webnovel

UPIK ABU DAN PANGERAN TAMPAN

Alara Dewi Renjani adalah seorang perempuan muda yang sudah memiliki tunangan. Dari kecil dia dan tunangannya sudah hidup berdampingan karena kedua orang tua mereka bersahabat tapi sayang tunangan Ara panggilan dari Alara seperti malu jika Ara berada di sampingnya. Ara berkali-kali berjalan mendekati Chen Jierui, pria keturunan China yang sudah dijodohkan dengan dirinya sejak kecil tetapi pria itu tidak berhenti menghinanya di depan umum. Ara selalu menangis jika dia berdiam diri di dalam kamarnya karena Ara tidak pernah membiarkan siapa saja mengetahui kalau dia terluka dengan perlakuan Rui kepadanya. Ara selalu menunjukkan kalau dia bahagia bertunangan sama Rui di deoan siapapun. Wajah cerianya selalu berhasil menutupi rasa sedihnya sehingga tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya dia rasakan selama ini. Mampukah Ara bertahan dalam lingkaran pertunangan yang membuatnya tidak bahagia? Atau Rui bisa berubah dan mencintai Ara seutuhnya?

kartikawulan · Teen
Not enough ratings
269 Chs

Berita Besar

Kedatangan Chen Jie Rui ke kelas Ara membuat kampus mereka gempar. Pasalnya pria itu adalah pria yang selalu diidolakan oleh banyak wanita di sana sekarang malah mencari saru sosok Ara.

Chen Jie Rui mengabaikan semua permintaan Ara untuk tidak ke kelasnya. Ara menyuruh Jie Rui mengirimkan pesan saja kepadanya dari pada harus ke kelas tetapi pria itu sekarang sudah kembali berdiri di depan kelas Ara, menunggu Ara selesai kelas.

"Kenapa kamu datang ke sini? Bukankah aku sudah pernah bilang, jangan datang ke sini lagi?" Tanya Ara kesal.

"Memangnya kenapa? Aku menjemput kamu, kita pergi ke perayaan ulang tahun Wang Zeming bersama-sama.

"Pesta Wang Zeming? Kamu gila? Aku tidak pernah berkumpul dengan teman-teman kamu itu, kenapa tiba-tiba kamu membawaku ke sana? Merepotkan saja."

"Ingat apa statusmu sekarang. Ikut saja dan jangan banyak membantah."

Ara cemberut mendengar apa yang diperintahkan oleh Chen Jie Rui yang baru saja berjalan meninggalkannya sendiri di depan kelas dengan tatapan teman-teman Ara yang seakan ingin menggali informasi mengenai hubungannya dengan pria yang baru saja pergi meninggalkan Ara di depan kelas.

"Ayo Ara! Kamu mau aku gendong?"

"WOAAHH…."

Ara langsung berlari mengejar Chen Jie Rui setelah mendengar suara teman-temannya bergumam tidak percaya. Chen Jie Rui berhasil memberikan masalah untuk Ara kali ini.

"Kenapa kamu tiba-tiba berubah? Aku tidak terbiasa dengan keadaan ini, mungkin lebih baik kita kembali seperti dulu saja. Terlihat tidak saling mengenal." Ucap Ara pelan.

Bruuk…

"Aww! Kamu ini bisa berjalan apa tidak sih? Keningku sakit karena kamu berhenti dengan tiba-tiba." Ucap Ara menggerutu sambil mengusap keningnya yang terasa sakit karena menabrak punggung lebar Chen Jie Rui.

"Kamu sendiri yang tidak melihat jalan saat berjalan. Ayo cepat!"

Ara menghentakkan kakinya kesal mendengar perintah pria egois di depannya ini. Ara ingin pergi dari sini secepatnya tetapi apapun usaha Ara pasti bisa ketahuan juga oleh Chen Jie Rui.

"Ayo Ara! Jangan sampai kamu melakukan apa yang saat ini sedang ada di dalam kepala kamu, jika kamu tidka ingin menyesal nanti."

"Ish! Kenapa dia bisa mengetahui apa yang aku pikirkan? Menyebalkan sekali!" gerutu Ara kesal.

Ara berjalan mengikuti Chen Jie Rui dengan malas. Pria di depannya ini benar-benar tidak bisa diprediksi. Selama ini Ara menginginkan sebuah pengakuan tetapi setelah perubahan Chen Jie Rui, Ara semakin merasa tertekan.

"Aku ingin kembali seperti dulu! Waktu… dapatkah kamu berputar kembali? Aku ingin bebas seperti dulu." Gerutu Violet sambil menatap punggung Chen Jie Rui tajam.

Bukannya telinga Chen Jie Rui tuli, dia hanya terlalu bahagia melihat wanitanya puts asa seperti itu. Ara terlihat semakin menggemaskan dengan tingkah polosnya ini.

"Ayo masuk!"

Kejutan untuk yang kedua kalinya. Bagaimana bisa pria ini membawa mobilnya tepat di depan pintu lobby kampus?

"Kamu gila ya? Kita bisa menjadi bahan pertunjukan mahasiswa lainnya."

