webnovel

1. HAK YANG DI RENGGUT, MISTIK PUN BERLANJUT

"...… Dalam bab ini dan seterusnya kata "Aku" dalam cerita ini tempatkanlah sebagai Wanita saat kamu membacnya..."

...,..,.......

6 Tahun sudah berlalu, kami sudah saling mengenal dan memahami sifat masing-masing, dan sudah sangat siap untuk menikah, dan menjaga agar tidak terjerumus makin jauh dalam dosa saat aku melihatnya dan dia melihat ku.

kami pun mulai menabung untuk mewujudkan hari bahagia itu, namun semua masih saja berujung kepedihan.

12 Agustus 2019

Dia memberanikan diri untuk melamarku meski aku tau kemungkinan besar akan di tolak, namun aku masih saja berharap agar kami di restui oleh keluarga ku, dia juga mengajak Ibu nya dan beberapa keluarga nya untuk melamarku, tanda bahwa dia benar-benar ingin menikah dengan ku.

Namun dia hanya mendapat penolakan sepihak oleh keluargaku tanpa kehadiran ku yang ingin di nikahi.

dengan rasa sakit, malu dan kecewa dia dan keluarganya pulang kerumah masing-masing,.

dia menelponku untuk memberitahukan bahwa lamarannya di tolak oleh keluargaku, tapi aku masih berusaha menenangkan nya meski aku juga kecewa.

Hampir sebulan berlalu dan aku pun mulai mengeluh bahwa tidak ada seorang pun keluargaku baik ibuku untuk menanyakan kepada ku tentang hubungan kami dan membicarakan prihal lamarannya untukku, semua seolah olah tidak terjadi apa-apa, tidak ada pembicaraan sama sekali apakah Aku mau menikah dengan dia atau tidak, semua di biarkan begitu saja, tanpa bertanya dan membicarakan apa pun kepadaku, Semua hanya diputuskan oleh mereka dan aku dianggap seolah-olah tidak ada kaitanya, padahal yang akan menjalani kehidupanku kelak adalah aku sendiri.

Emosi bercamur rasa kecew mulai membelenggu di hatiku, aku sangat berharap untuk keputusan itu aku yang akan memutuska..

Saat aku memintanya untuk melamarku, aku berharap aku akan di tanya prihal lamarannya untukku dan keputusan ada di tanganku untuk menentukan hidup ku, namun semua diluar dugaan, tidak seperti yang diharapkan, namun semua bungkam, diam tanpa tanya,.

.................

Disini sedikit akan aku jelaskan tentang tradisi keluarga ku jika ingin menikah, tradisi atau adat suku Karo, karena aku berasal dari suku Karo,.

sebenarnya tradisi ini juga tidak begitu aku pahami, namun aku bertanya kepada kakak ku yang sudah menikah bahwa jika si pria ingin melamar dia tidak langsung datang ke rumah orang tua ku namun dia harus terlebihdahulu menghadap/menemui adik perempuan dari Bapak ku atau bisa di sebut Bibik/Tante ku (kalau dalam adat karo menemui "Anak Beru")....

...............

9 Agustus 2019

3 hari sebeluma dia melamarku ada hal yang paling tidak aku suka sedari dulu jika ini dilakukan kepada ku, meski sebenarnya ini bukan pertama kali mereka melakukannya,.

Dia yang di sebut Ibu telah menjerumuskanku kedalam Dendam,.

Ibuku tidak bertanya kepadaku apa yang aku inginkan, apa yang aku rasakan dan apa yang aku impikan,

Dia yang mengaku Ibuku malah lebih memilih bertanya pada orang pintar (Dukun) tentang hati ku, tentang apa yang pantas dan tidak pantas bagi ku, tentang apa yang aku rasakan, aku jalani dan bahkan keputusan yang seharusny jadi milikku malah di putuskan oleh si Dukun. Ibu lebih percaya apa yang di ucapkan oleh si dukun daripada harus bertanya kepada ku secara langsung, padahal aku masih hidup dan tinggal serumah dengan ibuku..

"Apakah sulit bagi seorang ibu untuk bertanya kepada anak..?"

"Apakah saat mereka bertanya drajat mereka sebagai orang tua jadi rendah....?"

Entah apa yang ada di fikirannya,...

pagi itu aku di banguni oleh adik ku yang di suruh oleh ibuku, aku di panggil dan di suruh keluar rumah dan berdiri di halaman rumah, dan di situlah aku di mandi kembangkan oleh ibuku, dengan tujuan untuk memisahkan aku dengan dia yang aku cintai, meski ibu tidak mengatakan tujuan nya apa namum aku sudah menebak akan hal itu, karena ini bukan untuk yang pertama kali ia lakukan kepada ku, dan ini sudah yang ketiga kalinya dengan tujuan yang sama,.

