webnovel

Awal Yang Tak Pernah Kuinginkan

13 April 3006

Ini semua mungkin hanyalah kebetulan.

Itulah konklusi yang terlintas dibenakku pada awalnya.

Tapi faktanya bahwa tengah malam kemaren, tepatnya pukul 11:56, entah bagaimana kami berlima berakhir di Pemakaman, karena Rick teman kami ini.

Malam sebelum kami di Kuburan, Rick mengundang kami berempat ke sebuah restoran. Aku terkejut melihat betapa suram dan malang penampilannya. Tiga hari bolos sekolah, dia terlihat seperti habis dihisap oleh sesuatu.

Rick memberi tahu kami tentang mimpi buruknya, kemudian terus memohon kami untuk menemaninya.

Singkatnya, dia dihantui oleh makhluk yang mirip dengannya, tetapi dengan kulit putih pucat dan senyum yang begitu lebar hingga merobek pipinya sampai berdarah.

Hantu itu terus berbicara kepada Rick bertatapan muka, mengenai berbagai hal ganas dan mengerikan seperti, mengapa dia mati saat ku penggal kepalanya, mengapa dia menangis dan menjerit waktu aku ingin menggigit dan merobek lehernya, mengapa mereka mereka melarikan diri saat aku hanya membunuh sebagian dari mereka, dan hal-hal lainnya yang juga membuat Rick merengek dimimpinya.

Dan di akhir mimpi, dengan bola mata melotot tiba-tiba, yang hampir keluar dari kantung matanya bersamaan dengan darah yang keluar dari sudut matanya, Hantu itu berkata kepada Rick, 'Pergilah ke Pemakaman Pusat Malaya, tengah malam, atau kamu akan mati, mati, mati.'

Atau begitulah katanya.

Itu bukan salahku! Rick memang mengatakan bagian itu tiga kali.

"Sudah tiga hari. Setiap kali aku tidur, mimpi buruk itu terjadi. Aku berdiri di ranjang tempat tidur ku, tetapi aku sama sekali tidak dapat bergerak. Bahkan mataku hanya kaku melihat kedepan, ke arah hantu itu yang mirip dengan ku. Pada awalnya yang ku lihat hanya samar-samar dan buram, tetapi tidak lama kemudian, Hantu itu semakin jelas dan nyata. Aku bahkan bisa mencium bau memuakkan dari daging yang membusuk." Ucap Rick sambil memegang dahinya dengan telapak tangan kanannya. Matanya yang memerah dan lelah sudah cukup untuk memberi kami pandangan betapa mengerikannya itu.

Hmm, aku?

Topik yang ku lebih fokuskan adalah bagian dimana aku tidak menyadari, bahwa pria ini pandai bercerita.

Sial, itu berhasil membuatku merinding.

Tidak pernah kusangka dari pria berotot besar yang memiliki rambut keriting pirang, kulit zaitun muda dan mata biru ini. Kesan ku mengenai Rick adalah, dia lelaki yang cenderung memakai ototnya dan berakhir selalu mencari perkelahian.

Tapi tetap saja, meh, aku cukup yakin ceritanya itu dikarenakan terlalu banyak menonton film thriller, horor termasuk hal-hal lain dan sebagainya yang apa pun namanya, membuat dia kehilangan jejak antara dunia nyata dan fiksi belaka.

Yep.

Tidak ada hantu di dunia ini. Sesuatu seperti itu tidak terdapat dalam daftar HTDDOS ku, *Hal yang Tidak Dapat Dijelaskan Oleh Sains*.

Walaupun begitu, Josh dan Glen teramat sangat penasaran dan tertarik kepada cerita itu, sementara Peter menyetujui saja.

Karena firasatnya memperingatkan, bahwa sesuatu yang buruk kemungkinan akan terjadi. 'ini tidak sederhana', atau begitulah katanya.

Itu lelucon. heh, aku benar-benar ingin menolak,

Tapi fakta yang tak dapat ku pungkiri adalah,

Jauh dalam lubuk hatiku, aku juga teramat sangat penasaran.

Aku belum pernah pergi ke Pemakaman sebelumnya.

Selain itu, perasaan waspada ku juga mulai meningkat, melonjak naik.

Karena sudah cukup lama sejak terakhir kali Peter memberitahuku, 'sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi.'

Akan tetapi, aku cukup yakin bahwa kami akan aman-aman saja. Bahkan jika sesuatu mungkin terjadi, ayolah, kami adalah lima orang laki-laki. Kecelakaan macam apa yang mungkin terjadi pada lima bocah berkemampuan tinggi yang bisa berkelahi. Aku dan pastinya Bung Rick, akan membawa pistol dan rompi ringan.

Mau bagaimana lagi untuk kami berdua yang merupakan anggota Bangsawan, selalu ada orang-orang yang siap menuai nyawa kami.