Ara melihat ke sekelilingnya dan benar saja. Semua mahasiswa yang ada di sekitarnya menatap bingung ke arah Ara dan juga Chen Jie Rui bahkan tidak sedikit yang memotret mereka.

Ara menutup wajahnya dengan tas yang dia bawa lalu dengan cepat dia berjalan masuk ke dalam mobil. Chen Jie Rui terlihat santai dengan apa yang terjadi, berbeda dengan Ara yang terus menutupi wajahnya sampai mobil mereka benar-benar dari area kampus.

"Kamu membuatku gila! Benar-benar gila!"

Violet memukul kepalanya sendiri menggunakan tas miliknya karena merasa kesal dengan tingkah Jie Rui. Ara merasa hidupnya akan benar-benar hancur setelah ini. Kehidupannya yang bebas dulu akan hilang setelah matahari terbit esok hari.

"Jangan terus dipukuli. Otak kamu yang bodoh ini akan semakin bodoh jika kamu memukulinya seperti ini." Ucap Jie Rui sambil meletakkan telapak tangannya di depan kening Ara, menahan pukulan tas Ara di kepalanya.

"Semua ini salahmu! Pasti besok aku mendapat serangan mendadak. Pria yang menjadi idola kampus menjemputku di depan kelas. Mama… tolong aku!"

"Mama mu akan senang jika mengetahui menantunya menjemput putri kesayangannya, bukan malah menangis seperti kamu ini."

"Menantu? Menantu apanya? Jangan ngaco!"

"Kamu tidak percaya? Kalau kamu tidak percaya kamu bisa tanyakan langsung ke Mama kamu. Aku bisa bertaruh kalau dia akan berteriak memarahi kamu karena sudah membuat menantu kesayangannya ini sakit hati."

"Cih! Kekanakan sekali? Sejak kapan kamu berubah seperti ini? Dimana Chen Jie Rui yang dingin dan menyebalkan dulu?"

Hening, tidak ada tanggapan. Ara melihat ke arah Jie Rui dan melihat pria itu fokus mengemudikan mobil dengan rahang mengeras.

"Aku salah ya? Kenapa tiba-tiba diam?" Tanya Ara dengan hati-hati.

"Tidak."

Jawaban singkat Jie Rui membuat Ara langsung mengatupkan bibirnya meskipun dia bingung kenapa tiba-tiba pria itu kembali enjadi pendiam.

Ara mengalihkan penadangannya ke jalanan, hari masih sore dan jalanan sudah mulai ramai. Hawa dingin di luar mobil tidak Ara rasakan saat ini karena penghangat mobil Jie Rui terbilang sangat bagus.

"Salju!" Teriak Ara saat melihat salju mulai turun.

Chen Jie Rui melihat ke arah Ara dan senyuman bahagia di wajah Ara membuat pria itu semakin terpesona, "Kamu mau turun dan melihatnya? Ini salju pertama tahun ini."

"Boleh? Kalau boleh aku mau melihatnya."

Chen Jie Rui menepikan mobilnya dan membiarkan Ara bermain dengan salju-salju yang turu di tangan telanjangnya. Udara dingin langsung Jie Rui rasakan saat dia keluar mengikuti Ara yang sedang bermain.

"Jangan terlalu lama, nanti kamu sakit." Ucap Chen Jie Rui sambil mengalungkan syal di leher Ara.

"Aku kuat dan tidak mudah sakit. Kamu tenang saja."

"Ish! Jangan sombong, nanti kalau sakit kamu baru tahu rasa!"

Ara tertawa. Dia mengabaikan ucapan Chen Jie Rui dan tetap bermain, menangkap salju-salju yang turun ke tangannya.

"Jangan bandel. Sudah, kita harus segera ke butik sebelum ke pesta Zeming."

Ara kembali mengerucutkan bibirnya saat Jie Rui menarik tangannya untuk kembali masuk ke dalam mobil. Ara belum puas dengan main-mainnya kali ini, salju pertama adalah sesuatu yang selalu Ara tunggu setiap tahunnya.

"Kamu tahu tidak kenapa aku selalu senang melihat salju pertama?" tanya Ara setelah mereka sudah duduk di mobil dengan seatbelt yang melingkari tubuh mereka masing-masing.

"Memangnya kenapa?"

"Kata orang, salju pertama bisa mengabulkan permintaan kita jika kita memohonnya dengan sungguh-sungguh."

"Tadi kamu memintanya? Kamu meminta apa?"

"Rahasia dong! Permintaan kita tidak boleh dikatakan kepada siapapun. Semua itu sama dengan wish kita saat ulang tahun." Jawab Ara cepat.

Jie Rui menganggukkan kepalanya mendengar jawaban Ara yang menurutnya tidak masuk akal. Salju turun karena perubahan cuaca dan tidak ada hubungannya dengan harapan dan masa depan.

Ara menatap Jie Rui dengan penuh harapan. Dia senang melihat sikap lembut Jie Rui kepadanya. Ara mulai merasakan kehangatan yang selama ini dia inginkan dan berharap jika semua itu bukan sesuatu yang semu.

"Semoga kebahagiaan itu tetap berada di sampingnya, berjalan seiring dengan langkah kedua kakinya menuju masa depan."