setelah dia selesai menjalankan ritual yang ia percayai itu lalu aku pergi mandi untuk membersihkan diri dari bunga dan jeruk purut yang menempel di badan dan rambut ku, tp tidak berhenti sampai di situ, ternyata masih ada sisa air kembang dan jeruk purut di baskom, dan dia menyuruhku untuk menggosok badanki dari ujung kepala hingga kaki dengan jeruk purut yang tersisa saat aku mandi nanti.

dengan hati yang kesal aku pergi mandi dengan membawa baskom yang isinya air kembang dan jeruk purut yang ibu berikan, sesampai di kamarmandi aku berbicara dalam hati dengan linangan air mata, sambul aku membuang/menumpahkan air kembang dan mencabik cabik jeruk purut serta membuangnya langsung ke pembuangan air tanpa aku turuti perkataan ibuku, air kembang dan jeruk purut itu tidak aku mandikan sama sekali, bahkan aku berusaha mematahkan mantra atau apalah yang mereka lakukan di dalam ritual itu, sambil membuang air kembang dan jeruk purut itu aku barkata dengan sangat marah dalam hati..

"Bahwa tidak ada yang lebih berkuasa atas diriku selain aku dan Tuhan, dan apa pun yang mereka lakukan tidak akan ada artinya bagiku, dan mungkin akan berbalik kepadanya"

setelah usai mandi aku pergi ke kamar ku, dan tidak lam kemudian aku di suguhi dengan daun sirih yang telah di mantrai sebelumnya dan di letakkan di atas piring kaca yang berwarna putih bening, ibuku menyuguhiku dengan daun sirih itu dan menyuruhku untuk memakan nya,.

jujur aku semakin membencinya....!

aku biarkan beberapa saat daun sirih itu belum juga ku makan, dan beberapa menit kemudian ibuku kembali lagi ke kamar untuk memastikan ku memakannya, aku menolak untuk memakannya namun ibuku tetap saja bersikeras agar aku memakannya, dengan alasan bahwa dia bermimpi tentang diriku yang akan jatuh sakut, dia membodohiku dengan alasannya itu, dia beranggapan aku tidak tau akan tujuannya, tp sekali lagi aku turuti apa yang ia inginkan itu, dan masih dengan rasa jengkel aku memakan daun sirih yang ia suguhkan, sambil berkata dalam hati sejauh mana kemampuan dukun nya itu untuk memisahkan kami, dan aku ingin buktikan pada ibuku bahwa hubungan kami bukan berasal dari mistik tapi dari hati yang tulus dan cinta yang di anugrahkan Tuhan pada kami,.

Aku tau daun sirih yang aku makan itu adalah untuk membungkam ku dan agar kami bertengkar dan berpisah..

jujur aku sangat benci ibuku saat itu, dari bibirnya yang slalu menyuruhku agar rajin beribadah namun dari dirinya pula mengajariku bahwa beribadah hanya menjadi topeng bukan tolak ukur untuk berfikir,.

Aku bukanlah orang yang religius ata fanatik dalam beragama, tapi aku juga bukan orang yang percaya akan kekuatan mistik, apalagi di zaman sekarang ini, jangankan Dukun palsu, bahkan Nabi palsu juga banyak, dan itu yang terlintas di dalam otak ku jika menyinggung akan hal mistik yang berbau pelet atau apalah itu,.

jika Dia org yang ingin menikahiku telah memantraiku dengan pelet atau aku suka sama dia hanya karena aku telah di guna-gunai, bukan kah seharusnya sejak awal saat aku di bawa ke dukun tersebut aku sudah tersadar dan tidak menyukainya lagi, tidak harus sampai tigakali..

dan terlebih lagi keluargaku juga bukan yang kaya-kaya amat,..! dan aku buka anak satu-satunya, yang harta orang tuaku akan jatuh ketanganku semua...!,

aku juga bisa di bilang gemuk karena tinggiku hanya 155cm dan BB ku 68kg, jika memang dia menggunakan mistik, logikanya saja....!

dia bisa dapatkan lebih dari aku, masih ada orang yang lebih kaya dan cantik daripada ku, yang bisa ia guna-guna'i, yang memiliki pekerjaan yang bagus,

misalnya: bidan, Dokter atau PNS yang akan menjamin keuangannya.

tapi kami memulai hubungan kami jauh sebelum aku bekerja, dan kemudian aku bekerja hingga mengalami kecelakaan kerja dan berhenti bekerja sehingga aku menjadi pengangguran yang tidak memiliki gaji tetap..

untuk apa dia capek-capek memantraiku..?...

jika yang ia tuju adalah HARTA....???

semua hal itu berkecamuk di benak ku,..

dan ini adalah awal aku menaruh benci yang besar bahkan hampir menjurus ke dendam terhadap kelurga ku... setelah aku berusaha menghilangkan luka yang mereka tanam di hatiku 5 tahun silam...

"aku tau aku berdosaa menaruh benci apalagi dendam namun aku tak kuasa menahan hati yang tersakiti"

"Ini hidupku bukan hidup si dukun atau siapapun, yang merasa sakit dan tidaknya adalah aku bukan orang lain, aku yang tau hatiku bukan orang lain bahkan ibu sekalipun."