webnovel

Waves | Park Jimin BTS

"Kebenarannya terletak diantara matahari dan bulan dikala senja." -Waves | Beella Kim Menceritakan tentang seorang mahasiswi semester dua bernama Kim Nara yang sedang berlibur bersama sahabatnya (Jung Yoora) ke Pulau Sirenia. Liburan mereka sangat 'normal' dan menyenangkan hingga pada suatu sore Nara menolong seorang pria tenggelam di dermaga yang membuat hidupnya berubah.

Beella_Kim · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

Chapter 02

Pagi ini Namjoon dan Nara berangkat dengan terburu-buru karena Nara berulah lagi. Mereka segera berlari menghampiri Yoora dan Hoseok yang sudah menunggu mereka di pintu utara Stasiun Sparaxis.

"Hoseok, Yoora... maaf kami terlambat, apa kalian sudah lama disini?" Namjoon meminta maaf dengan nafas terengah-engah.

"Wah.. kenapa kalian berlari? Santai saja Joon, kami baru tiba 15 menit yang lalu." Hoseok mengusap punggung Namjoon yang masih terengah-engah.

"Maaf, ini semua gara-gara bocah ini berulah lagi." Namjoon menatap malas adiknya yang juga masih mengatur nafasnya.

"Hey! Kita tidak akan terlambat kalau Kakak tidak mengetuarkan barang bawaanku lagi!" Balas Nara tidak terima dengan ucapan kakaknya.

"Wah! Nara, kau bawa apa saja? Apa kau mau persiapan wajib militer?" Yoora menatap takjub ransel dan koper Nara diikuti oleh Hoseok yang tiba-tiba tertawa terbahak-bahak hingga hampir terjatuh.

"Yah, Joon... adikmu mau pindah rumah? Waw, ini berat sekali!" Kata Hoseok sambil mencoba mengangkat ransel dipunggung Nara.

"Kau tidak akan percaya jika aku menceritakan ulahnya pagi ini." Namjoon menahan tawa kemudian menceritakan ulah adiknya pagi ini.

"Yah, kenapa kau membawa banyak snack dan makanan instan? Kau takut kelaparan? Di kapalku makanan berlimpah, kau tidak perlu khawatir mati kelaparan." Namjoon berjongkok membantu adiknya menutup risleting ranselnya yang terlihat sangat penuh.

"Yah! Kenapa kau bawa air mineral 1.5 liter juga?! Dua botol?!" Namjoon kaget dan mengeluarkan air itu dari dalam ransel adiknya.

"Kakak! Kenapa kau keluarkan? Aku sudah susah payah memasukkannya dalam ranselku." Omel Nara tidak terima, sementara Namjoon masih menatap adiknya tidak percaya.

"Kau-- aish! Dasar bocah ini!" Namjoon mencubit gemas pipi adiknya.

"AAH! Sakit, dasar Kakak bodoh!" Nara menampik tangan Namjoon dan membalas mencubit pipi kakaknya.

"BAHAHAHA!" Hoseok dan Yoora tertawa hingga menangis, sementara Nara hanya cemberut menatap mereka.

"Yah yah! Nara, kau ini sangat luar biasa, terimakasih sudah membuat kami bahagia dipagi hari, Terimakasih banyak!" Yoora mengusap air matanya kemudian menepuk pundak Nara.

"Kalian menyebalkan! Awas saja kalau kalian berani meminta bekalku!" jawab Nara sebal. "Bekal? Bekal bertahan hidup?" ucap Hoseok.

"Bekal wajib militer." Tambah Namjoon sambil menahan tawa.

"Kakak bodoh!" Nara memukuli Namjoon yang tertawa terbahak-bahak.

=●◊●=

Setelah perjalanan panjang selama 5 jam, akhirnya mereka turun dan melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Marlin dimana kapal tempat Namjoon bekerja bersandar.

"Wah... panas sekali disini." Kata Hoseok begitu mereka masuk ke pelabuhan.

"Beginilah kehidupanku sehari-hari, tapi anginnya sejuk kan?" Namjoon tersenyum sambil menepuk pundak Hoseok.

Angin lautnya memang kencang sekali, tapi ombaknya tergolong tenang. Namjoon melihat kesekelilingnya dan mendapati adiknya berjalan kepinggir dermaga yang kemudian berjongkok seperti mencari sesuatu.

