webnovel

Vasavi Cross: Remnants

Empat tahun berlalu sejak Rignil Sang Pahlawan Terpilih menghilang setelah mengalahkan Rahnuc Sang Naga Raja Iblis. Namun, dunia belum sepenuhnya kembali damai. Keseimbangan yang tercapai telah hancur. Sisa-sisa kekuatan Rahnuc kembali membuat kekacauan. Sarvati, mantan rekan seperjuangan Rignil, terus berjuang untuk mengemban cita-cita Rignil yang menginginkan kedamaian dunia. Untuk membersihkan sisa-sisa kekuatan Rahnuc, Kekaisaran Naga terpaksa melepas kriminal paling berbahaya, Vayyu Wissn. Demi memenuhi janjinya pada Rignil, Sarvati mengemban tugas untuk menjadi pengawas dan pengawal Vayyu.

Mananko · Fantasy
Not enough ratings
17 Chs

Bab IX - Wabah

"Hei."

Seperti biasa, Vayyu memanggil Sarvati dengan nada kasar dan tidak sopan. Terlebih lagi, kali ini dia melakukan hal itu tepat pada saat Sarvari meminum air dari kantong kulit badak gurun. Sarvati hanya membalas dengan menatap Vayyu dan menaikkan alis tanpa behenti minum.

"Kau ini…," Vayyu memiringkan kepalanya, seperti terheran,".... pernah dipelihara manusia ya?"

Pertanyaan mengejutkan itu menyentak Sarvati dan membuatnya menyemburkan air yang akan dia minum tepat ke wajah Vayyu.

"Da-dari mana kau dapat ide gila itu?" Sarvati balas bertanya dengan panik. "Me-memangnya aku terlihat seperti hewan peliharaan yang sering dibawa manusia?"

"Menjijikkan!"

Vayyu merendam kepalanya ke dalam air sungai besar tempat di mana mereka tadi memilih untuk beristirahat. Dia menggosok-gosok kepalanya berusaha membersihkan ludah dan air minum yang tercampur dalam mulut Vermillion sebelum disemburkan.

"Apa yang terjadi dengan tata krama bangsa naga selama dua puluh tujuh tahun ini?!!" geram kadal kriminal itu dengan kesal sambil menarik kepalanya dari dalam air.

"Jawab dulu pertanyaanku," kata Sarvati cepat.

Vayyu menarik kepalanya mundur seperti mau menghindari kemungkinan ada semburan kedua. Pintar juga dia, karena kalau jawabannya kacau, Sarvati akan menyemburkan api kali ini.

"Kau sendiri belum menjawab pertanyaanku," Vayyu membalas sambil mengernyitkan dahi.

Sarvati terdiam. Balasan itu tidak sepenuhnya buruk untuk dihadiahi semburan api. Sudahlah, dia putuskan untuk menjawab, "Tidak ada yang berubah dari tata krama bangsa naga, itu hanya kau yang membuatku terkejut… dan aku bukan hewan peliharaan."

"Tunggu," Vayyu menjulurkan tangan kanannya ke depan. "Aku tidak pernah mengatakan kau adalah hewan peliharaan."

"Tadi kau bertanya apakah aku pernah dipelihara manusia."

Si biru bedebah terdiam sejenak dan tampak berpikir. Dia menghela napasnya, "Maksudku, apa kau pernah dibesarkan oleh manusia?"

Sarvati mendengus ketus, "Giliranmu menjawab, bukan bertanya.".

Vayyu menghela napasnya lagi. Sarvati menyangka keadaan kadal kriminal yang terkurung berpuluh-puluh tahun pasti merusak paru-parunya sampai dia sering kesulitan bernapas.

"Jujur saja, kau ini unik."

Sarvati mengernyit mendengar komentar Vayyu.

Akan tetapi sebelum Sarvati sempat itu berkata apapun, Vayyu melanjutkan pernyataannya, "Terkadang tingkahmu seperti manusia, kau bersikeras membiarkan api unggun menyala semalaman dan tidur menghadap ke samping sambil meringkuk."

"Kau sendiri tidur bersila," gerutu Sarvati menyela Vayyu.

Vayyu tidak mengacuhkan protes itu dan melanjutkan kata-katanya, "Hal lainnya, mungkin ini agak samar, tapi kau memancarkan sedikit bau manusia. Selain itu tubuhmu kecil sekali, seperti kurang gizi. Kau kena penyakit kerdil ya?"