... ...

Kemudian semuanya terjadi keesokan harinya. Josh dan Glenn tergeletak tewas di lantai 3 LarinStone Mall, tepatnya di loket tiket sebuah bioskop. Aku diam-diam meretas, memeriksa semuanya.

Uhhmm, sah-sah saja kalau tidak ada yang tahu.

Ada luka tusukan besar atau lebih tepatnya adalah lubang besar di bagian belakang kepala mereka. Seperti paku yang teramat besar tapi tak beraturan dan agak tidak rata.

Dan Rick juga hilang.

Apa yang terjadi setelah kami kembali kerumah dari Pemakaman itu? Hal yang juga aneh dan ganjil adalah mengenai bagaimana mayat Josh dan Glenn bisa berada disana? Aku sudah memeriksa beberapa CCTV disekitar Mall itu, juga yang ada didalamnya karena didesak oleh Peter.

Akan tetapi, satu-satunya hal yang ku dapatkan adalah mayat mereka yang tiba-tiba muncul disana, di tempat buta dari CCTV tersebut.

Yang kemudian mereka diseret bak kantung sampah oleh sesuatu yang tak kasat mata. Aku berusaha keras meyakinkan diriku bahwa itu semua adalah trick murahan memakai benang oleh pembunuhnya.

Sementara Peter.

Aku tak pernah melihatnya begitu gugup. Beberapa kali dia mengatakan bisa merasakan dan melihat hantu, beserta memiliki firasat atas kecelakaan apa saja yang akan terjadi, selama hal itu masih berada dalam jangkauan sekitarnya.

Walaupun akhirnya dia selalu berhasil menanganinya. Sesungguhnya, tak dapat ku pungkiri bahwa aku sedikit mempercayai perkataannya.

Sedikit.

Terutama bagian firasat itu.

Itu semua dikarenakan oleh tiap perkataan yang ia ucapkan, mengenai suatu incident atau semacam kecelakaan yang akan terjadi, pada akhirnya itu memang benar akan selalu terjadi.

Untungnya itu semua tidak sering. Kasus yang paling serius juga adalah saat kali pertama Peter menunjukkan bakat anehnya padaku.

Jadi mari kita kembali ke waktu, saat kami mempersiapkan diri untuk ujian kelulusan di sekolah menengah. Paginya, kami sedang dalam perjalanan ke sekolah dengan berjalan kaki.

Saat itu dia cukup gelisah setelah menyeberang jalan, lalu dengan cepat berbalik arah.

Di sana, aku melihatnya berjalan menghampiri seorang ibu muda yang cantik dan modis, menggunakan kardigan oversized pink dengan T-shirt putih dan jeans, sembari menggenggam tangan seorang gadis kecil yang mengenakan pakaian sekolah dasar.

Dia tampak terburu-buru. Dan dengan cemas mengatakan hal-hal yang tak dapat kudengar, dari tempat aku berdiri.

Kalian bertanya-tanya bagaimana aku tahu perempuan itu adalah seorang ibu muda?

Aku bertemu mereka beberapa kali, karena SD dan SMP memiliki jalur yang sama. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka ketika gadis kecil itu memanggilnya ibu.

Dan sekarang dapat terlihat hanya ada mereka berdua di penyeberangan. Jalannya yang cukup lebar membuat orang-orang yang ingin menyebrang, butuh waktu untuk sampai ke bagian sebelahnya.

Pada awalnya aku berpikir, 'seperti yang ku duga, Peter adalah seorang pria yang memiliki preferensi berbeda dari rata-rata anak sekolah menengah. Atau mungkin aku salah. Bahwa itu semua adalah hal-hal yang umum',

Akan tetapi, adegan yang ku dapati setelahnya adalah saat melihat Peter tampak mencoba menarik ibu dan gadis kecil itu, tetapi dicegah oleh sang ibu. Hal itu malah membuat mereka terjebak berhenti di jalan dengan tatapan waspada ibu tersebut, yang menyembunyikan putrinya di belakangnya. 'apakah Peter agak cabul?'. Aku sudah cukup lama mengenalnya, dan dapat ku spekulasi, seseorang tak dapat berubah sedramatis itu.

Lalu aku melihatnya dengan paksa mengambil gadis kecil itu dari tangan ibunya dan berlari ke arah kami. Dia berteriak 'minggir, minggir', menutupi suara marah ibu dan jeritan gadis kecil itu. Sementara sang ibu mengejar Pete, sudah ada beberapa orang di jalan yang mencoba mengulurkan tangan mereka untuk menghentikan dan menangkap Peter.

Tak berlangsung lama dari hal yang tadinya mendapat banyak perhatian dari orang-orang yang sudah menyeberang, ataupun yang hanya kebetulan melewati tempat itu.

