum hanya anti biotik, vitamin dan pereda rasa sakit, selama aku minum tepat waktu kurasa akan baik baik saja."

"Bagaimana dengan kepalamu?"

"Besok aku akan meminta Dokter untuk membuka perban dan menggantinya menjadi yang hanya menutupi bagian jahitan saja dan aku butuh Hoddie untuk menutupi kepala plontosku" ucap Reyna lagi.

"Baiklah aku akan menyediakannya besok" Balas Dimitri. "Kembalilah ke ranjangmu dan istirahatlah" ucap Dimitry lagi.

Reyna mengangguk memang obat tersebut mulai bereaksi di tubuhnya saat ia selesai makan tadi gadis itu langsung menelan beberapa pil yang di sediakan di atas nampannya.

"Baiklah,....Good night Dimitri" Ucap Reyna kemudian berjalan menuju brankarnya lagi.

Dari belakang Dimitri menatap punggung kecil gadis itu. Ia sudah menyelidiki latar belakang kehidupan Reyna yang sebatang kara. Amat di sayangkan ia harus menyandang status janda oleh ke egoisan orang lain. Menurut Dimitri Reyna merupakan orang yang humble dan ceria dan cantik adalah nilai plusnya. Untuk sebuah alasan ia akan memberikan bantuan tempat yang layak huni bagi gadis itu karena saat ia akan mengambil beberapa pakaian Reyna di rumah kontrakkan yang sesuai dengan alamat di kartu pengenalnya Dimitri merasa miris melihat kontrakan yang tak layak huni itu. Rumah itu terlihat hampir roboh dan bocor di sana sini. Di tambah pemilik bangunan mengatakan bahwa Reyna belum membayar kontrakkannya untuk bulan ini dan bulan lalu. Walaupun semua itu Dimitri lakukan tanpa perintah Devon tapi sebagai sesama manusia bukankah kita harus saling membantu kan apalagi Dimitri pernah hidup sebatang kara dulu tapi tidak separah yang di alami Reyna saat ini.