Kata-kata Vayyu mulai membuat Sarvati kesal. Dia berdiri dan memalingkan wajah, "Memangnya apa masalahnya jika tubuhku kecil? Aku masih bisa bertempur sebaik naga lain yang tubuhnya jauh lebih besar."

"Aku tidak pernah bilang ada masalah dengan itu."

"Dan aku tidak pernah meminta pendapatmu."

Sarvati bergerak ke arah barat daya sesuai dengan yang dikatakan Vayyu. Sebenarnya dia masih belum bisa sepenuhnya memercayai kadal biru itu. Kata-katanya bisa saja muslihat agar Sarvati lemah. Apalagi tentang kenyataan mengenai kedua senjata Sarvati.

Omong kosong macam apa itu?

Walau begitu, Sarvati tetap mengikuti arah yang diberikan Vayyu. Sejujurnya dia kurang bisa menerka arah di dalam hutan ini. Dia lebih suka terbang dan memandang jauh ke cakrawala untuk mengetahui tempat tujuannya. Kalau di hutan ini, yang ada hanyalah pepohonan besar yang sangat membingungkan.

Setidaknya Sarvati akhirnya menyadari bahwa arah yang diberikan Vayyu ada benarnya di keesokan hari ketika mereka menjumpai bagian hutan yang tampak seperti berpenyakit dan mulai berubah warna. Pepohonan bahkan mulai menggugurkan daun-daunnya walaupun belum musimnya.

Mereka sudah sangat dekat dengan sumber hawa mencekam itu.

Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan tanpa banyak bicara. Sarvati tidak yakin mengapa Vayyu diam saja. Entah jika dia mendadak menjadi serius atau sebenarnya memikirkan hinaan lain. Mungkin juga memikirkan cara kabur lagi.

Semakin dekat mereka dengan tempat tujuan mereka, pepohonan semakin sedikit dan banyak sekali di antara pepohonan yang bahkan tidak berdaun sedikitpun. Rerumputan pun menghilang digantikan dengan tanah kering. Sampai pada akhirnya mereka menemukan gurun dengan tebing-tebing bertebaran di beberapa tempat.

Masalahnya, sejak kemarin Sarvati merasakan ada tekanan berat di semenjak memasuki bagian hutan yang sakit dan tekanan itu begitu besar di area tempat mereka berada sekarang Selain itu, Sarvati mengenal tempat ini walau pemandangannya sangat berbeda dengan saat terakhir dia ke sini.

Dia berkata pada Vayyu, "Aku baru menyadarinya. Tempat ini dekat dengan pos penjagaan pasukan Kekaisaran Naga dan tempat ini dulu adalah stepa, bukan gurun."

"Kapan kau terakhir pergi ke sini?" tanya Vayyu sambil memperhatikan sekitar.

Sarvati terdiam sejenak sambil memperhatikan sekitarnya sebelum menjawab, "Mungkin satu tahun yang lalu."

"Sepertinya penyebarannya cukup cepat," balas Vayyu sembari mengendus udara yang pekat dilingkupi hawa mencekam.

Sarvati tidak mengerti mengapa Vayyu melakukan hal itu, tetapi Sarvati cukup mengapresiasi bagaimana Vayyu tidak berusaha membohonginya tentang arah sumber kekacauan ini.

Jika sumber dari kekacauan ini tidak dihentikan, maka ada kemungkinan wabah ini akan menyebar luas. Selain itu, jumlah golem yang muncul bisa makin banyak. Menyerang langsung pada sumber utamanya adalah pilihan tepat

Sarvati melirik Vayyu. Mungkin ini alasan mengapa Kaisar Drakko memilih kriminal macam Vayyu untuk menyelesaikan masalah. Bedebah biru itu bisa bertindak di luar hierarki.

"Kau bisa menebak di mana pusatnya?" tanya Sermillion.

"Sebentar," Vayyu memandang ke langit temaram dilingkupi mendung yang berada jauh lebih tinggi dari posisi awan pada umumnya.

Apa mungkin dia sedang berusaha melihat persilangan garis-garis sihir di langit seperti yang pernah dia katakan?

"Di sana," Kata Vayyu sambil menunjuk arah selatan dari lokasi mereka berada.

"Ayo."