webnovel

Valvah

Trx terjebak kedalam peperangan yang berkepanjangan dan Berusaha mempertahankan kerajaannya dari setiap gempuran pasukan lawan setelah dia menyerang suatu kerajaan

Khoersa_Ersa · Fantasy
Not enough ratings
8 Chs

Degila dan Barisa

"Siapa kau?", tanya seorang kakek kepada Trx yang di atas kuda.

Trx tersenyum, lalu menjawab pertanyaan sang kakek. "Aku adalah Trx".

"Mau apa kau ke sini?", tanya kakek itu lagi.

"Kedatanganku ke sini ingin bertemu dengan kepala klan kalian", jawab Trx dengan tersenyum.

"aku, aku lah pemimpin klan ini. ada apa mencari ku?"

Trx turun dari kudanya, menghampiri si kakek. "Bisa kita bicara berdua saja?", kata Trx kepadanya.

"mari kerumahku", balas si kakek sambil berjalan ke arah rumahnya, dan Trx mengikuti dari belakang sambil menuntun kudanya.

Sesampainya di rumah si kakek, si kakek mengajak Trx masuk kedalam rumahnya. Rumahnya tidak terlalu besar tetapi barang-barang di sana tersusun rapih dan bersih.

"Marla!", teriak si kakek memanggil seseorang. Tak lama kemudian datang seseorang gadis dari suatu ruangan. "Jamu tamu kita ini, dia adalah seorang raja", ucap si kakek kepada gadis itu.

Si gadis yang bernama Marla itu pun pergi ke arah dapur. Lalu si kakek menyuruh Trx untuk duduk di karpet di pojok ruangan, dan si kakek pun ikut duduk juga bersamanya.

"Dia adalah putri ku", kata si kakek yang merujuk kepada wanita tadi.

"Hanya satu anak saja?", tanya Trx sambil tersenyum.

"Anak ku ada 4, tiga laki-laki, 1 perempuan", jawab si kakek.

"Kemana anakmu yang lainnya?", tanya Trx kembali.

"Tiga anak laki-laki ku sudah gugur dalam peperangan 4 tahun lalu melawan Ceisya", jawab kakek.

"Maaf. Aku turut berdukacita", kata Trx dengan kepala sedikit menunduk.

"Tidak apa, yang namanya pertempuran pasti akan merenggut nyawa seseorang"

Ditengah-tengah perbincangan, Marla datang dengan membawakan nampan. Lalu dia menghidangkannya kedepan si kakek dan Trx. Marla pun membuka tutup nampan itu, dan terlihatlah di atas nya terdapat satu ekor Ayam yang sudah matang di masak. Kemudian Marla meninggakan mereka berdua.

"Silahkan di makan", kata kakek kepada Trx. Trx pun menurutinya, dia mencari-cari garpu, dan pisau disekitar nampan itu.

"Ada apa?", tanya kakek terheran-heran dengan gelagat Trx.

"Aku sedang mencari garpu dan pisau", jawab Trx yang masih mencari.

"oh tidak, kami memang tidak memakai peralatan makanan untuk makan. Kami terbiasa menggunakan tangan sendiri untuk menyantap makanan", balas si kakek sambil tersenyum.

"Oh iya, kemana para pengawalmu itu. Tidak biasanya seorang raja tanpa pengawalan", tanya lagi si kakek.

Trx yang sambil menyantap makanannya pun segera menjawab. "Tanpa pengawalan pun aku bisa jalan sendiri".

"Ada hendak apa datang kemari?", tanya kakek.

"Hmmm.... Apakah kalian sudah tahu bahwa Ceisya kalah dari Ragna dan seluruh keluarga kerajaannya dibantai semua?", ucap Trx sambil mengunyah makanannya.

"Ya kami tahu, dan kami senang karena tidak perlu lagi membayar upeti kepada raja", kata kakek sembari tersenyum.

"Hmmm.... sebenarnya kalian masih diwajibkan untuk membayar upeti, karena raja baru telah naik tahta", balas Trx menanggapi kesenangan si kakek.

"Apa!", terkejut si kakek.

"Tenang, aku kemari membawa solusi"

"Apa itu"

"Kalian bantu aku melawan Manzor"

"Manzor?. Apa hubungannya?"

