webnovel

UPIK ABU DAN PANGERAN TAMPAN

Alara Dewi Renjani adalah seorang perempuan muda yang sudah memiliki tunangan. Dari kecil dia dan tunangannya sudah hidup berdampingan karena kedua orang tua mereka bersahabat tapi sayang tunangan Ara panggilan dari Alara seperti malu jika Ara berada di sampingnya. Ara berkali-kali berjalan mendekati Chen Jierui, pria keturunan China yang sudah dijodohkan dengan dirinya sejak kecil tetapi pria itu tidak berhenti menghinanya di depan umum. Ara selalu menangis jika dia berdiam diri di dalam kamarnya karena Ara tidak pernah membiarkan siapa saja mengetahui kalau dia terluka dengan perlakuan Rui kepadanya. Ara selalu menunjukkan kalau dia bahagia bertunangan sama Rui di deoan siapapun. Wajah cerianya selalu berhasil menutupi rasa sedihnya sehingga tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya dia rasakan selama ini. Mampukah Ara bertahan dalam lingkaran pertunangan yang membuatnya tidak bahagia? Atau Rui bisa berubah dan mencintai Ara seutuhnya?

kartikawulan · Teen
Not enough ratings
269 Chs

Tertangkap Basah

"Ara! Ikut denganku sekarang juga!"

Ara menghentikan gerakannya yang mendorong tubuh Xing Dong saat mendengar suara yang beberapa hari ini dia hindari.

Jantung Ara berdetak hebat, dia ingin sekali melarikan diri dari sana tapi semua mata sedang tertuju kepadanya, semua teman-temannya heran mendengar kata-kata Chen Jie Rui kepada Ara karena terdengar sangat akrab.

"Ara, kamu masih mendengar ku bukan." Panggil Jie Rui sekali lagi.

"Katanya kamu tidak mengenalnya?" Tanya Xing Dong tanpa mengeluarkan suara.

"Aku tidak tahu," Jawab Ara dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Xing Dong, tanpa suara.

"Ara...."

"Iya...."

Chen Jie Rui berjalan meninggalkan Ara sedangkan Ara sendiri bingung mau melakukan apa. Semua teman-temannya sedang memperhatikan Ara dengan penuh tanda tanya di dalam kepala mereka.

"Ara, ingat kamu tidak bisa bolos kelas lagi. Kalau kamu mau beasiswa kamu aman, lakukan apa yang aku katakan." Ucap Xing Dong sebelum Ara meninggalkan kelas.

"Aku tidak akan meninggalkan kelas. Mungkin dia salah orang atau mencari Dena."

"Dena? Sejak kapan Dena mengenal Chen Jie Rui?"

"Aku tidak tahu. Baiklah, aku pergi dulu. Bye...."

Ara langsung berlari keluar kelasnya, matanya mencari dimana Jie Rui berjalan saat ini.

"Ah, itu dia! Kenapa dia sudah sampai di sana? Perasaan dia baru saja keluar dari kelasku." Gerutu Ara saat Jie Rui sudah berjalan cukup jauh menuju kantin.

Ara memilih berlari untuk mengejar Chen Jie Rui tetapi berkat kakinya yang pendek membuatnya tetap tidak bisa mengikuti kecepatan kaki panjang Chen Jie Rui.

Nafa Ara tersengal-sengal saat dia memasuki area kantin. Matanya mencari keberadaan Jie Rui dan tidak lama dia menemukannya.

"Dena? Kamu di sini juga?" tanya Ara saat melihat Dena berada di samping Wang Zeming.

"Duduk!" ucap Chen Jie Rui memerintah Ara sambil menepuk kursi di sampingnya.

Ara mengabaikan apa yang diperintahkan Jie Rui dan memilih duduk di samping Chen Yang. Melihat apa yang dilakukan oleh Ara membuat Jie Rui semakin kesal. Wanita ini sedang mencoba mengukur batas kesabarannya.

"Yang, kamu pindah."

Chen Yang memutar bola matanya. Sang penguasa mulai memberikan perintah dan semu a ucapannya tidak bisa diganggu gugat.

"Kenapa aku yang harus pindah? Sebaiknya kamu duduk di tempat yang sudah disediakan, Ara. Jangan membuat macan yang sedang kelaparan marah." Ucap Chen Yang kesal.

"Macan? Di sini ada macan? Dimana?" tanya Ara polos.

Chen Yang berdecak sedangkan yang lainnya menahan tawa mereka berkat kepolosan Ara yang membuat Chen Yang semakin kesal.

"Kalian memang benar-benar senang melihatku tersiksa. Mama! Anakmu tersiksa! Mereka berdua menyiksaku dengan memamerkan pasangan mereka di depanku! Mama tolong aku!" Teriak Chen Yang melebih-lebihkan.

"Berisik! Minggir kamu!"

Chen Yang akhirnya pindah tempat, bertukar tempat dengan Chen Jie Rui karena Ara. "Bisa tidak kalian tidak memamerkan hubungan kalian di depanku? Kalian menyiksaku."

Chen Yang meletakkan kepalanya di atas meja dengan berbantalkan kedua tangannya sendiri. Chen Yang merutuki nasibnya sendiri yang belum memiliki kekasih sampai saat ini.

