webnovel

Tidak Punya Harga Diri

"Nona Yuire, saya diminta Tuan Chris untuk menjemput anda dan Dokter Marie." Ucap seorang lelaki berpakaian rapi saat melihat Yuire dan Marie keluar dari pintu penumpang. Yuire hanya mengangguk dan mengikuti langkah lelaki tersebut.

Mobil Maserati milik Chris sudah melaju kencang di tengah jalan raya kota Taiwan.

"Dokter Marie, terima kasih sudah menemaniku. Maaf aku membuatmu meninggalkan pekerjaanmu sangat lama."

"Yu, aku tidak meninggalkan pekerjaanku. Menemanimu adalah pekerjaanku."

"Tapi rumah sakit.., kau... Maksudku selama empat bulan ini..??" Yuire terbata, bingung memilih kata yang tepat untuk diucapkan

"Maksudmu pemasukan ku?? Kau pikir kakakmu tidak memikirkan itu ketika memintaku pergi denganmu??" Yuire mengangguk, mulai paham bahwa kakaknya Chris pasti sudah memikirkan semuanya.

"Jangan terlalu banyak berpikir. Kondisimu masih belum normal. Tugasmu hanya menjaga tubuhmu dan meminum obatmu. Ini jangan lupa kau meminumnya." Marie memberikan empat botol obat berbagai jenis termasuk imunosupresan.

"Aku turun di depan. Hubungi aku kalau kau merasakan keluhan. Sekecil apapun itu. Ini belum satu tahun, tubuhmu belum sepenuhnya menerima jantung baru. Kau paham??"

.........

"Tuan, ada telepon dari Tuan Chris." Sang supir memberikan handphonenya kepada Yuire yang duduk di kursi belakang mobil.

"Yu, kau tidak apa-apa? Barusan ada gempa, pokoknya kau langsung pulang ya! Aku masih ada pekerjaan, nanti kita ketemu waktu makan malam. Sampai rumah istirahat ok!!" Ucap Chris di seberang telepon

"Boleh aku ke restoran dulu??" Tanya Yuire bernegosiasi.

"Tidak!!!!" Jawab Chris tegas

"Iyaaa Onii-chan." Yuire menutup teleponnya. Dan memberikannya kembali kepada pemiliknya.

"Pak boleh aku menyalakan TV??" Tanya Yuire kepada sang pengemudi, dengan sigap pengemudi mematikan tape yang sedang menyala. "Silahkan Nona."

Yuire menyalakan TV yang menempel dibagian belakang kursi pengemudi. Selama empat bulan dia di Jepang dan kakaknya tidak pernah memberi akses untuk mencari info tentang Taiwan. Bahkan sampai sekarang Yuire tidak diijinkan untuk memegang handphone.

"Sudah berapa lama kau kerja bersama kakakku??" Tanya Yuire berbasa-basi kepada sang pengemudi sambil memindah-mindahkan channel TV.

"Sejak ayah nona masih ada." Jawab sang pengemudi dengan sopan.

"Kakakku sering memarahimu??"

"Ya begitulah Tuan..hehe" Sang pengemudi tidak berani menjawab detail mengenai peringai bosnya itu.

.........

"Pada hari ini Pukul 7.48, Sam dan tunangannya Hua Lu yang merangkap menjadi manajernya telah ditangkap di Green World Apartement, keduanya diduga terlibat dalam merekayasa kejadian tabrak lari serta ikut dalam transaksi penjualan organ ilegal. Berikut laporan T-News"

"Pak, Kita ke Green World dulu!!" Perintah Yuire dengan nada cemas.

"Tapi Tuan, saya takut Tuan Chris..." Supir sedikit ragu-ragu mengikuti perintah adik Bosnya itu.

"Saya yang akan bertanggung jawab. Tolong cepat!!"

"Bagaimana keadaanmu sekarang?? Apa kau masih di kantor polisi?? Apa kau kedinginan disana??" Hati Yuire semakin tidak tenang membayangkan orang yang dicintainya meringkuk di dalam jeruji besi. Tapi dia merasa harus ke apartement Sam untuk memastikan terlebih dahulu, mungkin saja itu hanya berita hoax.

"Apa aku harus menghubungi Onii-chan untuk menanyakannya, ah tapi dia pasti marah lagi karena aku menonton berita." Gumamnya dalam hati, kakinya digoyang-goyangkan begitu cepat, bibirnya sudah hampir mati rasa karena dia gigit-gigit.

......

"Ckiit" Baru saja mobil berhenti di depan apartement Sam, Yuire sudah terburu-buru membuka pintu mobil dan berlari ke dalam. Langkahnya seperti tidak menginjak bumi karena pikiran yang kalut dan masih terpengaruh jetlag.

"Ini liftnya kenapa??" Tanya Yuire kepada Office Boy yang sedang membersihkan lantai.

"Maaf Nona, tadi ada gempa, jadi sementara tidak dioperasikan."

Yuiree menarik nafas panjang dan berlari menuju tangga darurat. Apa boleh buat kamar Sam yang terletak di lantai sembilan harus di tempuhnya dengan menaiki tangga.

Yuire berlari dengan cepat menaiki puluhan tangga yang menuju kamar Sam. Warna cat yang monoton serta dinding yang tidak terdapat pegangan membuat Yuire seperti masih berada di lantai yang sama.

Waktu terasa sangat lama, tapi Yuire baru saja sampai di lantai empat. Menaiki tangga dengan menggunakan mantel tebal bukanlah main-main, keringatnya mulai membasahi tubuh dan wajahnya. Dia memang salah perhitungan, tidak memperhitungkan bahwa di Taiwan sedang musim panas.

"Aku harus banyak olahraga,, tubuhku payah sekali hanya menaiki tangga seperti ini!!" Keluh Yuire dengan nafas tersengal-sengal.

"Ayo Yuire.. Dua lantai lagi". Yuire menyemangati dirinya sendiri, sudah tidak sanggup berlari lagi, memilih melewati tangga dengan berjalan pelan.

Di lantai tempat kamar Sam berada, Yuire terdiam sejenak, tubuhnya membungkuk mengatur nafasnya lalu berjalan lagi menuju pintu kamar Sam. Hatinya tidak tenang, "Apa yang aku lakukan setelah hampir satu tahun tidak bertemu dan sekarang aku datang tiba-tiba, seperti tidak punya harga diri." Ucapnya dalam hati

"Ting-tong...ting-tong...Tok..tok" Berkali-kali Yuire menekan bel dan mengetuk pintu dengan keras. Namun tidak ada respon dari orang di dalam.

"Tok...tookk.. Ting..tong" Hampir setengah jam dia mengulangnya, namun tidak ada keinginan untuk memanggil nama pemilik kamar itu, lidahnya terasa kelu untuk menyebutkan nama yang sudah lama tidak keluar dari bibirnya.

"Apakah kau di dalam?? Sengaja tidak ingin membuka pintu?? Atau kau memang masih di kantor polisi? Beri tahu aku dengan cara apapun, tak apa jika tanpa menemuiku." Yuire bergumam dalam hati, dengan langkah lunglai dan masih kelelahan melangkah meninggalkan pintu kamar Sam.

Aku sudah berlari

Kau tetap bersembunyi

Sampai kapan kita akan melakukan ini??

(ghandistri)