"Selama ini upeti yang kalian kasih ke Ceisya, mereka gunakan untuk membayar hutang di kerajaan Manzor".

"Tau dari mana, apakah memang benar?!", Terkejut bukan kepalang si Kakek.

"Aku ini adalah teman raja Ceisya yang baru, dan aku sudah mendapatkan catatan kerajaannya"

"Aku juga akan mengajak klan Barisa. Tenang saja, semua persenjataan kami yang siapkan, kalian hanya siapkan diri saja"

***

"Apa kau berhasil mendapatkan bantuan?", tanya Ethapia kepada Trx ketika mereka di ruang kerja istana Ragna.

"Aku mendapatkan bantuan dari klan Barisa dan Klan Degila", jawab Trx.

"Bagaimana bisa?"

"Aku mengatakan kepada mereka, jika mereka tidak ingin diwajibkan membayar upeti ke Ceisya lagi, mereka harus melawan kerajaan Manzor. Dikarenakan upeti yang selama ini mereka kasih ke Ceisya dipergunakan untuk membayar hutang di kerajaan Manzor"

"Apakah itu benar?"

"Tidak, aku hanya mengarang saja. yang terpenting kita mendapatkan bantuan".

"Kita juga harus mempertahankan Vidar dari rebutan mereka dari laut. Angkatan militer laut harus segera dioperasikan", ucap Ethapia.

"Aku punya rencana untuk hal itu. Kita izinkan semua bajak laut berlayar di laut timur kerajaan Vidar. Juga memberikan sedikit peraturan agar jangan mengusik kapal-kapal kita. Maka dari itu para bajak laut mungkin bisa diajak bekerjasama dalam bantuan keamanan perairan"

"Aku tidak punya banyak uang untuk membayar mereka semua"

"Bajak laut tidak perlu dibayar, bayaran mereka adalah wilayah perairan bagi mereka untuk berlayar. Jadi dengan memberikan izin kepada mereka, itu saja sudah cukup"

Dua hari kemudian, Trx bertemu dengan salah satu ketua bajak laut. Dia adalah seorang wanita bernama Alexa Silvana. Dia mengizinkan kepadanya berlayar bersama awak kapalnya di laut timur Vidar.

"Kalian diizinkan berlayar di wilayah perairan Vidar. Tapi dengan syarat, jangan ganggu kapal dari Vidar, Ragna, dan Valvah, jangan usik pulau Nassue. Dimengerti?", Kata Trx kepada Alexa di pesisir pantai dekat kerajaan Vidar.

"Siap pak", balas Alexa sambil mengulurkan tangannya, dan Trx pun membalas dengan menjabat tangannya.

Pada hari itu pun banyak kapal-kapal bajak laut yang berlayar di wilayah perairan itu, mereka dengan cepat menguasainya, dan membajak kapal-kapal nelayan yang ada di sana kecuali kapal-kapal yang dilarang oleh Trx. Setelah itu Trx pergi ke kerajaan Ragna, dan ia menjumpai Ethapia di istana.

"Berapa hari lagi perang dimulai?", tanya Trx kepada Ethapia.

"Besok lusa. Kita berperang melawan tentara Manzor dan Moab"

"Kita serang di kamp mereka pada malam hari. Gunakan orang-orang klan Barisa dan Klan Degila. Aku yang akan mengomando mereka"

***

Hari peperangan pun tiba, pasukan Manzor dan Moab berkemah di dalam hutan berjarak cukup jauh dari Vidar. Mata-mata mereka ditempatkan di sekitaran hutan itu, berkeliaran mengamati pergerakan musuh. Pada saat malam harinya pasukan penjaga keluar dari tenda menjaga mereka yang tertidur. Di malam yang gelap dan sunyi itu, tiba-tiba datang 3 orang mata-mata mereka ke kamp, mengabarkan bahwa pasukan musuh akan datang. Terompet dibunyikan, semua prajurit yang tertidur terbangun mendengar sinyal bahaya. Mereka keluar dengan persenjataan lengkap menunggu tentara musuh datang. Dari arah kejauhan mereka melihat sekumpulan orang-orang membawa obor dan pedang terhunus berlarian ke arah mereka.