Chen Jie Rui melihat Ara dengan tatapan yang cukup membuat Ara salah tingkah. Ara merasa jika Jie Rui sedang mengamati penampilannya dari atas sampai bawah.

"Ada apa? Kenapa kamu melihatku seperti itu?" Tanya Ara salah tingkah.

"Kamu memakai lipstik ke kampus?" Tanya Jie Rui sambil menunjuk bibir merah muda Ara.

"Tidak. Aku tidak memakai lipstik." Jawab Ara jujur.

"Lalu, kenapa bibir kamu seperti ini? Alu tidak suka melihatnya. Tisu!"

"Hah?"

Ara terkejut dan bingung apa yang sedang Jie Rui inginkan saat ini, dengan gerakan yang sangat pelan Ara mengambil tisu yang selalu dia bawa di dalam tasnya.

"Ini,"

Ara menyerahkan tisu kepada Jie Rui dan tanpa mengatakan apapun, Chen Jie Rui mengambil sehelai tisu lalu menarik Ara untuk melihatnya.

"Ada apa?"

"Aku tidak suka kamu memakai lipstik. Kamu yang menghapusnya atau aku?"

"Tapi ini bukan lipstik, ini lipsbalm untuk melembabkan bibir biar tidak pecah-pecah." Jawab Ara menjelaskan.

"Aku tidak mau tahu. Sekarang hapus yang ada di bibir kamu itu, sekarang Ara."

"Tidak mau. Memangnya kamu siapa melarang semua yang aku lakukan?"

Chen Jie Rui memegang dagu Ara lalu menghapus lipsbalm yang dipakai oleh Ara membuat mata Ara dan ketiga orang yang duduk di meja itu melotot tidak percaya.

"Apa yang kamu lakukan? Sialan! Aku bilang jangan bermesraan di depanku!" Umpat Chen Yang kesal.

"Jangan menggerutu terus. Kamu tahu bukan akibatnya apa jika Jie Rui murka?" Wang Zeming memperingatkan.

Chen Yang hanya bisa menggerutu mendengar peringatan Wang Zeming. Semua sahabatnya tidak ada yang membelanya. Mereka egois menurut Chen Yang.

Wajah Ara memerah seketika mendapat perlakuan seperti itu oleh Jie Rui. Pria itu menghapus lipsbalm dengan santai sedangkan semua mata sibuk melihat ke arah mereka berdua.

Ara mengambil tisu yang ada di tangan Jie Rui dengan cepat, "Aku akan membersihkannya sendiri."

Chen Jie Rui kembali duduk dengan tenang. Dia terus melihat Ara yang sibuk membersihkan lipsbalm yang ada di bibirnya meskipun semuanya sudah bersih saat Jie Rui menghapusnya.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Jie Rui setelah Ara meletakkan tisu bekasnya di atas meja.

"Aku tidak makan, aku ada kelas. Aku ke kelas dulu ya? Bye...."

Chen Jie Rui langsung mencekal pergelangan tangan Ara membuat Ara terkejut dengan apa yang dilakukan oleh pria itu. Dengan gerakan sama, Ara melihat Dena menggelengkan kepalanya dengan perlahan seperti memberi tanda kepada Ara untuk duduk kembali.

"Duduk aku bilang. Kamu sudah berani melawanku, Ara?"

Ara terkejut, Jie Rui yang saat ini berubah. Suaranya lebih dalam dan terdengar menakutkan. Mata Ara melihat Wang Zeming, Dena dan Chen Yang secara bergantian. Ketiganya terlihat memberi tanda kepada Ara untuk duduk kembali.

Ara akhirnya duduk kembali pergelangan tangan kirinya masih dicekal oleh Jie Rui membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa.

"Setelah ini kamu harus ikut denganku. Tidak ada penolakan dan alasan apapun, paham?"

Ara mengangguk lemah dan akhirnya Chen Jie Rui melepaskan tangannya dan berdiri.

"Jangan kemana-mana. Aku pesankan makanan untuk kamu."

"Ehm,"

Chen Jie Rui meninggalkan meja sedangkan Ara menatap ketiga orang yang ada di deoannya dengan tatapan tidak mengerti.

"Sudah. Turuti saja apa yang dia inginkan untuk saat ini. Semua ini juga karena salahmu. Kamu menghilang selama beberapa hari membuat kami terkena sasaran kemarahannya." Ucap Wang Zeming menjelaskan.

Ara meringis. Tiba-tiba hatinya merasa bersalah, karena ulahnya semua terkena imbasnya.

"Maafkan aku, aku menghindar karena aku tidak tahu harus melakukan apa. Maafkan aku jika membuat kalian semua repot." Ucap Ara pelan.

Ara merasa tidak enak hati kepada semuanya. Meskipun mereka mengatakan tidak apa-apa kepada Ara, jika saja Ara bisa menghadapi apapun yang terjadi setelah malam itu.

"Sebenarnya sejak kapan pria sedingin Che Jie Rui tertarik dengan gadis biasa saja seperti kamu? Kamu sudah membuat hari-hari indah ku hancur. Lihat saja, Jie Rui sibuk dengan mu dan pria ini, Wang Zeming juga sibuk mencari keberadaan sahabatmu ini. Semuanya benar-benar menyebalkan,"

"Jangan terlalu banyak drama. Kamu laki-laki, menangis seperti itu membuat kamu lebih pantas memakai rok dari pada celana."