webnovel

Vicious Circle

Terkadang beberapa rasa penasaran yang berlebihan akan membawamu pada sesuatu yang mengerikan. Ada hal dimuka bumi ini yang jika kalian tidak mengetahuinya, maka itu akan lebih baik untuk diri kalian. Kamu hanya perlu tidak memperdulikannya, bahkan ketika semua orang disekitarmu tidak bisa kamu percayai. Hal yang paling Gloria sesali adalah saat dimana rasa penasarannya mengungkap sesuatu yang bahkan ia sendiri sulit menghadapinya. Kejadian-kejadian layaknya potongan puzzle yang selalu berdatangan bagai misteri yang harus dipecahkan bersama saudara kembarnya Giovani. Teror dimana orang-orang terus menerus dibunuh tanpa alasan yang jelas dan pembunuh itu masih berkeliaran dengan ganas. Setiap malam, mungkin saja kalian adalah korban selanjutnya. Ingat, jangan pernah percaya pada siapapun! "Harusnya, aku tak pernah melakukan ini." "Terlambat untuk menyesali, ayo bermain." "Jangan takut Glo! Ada aku!" "Jangan lari, kemanapun kalian pergi aku akan menemukan kalian!" "Gio ada sesuatu dibawah ranjangku." Jika berkesan tolong masukkan ke collection kalian yaa.

swcctlullabiech · Horror
Not enough ratings
23 Chs

Dating

Akhir pekan, saat dimana kalian menghabiskan waktu dengan bersantai seharian setelah melakukan aktivitas penuh. Saat yang paling Gloria nantikan dimana ini adalah waktu kencan pertama yang paling ia tunggu. Gloria mengamati dirinya didepan cermin untuk yang ketiga kalinya, ini sudah sepuluh menit semenjak ia berdiri didepan cermin dan berusaha mencari kekurangan pada penampilannya. Gloria menghela nafas pelan, ia kemudian menuju ruang tamu tempat keluarganya berkumpul. Ruang tamu tampak ramai dengan suara televisi yang menyajikan acara komedi akhir pekan favorite Christ dan jangan lupa tawa renyah Hillary ketika menemukan hal yang menurutnya lucu. Jangan lupakan putra sulung keluarga ini yang sedari tadi duduk menemani orang tua mereka sambil bermain vidio game di ponsel pintar miliknya.

Gloria mendekati mereka, begitu sampai di ruang tamu tiga pasang mata itu langsung memperhatikan sosok yang sudah rapi dengan setelan manisnya itu.

"Hey honey, kau tampak berbeda untuk akhir pekan ini," ucap Christ sedikit heran karena biasanya putrinya itu akan menonton acara komedi bersama mereka di akhir pekan dengan secangkir coklat hangat ditangannya.

"Ouh Christ hentikan, putrimu ini akan pergi kencan dengan seorang pria," jelas Hillary sambil tersenyum membuat Gloria malu. Sejujurnya Gloria sudah menceritakan mengenai Nielle pada ibunya dan apa respon Hillary? Dia nampak menyambut baik kabar berkencan putrinya, mendengar kabar kencan Gloria jauh lebih baik daripada mendengar bahwa anak gadisnya itu menjadi perawan tua.

Christ nampak mengangkat sebelah alisnya, "Kencan? Wah, baiklah nak pria mapan mana itu?"

"Sebenarnya dia masih bersekolah ditempat dimana aku dan Gio bersekolah. Tentu saja jika tempat itu masih disebut dengan sekolah mengingat pelajaran olahraga seperti melakukan kerja paksa," jelas Gloria.

"Jadi maksudmu dia pengangguran?" tanya Christ lagi.

"Eum secara teknis iya, tapi secara harfia dia tampan. Oh ayolah dad, aku tak akan mengencani pria tua yang menghabiskan hidup dengan setumpukan kertas setidaknya dimasa mudaku ini," balas Gloria.

Giovani hanya diam mendengarkan dan tak berniat ikut campur dengan permasalahn kencan ini meskipun ia sudah melarang Gloria untuk melanjutkan kencan ini berkali-kali tapi adiknya itu tetap bersikeras untuk pergi tanpa menghiraukan seluruh perkataan Giovani. Suara ketukan pintu mengintrupsi mereka dan ketika pintu dibuka oleh Hillary terlihat sosok Nielle yang sudah rapi. Gloria berjalan ke arah teras rumah tempat Hillary dan Nielle berada diikuti Christ yang sangat penasaran dibelakangnya sedangkan Giovani melanjutkan bermain vidio game di ponselnya.

"Eum dad, ini Nielle. Nielle ini ayahku," ucap Gloria memperkenalkan keduanya.

"Jadi kau anak laki-laki yang dibicarakan oleh putriku?" balas Christ.

"Senang mengetahui kalo aku menjadi bagian dari cerita Gloria, tuan Wang," balas Nielle tersenyum.

"Dad hentikan, mom lihatlah," ucap Gloria meminta pembelaan dari Hillary.

"Sudahlah, pergilah anak-anak jangan lupa bersenang-senang. Nielle tolong jaga Gloria, dia sedikit aktif dari gadis biasa," ucap Hillary.

"Ya kau harus menjaganya atau aku akan mematahkan rusukmu jika putriku sampai kenapa-napa mengerti," ucap Christ membuat Nielle mengangguk ngilu.