"Pertahankan posisi!", ujar komandan mereka.

Ketika jarak musuh sudah makin dekat, maka pertempuran pun dimulai.

"Mereka tampak bukan seperti prajurit" kata komandan kepada salah satu prajuritnya ditengah peperangan.

"Kau benar, pak. Mereka sepertinya memang bukan prajurit, baju-baju mereka terbuat dari kulit binatang"

Dikala sang komandan melawan musuh-musuhnya, dia melihat ke arah pasukan lawan, terdapat sosok seseorang memakai topeng yang sedang berdiam diri. Orang yang bertopeng itu terlihat sedang mengangkat tangannya seakan memberikan isyarat. Tak lama kemudian datang segerombolan orang membawa obor dari arah samping kanan kamp mereka, orang-orang itu melempari obornya ke tenda-tenda.

"Sial, kebakaran!", seru Sang Komandan.

"Padamkan api!", ujar komandan kepada pasukannya.

Secara mendadak, Pasukan musuh kabur dari kemah.

"Kalian seberapa membantu padamkan api, dan yang lainnya kejar mereka!", perintah komandan yang sambil menaiki kudanya.

Sebagian dari mereka pun mengejar pasukan musuh, dan berakhir bertemu di suatu tempat. Mereka pun melanjutkan penyerangan. Si komandan dengan lihainya menyabet musuh-musuhnya itu, namun dia terfokuskan oleh sosok bertopeng. Dia pikir itulah pemimpin mereka. Dia melihat si sosok bertopeng itu mengangkat tangannya lagi, sama seperti dia melihat sebelumnya.

"Cap!.....cap!.....Cap!", anak-anak panah melesat kearah prajuritnya.

"Ini jebakan!" teriak Komandan kepada prajuritnya.

Ternyata pohon-pohon di sekitaran mereka sudah ada pemanah-pemanah pasukan musuh di atasnya.

Lalu pemanah-pemanah itu turun, dan pasukan musuh pun kabur lagi.

"Jangan ikuti mereka. Ini adalah jebakan. Kita kembali ke kamp" ucap komandan kepada prajuritnya.

Setibanya mereka di kamp, mereka dikejutkan karena ada penyerangan yang sedang berlangsung. Serentak komandan mengerahkan prajuritnya.

"Serang!" teriak Komandan.

Mereka pun menyerang pasukan musuh, dan berhasil menumpaskan mereka semua. Dari pada itu banyak prajurit dari mereka yang gugur walaupun memenangkan pertempuran. Di pagi harinya komandan tengah berdiskusi bersama seorang pengatur strategi

"Kita dipermainkan oleh mereka, mereka menggunakan taktik serang kabur" ucap komandan kepada si pengatur strategi di dalam kemahnya.

"Jika seperti itu kita pancing mereka ke dataran luas", ucap si pengatur strategi kepada komandan.

"Dataran luas di dekat sini berada di sebelah Utara. tapi bagaimana kita memancingnya?", tanya komandan.

"Apakah kita menyandra beberapa orang?"

"Kita berhasil menyandera kurang lebih 40 prajurit musuh yang siap untuk dieksekusi pagi ini"

"Aku ingin bertemu salah satu dari mereka"

Maka beranjaklah mereka berdua menemui salah satu prajurit musuh yang tersandera, badannya terikat di suatu batang kayu.

"Hei!", sahut komandan kepada sandera itu. Dia pun menoleh kearahnya.

"Dimana pasukanmu yang lain berada?", tanya si pengatur strategi. Pertanyaannya tidak digubris sama sekali. oleh si sandera.

"Jawab!", seru komandan sembari menendang mukanya.

"Aku tidak akan memberi tahumu", balas si sandera.

"Kurang ajar...!", ujar komandan yang hendak menendang mukanya lagi.

"Sudah-sudah", si pengatur strategi menghentikannya.

"Baiklah begini saja, kau pergi ke kampmu, bilang kepada pasukanmu yang lain, bahwa kita memulai pertempuran di dataran luas di arah Utara dari arah kamp ini"

"Baiklah" balas si sandera itu. Maka dia pun dilepaskan dan dibiarkan pergi ke kampnya.