Aku dan beberapa orang yang memperhatikan kejadian tersebut, mendapati dari sudut mata kiri kami, nampak sebuah truk yang melaju kencang melewati beberapa mobil lain. Sebuah truk sampah jingga yang tak pernah ku tahu dan sadari sampai hari itu, bisa melaju sekencang itu.

Truk itu melaju, mendekat cepat datang ke arah kami, khususnya menuju ke arah Peter. Aku melebarkan mataku dan berteriak sekuat tenaga, "Ada truk, truk lepas kendali, lari."

Demi Tuhan, aku bersumpah, selama aku tidak salah mengingat sejarah hidupku, suara terkeras yang pernah keluar dari mulutku tidak pernah melewati 65 desibel. Aku yakin itu adalah tawa ketika aku masih dalam masa kecilku.

Untunglah Peter cukup cepat, sedangkan ibu gadis kecil yang cukup bugar, juga berlari cepat ketika melihat teriakanku, truk dan orang banyak yang juga berlari. Hal lain yang mengejutkanku adalah, mengenai bagaimana truk yang melaju kencang itu tampak seperti mengikuti arah Peter. Sebuah upaya pembunuhan yang disengaja pastinya.

Ada bangunan di persimpangan, dekat dengan jalan. Ini memberikan perlindungan kepada khalayak ramai yang terengah-engah karena berlari kencang. Membuat kami semua aman dan baik-baik saja dari truk yang mungkin akan merenggut banyak nyawa tersebut.

Tidak berselang lama, kemudian terdengar suara,

*Bang*

*Crash*

*Tsssshhh*

Bunyi tabrakannya sangat keras, terutama jika seseorang berada dekat dengan kejadian itu. Aku tidak berpikir pengemudi truk itu bisa bertahan.

Truk tersebut menabrak keras sisi bangunan, kemudian terangkat dan terhempas keras di sisi kanannya.

Kemudian terseret dan beberapa kali terguling di sepanjang jalan. Berakhir dengan menabrak beberapa mobil lain yang malang, tidak beruntung berada disana.

Tampaknya korban kecelakaan itu tidak di sisi yang rendah. Singkat cerita, beberapa orang yang yang menyaksikan kejadian tersebut dengan cepat menelepon polisi, menjelaskan hal-hal melalui handphone mereka tentang kecelakaan yang terjadi.

Kemudian Peter yang ingin membantu korban kecelakaan lalu lintas yang disengaja itu, sibuk menerima ucapan terima kasih dari ibu muda tersebut.

Kami terlambat.

Aku dengan paksa menariknya menjauh dari ibu dan anak perempuannya yang mungkin memberi kami lebih banyak masalah.

Saksinya sudah banyak. Aku tidak berpikir jika kami ada di sana, itu bisa membuat perubahan. Selain itu kami harus buru-buru pergi ke sekolah.

Ujian.

Ujian.

Sudah banyak orang yang siap membantu.

Aku juga tidak ingin bertemu petugas polisi manapun.

Hal tersebut terus membuat ku canggung.

Sepanjang waktu di sekolah, tepatnya waktu istirahat, aku mengarahkan pandanganku kepada Peter yang bercanda gurau dengan kelompok biasanya, seolah tidak terjadi apa-apa.

Ku perhatikan dan tunggu dengan seksama. Tidak ada panggilan telepon, atau pemberitahuan singkat tentang kecelakaan itu.

Eh, tidak ada penghargaan? Karena Peter sepertinya menyelamatkan lebih dari 2 nyawa.

Kota ini benar-benar payah. Bagaimana hal seperti itu tidak mendapatkan pengakuan dan penghargaan apapun.

Meskipun entah mengapa aku meyakini bahwa banyak hal serupa terjadi di tempat lainnya.

Kembali ke rumah, aku coba retas, uhhmm ... Maksudku pencarian cepat tentang kejadian hari itu. Pergi ke Database Polisi Lokal. Tapi, tidak ada. Pusat Basis Data lainnya.

Tidak ada apa-apa.

Tidak ada sama sekali tidak peduli berapa banyak trik yang ku gunakan.

Aneh.

Aku cepat menghentikan pencarian kosongku, kemudian pergi ke Forum Sosial. Tapi masih tidak ada apa-apa. Tidak ada siapapun yang menyebut, atau kabar berita yang menyinggung kecelakaan tersebut.

Ini bukan kebetulan. Jadi kesimpulan ku adalah, semua itu pastinya sudah ditutupi dan dirahasiakan.

Sesuatu menghentikan penyebaran berita. Mungkin para Bangsawan. Tetapi di lingkungan mereka, hanya sedikit dari para Bangsawan yang sesungguhnya benar-benar mempunyai kemampuan.

Merekapun kebanyakan hanya menyibukkan diri untuk mendaki atau memperkuat posisinya di rangkah politik maupun bisnis.