"HA!" Namjoon memegangi ransel adiknya diam-diam, kemudian dengan tiba-tiba mendorong Nara dengan jahil.

"AAK! KAKAK BODOH! Apa kau mau membunuhku?!" Pekik Nara sambil memukuli kakaknya dengan emosi.

"Ahahaha! Ampun! Ampuni hamba Yang Mulia!" Namjoon berusaha menahan tangan adiknya yang memukulinya dengan keras.

"Bagaimana kalau aku jatuh?" Nara masih tidak terima.

"Kalau kau jatuh kan kau bisa berenang, lagipula kenapa kau berjongkok disini? Kau mencari apa? Mencari jodohmu? Sudahlah, menyerah saja." Kata Namjoon sambil tersenyum mengejek.

"Sungguh, Aku semakin tidak percaya kalau IQ mu 148 wahai Kakakku Tuan Kim Namjoon yang jenius." Nara menatap kakaknya kesal.

"Aku tidak peduli jika kau mau percaya atau tidak, hal itu bukanlah masalah bagiku wahai adikku Nona Kim Nara yang memiliki IQ lebih rendah 40 angka dariku, Tuan Kim Namjoon yang jenius." Namjoon menepuk-nepuk kepala adiknya yang menatap kakaknya dengan mulut menganga.

"Ah, sudahlah! Pergi sana, aku mau mencari ubur-ubur lagi!" Nara berjalan menjauhi kakaknya.

"Dasar bocah." Namjoon tertawa geli mengikuti adiknya.

"Hoi! Kapten!" Teriak seseorang dari atas kapal membuat Namjoon dan Nara menoleh kearahnya. Pria itu melambaikan tangannya dengan girang kearah mereka.

"Hoi! Tuan Kwon!" Namjoon melambaikan tangannya pada pria itu.

"Kapten Kim! Kau sudah kembali bekerja lagi?" Kali ini teriakan dari pria yang sedang sibuk mengikat box kayu besar.

"Iya, aku hanya pulang sebentar." Jawab Namjoon ramah, sementara Nara memandang kakaknya yang sangat populer disini.

"Wah, mereka semua mengenal kakak? Hebat." Namjoon tertawa geli sambil merangkul adiknya.

"Ayo kita naik ke kapal." Ajak Namjoon.

==Nara POV==

"Wah! Kak Namjoon!" Kami berbalik karena mendengar suara teriakan gadis kecil yang berlari kemudian memeluk kaki Kakakku.

"Aigoo.. Yoreum cantikku..." Kakakku berjongkok dan memeluk gadis kecil itu.

Gadis kecil itu sangat menggemaskan dengan mata bulat dan rambut keriting yang menjuntai hingga menutupi punggungnya, badannya terlihat sehat dengan pipi tembam dan hidung kecilnya yang mancung.

"Yoreum!" Seorang anak laki-laki berlari menghampiri kami dengan terengah-engah, sepertinya dia masih berumur belasan tahun.

"Hey, jangan lari begitu! Untung saja kau tidak jatuh." Katanya sambil mencubit gemas pipi Yoreum.

Dilihat sekali saja semua orang pasti akan tahu kalau anak laki-laki ini adalah kakak Yoreum, matanya bulat dan besar, hidung mancung dan giginya yang lucu membuatnya benar-benar seperti anak kelinci.

"Aa! Maafkan Yoreum Kak Kookie.." Kata Yoreum yang pipinya masih dicubit kakaknya.

"Hahaha! sudahlah Jungkook, jangan cubit adikmu terus nanti pipinya semakin tembam." Kak Namjoon tertawa gemas sambil mengusap pipi Yoreum.

"Kak Namjoon, ayo kita main!" Yoreum melompat kegirangan dalam pelukan Kak Namjoon.

"Hey, kita taruh tas kita dikamar dulu ya? Setelah itu kita main dengan Kak Namjoon." Jungkook mengelus kepala adiknya yang terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk.

"Oke, ayo kita terbang kesana, Hyaak!" Jungkook menggendong adiknya sambil berputar-putar sehingga Yoreum tertawa terbahak-bahak.

"Joon, Siapa anak-anak itu? Apakah mereka anak-anak temanmu?" Tanya Kak Hoseok.