Selagi dia pergi, prajurit gabungan Manzor dan Moab ini beranjak ke arah Utara. Seberapa lama mereka berjalan akhirnya sampai pada tujuan. Ketika mereka baru saja sampai di situ dan sedang menunggu, tiba-tiba datang dari dalam hutan pasukan kavaleri musuh yang jumlahnya tidak terlalu banyak menyerang mereka. Kavaleri itu menyerang dengan memanah mereka, serangan mereka tidak lama, namun berhasil menjatuhkan banyak prajurit gabungan itu.

"Penyerangannya sangat cepat dan tepat seakan-akan mereka memang sudah mengetahui kita akan pergi ke sini", ucap si pengatur strategi kepada komandan.

"Mereka tahu karena sandera itu", balas komandan.

"Tidak, jarak waktu kita melepaskannya dengan pergerakan kita ke sini begitu singkat. Seharusnya kita memiliki jeda waktu untuk menunggu si sandera datang ke kampnya dan memberi kabar kepada pasukannya", balas lagi si pengatur strategi.

"Benar juga"

"Awaas!!", teriak salah satu prajurit sambil menunjuk-nunjuk keatas langit.

Ternyata hujan anak panah mengarah kepada mereka.

"perisai!", ujar komandan sembari mengangkat perisainya.

Tetapi sayang, si pengatur strategi terkena serangan itu. Datang dari arah depan pasukan musuh menyerang. Terjadilah pertempuran lagi namun kali ini di dataran luas. Dari arah lain Trx mengawasi dari kejauhan dia menyaksikan orang-orang Degila dan Barisa berperang. Dia bersama prajurit-prajurit Iykos menunggu penyerangan di waktu yang tepat.

"Sekarang", ucap Trx kepada prajuritnya.

"Seraaaaang!!", teriakan prajurit yang berlarian ke Medan tempur.

Mereka menyerang ke arah samping kiri menyerang pasukan pemanah. Dibalik topengnya, Trx tersenyum puas berhasil menjalankan taktiknya. Dari pihak tentara gabungan Manzor dan Moab itu, ada salah satu prajurit yang melesat cepat menembus garis depan prajurit Iykos. Orang itu menebaskan pedangnya kesana-kemari seperti orang gila, saking gilanya, dia terus menghantamkan pedangnya itu hingga patah, lalu dia ambil pedang musuhnya yang sudah tewas, ia hantam-hantamkan lagi sampai patah lagi. Prajurit Iykos begitu ngeri melihatnya bertarung seperti binatang buas walaupun badannya kecil. Karena orang itulah yang membuat formasi prajurit Iykos hancur, maka tentara gabungan pun menerobos ke jantung pertahanan mereka, mengobrak-abrik lawannya. Trx menyadari keadaan yang terbalik itu, dia pun segera maju ke Medan tempur untuk mengatur pasukannya. Trx menyuruh pasukan Iykos untuk kabur dari peperangan dan dikejar oleh tentara musuh. sementara pejuang-pejuang Degila dan Barisa tetap berperang. Demikianlah itu kabur semua prajurit Iykos, kemudian Trx memerintahkan kepada orang-orang Degila untuk mengejar tentara musuh yang mengejar pasukan Iykos, sementara Orang-orang Barisa terus berperang ditempat. Pasukan Trx menjadi kacau, dia sudah tidak bisa mengokoordinasi dengan baik, pasukan berpecah belah menjadi tiga. Dia berpikir keras bagaimana caranya untuk mengembalikan keadaan. Ditengah-tengah ia berpikir, sebuah anak panah melesat kearahnya dan mengenai bahunya. Trx pun tersungkur ketanah, ia pun terbelanga, badannya mendadak lemas, nafas pun menjadi tidak beraturan. Dalam kondisi yang sangat panik itu, Trx mendapat rencana. Ia kembali berdiri, lalu menyuruh pasukan Barisa untuk membantu Degila dalam pengejaran pasukan lawan. Sungguh pun begitu, Trx dan para pejuang Barisa berlarian mengikuti pengejaran dibelakang pejuang Degila. Jika di lihat gambarannya seperti ini, tentara Iykos berada di paling depan yang berusaha kabur dari pertempuran, sementara dibelakangnya mereka dikejar oleh tentara Manzor, namun dibelakang mereka, terdapat pejuang-pejuang Degila yang mengejar mereka, lalu dibelakangnya lagi, terdapat pejuang-pejuang Barisa yang membantu pengejaran mereka, dan dari arah yang paling belakang, tentara Moab mengejar mereka. Pada akhirnya pejuang-pejuang Degila berhasil mendekati musuhnya di depan, maka terjadi lagi pertempuran, mereka juga dibantu oleh pejuang Barisa. Tak lama kemudian datang pasukan Moab dari arah belakang, maka mereka pun terkepung. Trx untungnya berhasil selamat dari jepitan maut itu, dan meninggalkan Degila dan Barisa yang berjuang mati-matian. Trx juga berhasil mengambil salah satu kuda perang milik seorang prajurit musuh yang sudah tewas. Dia menunggangi kuda itu dan pergi menjumpai prajurit Iykos. Setelah menemui mereka, Trx kembali mengomandoi. Dia memutar pasukannya dan kembali ke peperangan. Jadi sebenarnya Trx sengaja menjadikan para pejuang Degila dan Barisa itu sebagai umpan, agar tentara Iykos bisa selamat dan kembali menyerang balik. Setelah sampai di tempat pertempurannya, Trx memerintahkan para pemanah untuk menembaki musuhnya, walaupun sempat ditentang oleh beberapa prajurit pemanah dengan alasan takut jika mengenai para pejuang Degila dan Barisa juga. Tetapi Trx tetap bersikeras untuk menembaki musuhnya. Anak-anak panah pun ditembakkan, dan menghujami mereka yang sedang lengah itu. Benar pun begitu, tak hanya pasukan musuh saja yang terkena serangan itu, tetapi banyak dari pejuang-pejuang Degila dan Barisa yang tewas karenanya. Trx seakan tidak peduli, dan menyuruh pasukan infanteri menyerang. Penyerangan yang dilakukan Trx itu pun berhasil memukul mundur lawan.