"Dad!"

"Tidak sayang dad hanya bercanda."

"Baiklah sekarang waktunya pergi sebelum pria tua ini berubah pikiran anak-anak. Biar aku yang menanganinya," balas Hillary yang diangguki Gloria.

Mobil Nielle perlahan meninggalkan pekarangan rumah keluarga Wang. Tujuan mereka sekarang adalah bioskop tempat film yang akan mereka tonton diputar. Perjalanan yang mereka lalui sangat penuh tawa, entah itu karena hal konyol yang dilakukan Gloria atau rayuan-rayuan manis dari mulut Nielle untuk Gloria. Demi apapun sekarang Gloria berusaha untuk mengehentikan waktu jika dia bisa, dia menyukai bagaimana Nielle tertawa dan dimatanya itu begitu indah.

Malam ini begitu panjang untuk mereka lalui berdua dengan film romansa bioskop atau makan satu box pizza favorite Gloria yang menemani arah pulang mereka. Kesan kencan pertama yang begitu manis untuk Gloria. Nielle benar-benar memperlakukannya dengan baik, menonton bioskop bersama, bermain permainan disebuah toko game, memilih beberapa pernak-pernik sebagai hadiah untuk Gloria di toko aksesoris, dan membeli satu box pizza sebagai makanan untuk mereka pulang.

"Terima kasih, ini malam yang berkesan," ucap Gloria.

"Aku senang kau senang," ucap Nielle tulus.

Mereka sampai didepan rumah Gloria, rasanya tidak rela membiarkan kebahagiaan ini menghilang begitu saja. Nielle membelai pelan pucuk kepala Gloria, "Apa aku sudah bilang kau cantik malam ini?"

Gloria terkekeh malu, "Hentikan bualanmu itu."

Nielle meraih sepasang tangan Gloria, "Aku tidak membual. Glo, mau jadi pacarku?"

Gloria tercengang dengan pernyataan Nielle, ia mengamati sepasang mata Nielle dan dia tidak merasa menemukan kebohongan didalamnya.

"Tentu saja aku bersedia," ucap Gloria yang membuat Nielle tersenyum senang. Rasanya ada kupu-kupu yang menari-nari didalam perutnya.

Gloria dan Nielle saling bertatapan, suasana mendadak menjadi hening seketika. Mungkin mereka terlalu senang hingga lupa bagaimana cara mengekspresikannya. Entah dorongan darimana tapi perlahan pria berdarah Italia itu mulai mendekat kearah Gloria. Semakin dekat, sangat dekat dan akhirnya bibir mereka saling bersentuhan jika saja Giovani tidak mengetuk kaca mobil Nielle dengan pandangan horor.

Gloria mengumpat dalam hari, bagaimana Giovani bisa hadir tepat waktu seperti ini. Gloria terpaksa melepaskan ciuman pertamanya walau ia sudah menantikannya. Bagaimana kalau Giovani melihat semuanya, habislah kau Glo. Gloria dan Nielle turun dari mobil dan segera menghampiri Giovani, ia merasakan aura yang tidak menyenangkan dari Giovani sekarang.

"Pukul duabelas malam, kalian benar-benar tahu bagaimana cara menghabiskan waktu ya," sarkas Giovani pada mereka berdua.

"Ayolah Gio, setidaknya kami bersenang-senang," balas Gloria.

"Eum maaf membawa Gloria selarut ini," ucap Nielle.

"Bagus setidaknya kau sadar akan kesalahanmu, pulanglah ini sudah malam."

"Hey jangan mengusir pacarku," ucap Gloria.

"Tidak apa, aku akan pulang. Selamat malam," Ucap Nielle berlalu pergi dan membawa mobilnya menjauh dari pekarangan keluarga Wang.

"Kau menyebalkan," ucap Gloria kesal.

"Dan akan lebih menyebalkan jika aku mengadukan kau hampir berciuman di kencan pertamamu pada dad," balas Giovani berlalu pergi meninggallkan Gloria yang sudah semakin kesal.

Gloria menyusul Giovani kedalam rumah, ia mengikuti kakak laki-lakinya itu dari belakang. Sesampai dikamar Giovani duduk di kursi belajarnya tanpa menghiraukan Gloria yang sudah merebahkan diri di tempat tidur miliknya.

"Gio, kau bisa pegang rahasia?" tanya Gloria.

Giovani berbalik dan menghadap adiknya itu, dia sedikit tersinggung dengan pertanyaan ini.

"Rahasia mana yang tidak ku simpan? Rahasia kau yang memecahkan kaca mobil dad atau saat kau tak sengaja membakar lukisan kesayangan mom?" tanya Giovani dengan sebelah alis terangkat.

"Baiklah-baiklah tapi tolong rahasiakan yang ini juga dari dad dan mom," ucap Gloria memelas.

"Tentu saja, uang sakumu jadi milikkku separuhnya selama sebulan," tawar Giovani.

"Apa kau memerasku?" tanga Gloria tak percaya.

"Percayalah, caraku memeras lebih buruk dari ini," balas Giovani datar.

"Baiklah aku setuju, itu milikmu separuhnya," ucap Gloria pasrah membuat Giovani tersenyum kemenangan.