"Bukan, mereka adik sepupu Bos-ku." Jawab Kak Namjoon.

"Oh... apa bos-mu ada disini? Apa mereka bersama orangtuanya?" Tanya Kak Hoseok sambil celingukan melihat sekelilingnya.

"Tidak... Bos-ku ada di rumahnya di Pulau Sirenia dan orangtua mereka sedang ada perjalanan bisnis ke luar negeri, jadi mereka akan dititipkan pada bos-ku selama liburan ini." Jelas Kak Namjoon sementara Kak Hoseok hanya meresponnya dengan anggukan.

"Ah, Mereka lucu sekali..." Tambah Kak Hoseok sembari menarik kopernya.

"Iya, mengingatkanku pada Nara waktu masih kecil." Kakakku menghela nafas kemudian menatapku dan memegang kedua bahuku. Dia kenapa lagi?

"Adikku sekarang sudah tua, tidak imut lagi. Ck! Kenapa kau cepat tua?" Kak Namjoon mengguncang bahuku seperti orang gila. Dasar orang ini!

"Kau Tanya kenapa? Tentu saja karena kakakku juga sudah sangat tua!" Aku membalas mengguncang bahunya tidak kalah gila, sementara Kak Hoseok dan Yoora tertawa geli.

=●◊●=

Aku dan Yoora sedang berjalan menuju dapur kapal sambil bercanda, malam ini kami ingin menyeduh mie instan cup karena udaranya sangat dingin.

"Yoo, tidak kusangka kau juga membawa mie instan cup, kukira hanya aku saja yang membawa bekal bertahan hidup." Aku tertawa geli mengingat ejekan mereka tentang 'bekal bertahan hidup' yang aku bawa.

"Yah, kau kan tau kalau kita ini satu hati." Yoora tertawa sambil membuka pintu dapur.

Baru saja kami melangkah masuk ke dapur, kami dikagetkan oleh sesosok makhluk, eh? Maaf.. Maksudku seseorang yang berdiri disamping lemari pendingin.

"Astaga! Kak Yoonki? Kau mengagetkan kami!" Pekik Yoora sambil memeluk mie instannya.

Ha? Kak Yoonki? Tapi... kenapa ada yang berbeda dari penampilannya?

"Kenapa malam-malam begini Kak Yoonki berdiri disamping lemari pendingin tanpa menyalakan lampu dapur?" Tanyaku ragu sambil memeluk mie instan cup ku dengan erat.

"Yoonki? Kak Yoonki?" Kak Yoonki(?) menatap kami tak percaya.

"Wah.. ternyata rambutmu panjang ya Kak? Luar biasa, Kau cantik sekali, kulitmu putih pucat bagai salju, kaki ramping bagai bangau.." Yoora memujinya sambil memandangi Kak Yoonki(?) dari atas kebawah.

Wah, anak ini sudah gila! Kau bisa ditahan karena dianggap melakukan pelecehan Yoo! Tapi tunggu, rambut.. panjang? Kulit putih pucat? Kenapa aku merinding?

"Ini tidak adil Kak Yoonki! Aku merasa gagal sebagai perempuan!" Tambah Yoora sambil menghentakkan kakinya kelantai.

"Ehem! Aku disini." Kami menoleh dan mendapati Kak Yoonki berdiri di depan pintu dapur sambil membawa ember.

Sudah kuduga, ada yang tidak beres disini!

"La- lalu.. dia..?" Kami membelalakkan mata kami, tidak berani menoleh kebelakang.

Kak Yoonki menyalakan lampu dapur kemudian mengambil alat pancing di sudut dapur. "Dia Min Yoonji, adikku."

Kami menoleh menatap Kak Yoonki dan Yoonji bergantian.

"Dia perempuan." Tambah Kak Yoonki yang menyadari kami menatap adiknya dari atas kebawah kebingungan.

"Hey! Kau gila ya?! Tidak usah kaukatakan pun mereka pasti sudah sadar kalau aku perempuan!" teriak Yoonji kesal.

"Kau yakin? Mereka saja mengira kalau kau itu aku." Yoonki menyeringai menatap adiknya.

Waw, situasi canggung macam apa ini?

"Ah! Maafkan kami, maksud kami... Kau cantik sekali." Kami segera meminta maaf pada Yoonji.