Di saat itulah Trx baru menyadari bahwa para pejuang Degila dan Barisa mati semua karena serangan pemanah tadi. akan tetapi Trx sungguh tidak memperdulikannya, bahkan dia menyuruh tentara Iykos untuk melucuti semua senjata dan pakaian jasad-jasad mereka sebagai harta rampasan perang. Sehabis pertempuran itu, mereka pergi menuju ke arah sebuah gunung di arah timur dan membuat kamp di sana.

***

~kamp Iykos~

"Untuk saat ini kita tunggu pasukan bantuan datang", ucap Trx kepada beberapa prajuritnya di dalam tenda.

"Sekarang aku akan membagikan kelompok pengintai, dan kalian yang ada di sini aku pilih sebagai ketuanya. Kelompok pengintai pertama di pegang oleh kau", kata Trx sembari menunjuk seorang prajurit yang memakai ikat kepala. "Kau dan regumu mengintai di sekitaran Timur kamp"

"Siap pak", balasnya.

"Siapa namamu", Tanya Trx kepadanya.

"Belion pak"

"Berikutnya, kau", tunjuk Trx kepada seorang yang membawa kapak. "Kau memimpin regu untuk di sebelah barat".

"Siapa namamu prajurit?"

"Gustiani pak"

"Baiklah, dan yang terakhir adalah kau", ucap Trx sembari melirik ke arah pria tua yang mempunyai bekas luka di pipinya. "Kau dan regumu mengintai di arah selatan"

"Jika sudah semua, pergilah ke tempat yang sudah ditentukan, kalian amati jika ada sesuatu yang mencurigakan dan melaporkannya kepada ku", kata Trx.

"Siap pak!", balas ketiga orang itu.

Maka mereka bertiga pun pergi ke tempatnya masing-masing, sedangkan Trx duduk termenung di kursi. Dia sadar dengan kesalahan yang ia perbuat, mengorbankan orang-orang Degila dan Barisa, tetapi di satu sisi dia berpikir, jika ingin mendapatkan sesuatu yang besar, harus ada pengorbanan yang dilakukan. Bagaimana nantinya ia jelaskan kepada kepala klan mereka, bahwa tidak ada satupun yang selamat dari serangan umpan tadi.