"Iya, kau cantik sekali! Mirip sekali dengan Kak Yoonki." Tambah kami.

"Cih, aku tidak mau disamakan dengan pria tua tukang tidur itu!" Yoonji berjalan keluar dapur meninggalkan kami bertiga yang terdiam memandangnya.

"Ehm... maafkan adikku, dia memang terkadang menyebalkan, apalagi saat datang bulan. Ck! Dasar gadis SMA." Kata Kak Yoonki setengah bergumam.

Ha? Dia bilang apa? Aku tidak salah dengar kan??

"Ah... tidak apa-apa" Aku dan Yoora tersenyum canggung.

"Kalian berdua kenapa malam-malam begini ada di dapur? Apa kalian masih lapar?" Tanya Kak Yoonki.

"Ah, tidak.. kami sudah kenyang, kami hanya mau menyeduh mie instan." Yoora menunjukkan mie instannya pada Kak Yoonki.

"Kami ingin mengobrol diluar sambil makan mie cup, haha... untuk camilan saja." Tambahku.

"Yah... disini memang dingin sekali saat malam hari, memakan mie instan cup memang paling nikmat!" Kak Yoonki tertawa geli.

"Kak Yoonki, apa kau mau pergi memancing?" Tanyaku sambil memandangi peralatan pancing yang dibawa Kak Yoonki.

"Tidak, dia mau membajak sawah." Jawab Yoora datar yang diikuti tawa Kak Yoonki.

"Iya, aku mau memancing, apa kalian mau ikut? Kakak kalian dan yang lain juga ikut memancing denganku di bagian utara kapal." tawar Kak Yoonki ramah.

"Entahlah, mungkin nanti kami akan menyusul. Terimakasih tawarannya." Jawab kami.

"Baiklah, nikmati malam kalian gadis-gadis!" Kata Kak Yoonki sembari berjalan keluar dapur.

"Ya ampun, sikapnya seperti kakek-kakek." Celetuk Yoora begitu Kak Yoonki sudah tidak terlihat lagi.

=●◊●=

Suasana malam ini begitu menyenangkan, angin laut berhembus kencang menerpa kami yang berada di luar ruangan kapal, suara deburan ombak dan sorakan gembira kakak-kakak kami yang memancing bersama para awak kapal membuatku tersenyum kecil membayangkan betapa gembiranya wajah mereka mendapatkan ikan atau cumi-cumi, tapi mungkinkah mereka mendapat ubur-ubur? Ah, ubur-ubur tidak mungkin memakan umpan pancing.

"Ahahaha, sepertinya seru sekali ya?" Aku tertawa sambilmemegang mie cup ku yang masih terbilang penuh.

"Iya, sepertinya kakakku senangsekali ada disini, syukurlah dia tidak mabuk laut." Jawab Yoora sambil meniupmie nya.

Kak Hoseok itu tidak tahan naik kapal, baru sebentar saja naik kapal dia bisa mabuk laut parah.

"Iya, kasihan Kak Hoseok kalau sampai ia mabuk laut lagi, sementara kemungkinan baru besok pagi kapal kita berhenti sebentar di Pelabuhan Archelon kemudian berangkat ke pulau Sirenia." Jelasku.

"Wah, lama juga ya.."Kata Yoora, sementara aku hanya mengangguk.

"Hey, kuperhatikan dari tadi mie mutidak berkurang sama sekali, cepat dimakan!" Kata Yoora sambil membelalakkan matanya, aku hanya tertawa menyadari mie ku tidak kunjung habis.

"Wah, sudah bertahun-tahun kebiasaan makanmu yang lambat ternyata tetap bertahan sampai sekarang." Yoora tertawa sambil memukul gemas lenganku.

"Ahaha... ini membuktikan bahwa aku itu orang yang setia dan tidak akan pernah berubah." Aku tertawa geli mendengar ucapanku sendiri.

Malam ini aku dan Yoora menghabiskan waktu dengan melihat kakak-kakak kami memancing bersama para awak kapal, ternyata dari tadi Yoonji juga ikut memancing bersama Kak Yoonki, tidak disangka ia pandai sekali memancing. Kami semua tertawa dan bersorak gembira setiap ada yang berhasil menangkap ikan atau bahkan gagal. Yah, kami hanya menikmati waktu bersama dengan gembira.