Aku sadar kecelakaan hari ini lebih dari apa yang sesungguhnya terlihat, dan pastinya cukup rumit. Terkait dengan berita tersebut yang mana terhapus, bukan cuma dari Database Jaringan, tetapi juga Database Pusat.

Bahkan tidak termasuk dalam File Rahasia.

Ini semua sedikit terlalu berlebihan. Mungkin ada arus tersembunyi, skema, atau hal-hal lain.

Uh, sepertinya aku terbawa dengan dugaan acakku.

Mungkin,

Tidak.

Entah mengapa, aku mempunyai firasat bahwa semua masalah ada dan tertuju pada ibu muda itu, atau anak perempuannya, atau keduanya. Siapa tahu kalau sebenarnya mereka benar-benar memiliki hubungan darah atau tidak.

Bagaimanapun, lupakan saja. Aku tidak bisa ceroboh. Bahkan jika semua perkiraan ku itu benar. Bahwa kami merusak rencana seseorang, Jadi Apa?

Tidak mungkin mereka bisa melakukan apa pun padaku.

… …

Kembali ke kemampuan dan bakat aneh Peter, itu semua terjadi lebih dari tiga kali. Syukurlah, peristiwa lainnya agak aman.

Aku menerima hal-hal itu apa adanya.

Terlepas dari semua hal yang ku percaya atau tidak, potensi manusia terutama otak mereka adalah harta karun yang sangat besar, jadi aku merasa agak bisa memaklumkan hal aneh dan ajaib tersebut.

Akan tetapi, di malam setelah kami kembali ke rumah, ku pikir Peter akhirnya salah.

Semuanya jadi jauh lebih masuk akal, terutama jika itu adalah kemampuan ganjil, seperti apa yang dia punya.

Tapi paginya, aku tersentak bangun, siaga oleh karena teriakan nyaring Peter tepat di depan wajahku yang tertidur.

Pemandangan yang pertama ku dapati saat membuka mataku adalah Peter berteriak, menggoncang pundak ku, sambil menunjuk dengan jarinya yang seolah-olah berada dalam arah komputer ku.

Dia terlihat lelah, aku bertanya-tanya dalam hati, apakah dia bahkan tidur. Atau hal yang mungkin lebih buruk lagi, mimpi buruk Rick sebelumnya, seperti virus dapat menginfeksi juga.

Dengan enggan aku bangun, menjauh dari bantalku yang lembut dan nyaman.

Akan tetapi keluhanku tak berlangsung lama. Karena perhatianku segera terciduk, teralihkan oleh apa yang ditampilkan di layar komputerku.

Di sana tergeletak dua mayat dalam pakaian yang masih kuingat jelas dipakai oleh Josh dan Glenn malam itu. Hoodie hijau tua dan jaket jean biru pudar.

Peter mencoba menelepon polisi, dan aku buru-buru menghentikannya. Sial, apa dia tidak tahu meretas adalah salah satu hal yang dilarang di negeri ini.

Mereka mungkin akan bertanya, 'bagaimana Anda mengetahui sesuatu yang bahkan belum diketahui polisi', maka terkutuklah aku.

Karena tiga tahun yang lalu, terjadi kasus besar yang melibatkan banyak hackers.

Tentu saja, yang paling penting adalah bagaimana mereka menampar wajah Bangsawan dengan mengungkapkan beberapa perbuatan curang dan keji mereka. Meskipun berhasil dihentikan dan dibubarkan sebagai konten palsu yang penuh kebohongan alias, hoax semata.

Akan tetapi jutaan orang telah melihatnya. Itu bahkan mencapai seluruh Kekaisaran Dawnlight, baik The Central dan ke empat vasalnya.

Aku lebih nyaman menyembunyikan barang, hal dan kemampuanku.

Aku tidak ingin terjerat dalam kekacauan lain, yang bahkan jika itu semua hanya punya persentase kecil untuk terjadi.

Tidak. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku menjadi orang biasa.

Meninggal di ujung sebuah tempat gelap dan kecil, dimana tak akan ada yang terlalu mempedulikanku.

Hanya.

Membiarkan aku lenyap.

Dalam rentangan fajar dan deretan sketsa kehidupan.

Dan hal yang paling penting adalah,

Kecelakaan ini menamparku sangat keras.

Apa menurutmu, aku tidak terlalu peduli dengan dua orang yang tewas dan 1 orang yang hilang.

Maaf, jangan salah paham, aku memang penuh dengan ketidakpedulian terhadap kematian.

Lagipula, aku tidak begitu dekat dengan mereka, kecuali dengan Peter.

Maksudku.

Aku sebenarnya merasakan sesuatu.

Dan itu cukup membuatku tidak nyaman.

Apalagi jika semua titik dan petunjuk terhubung. Target awalnya kemungkinan besar hanyalah Ben dan aku.

… …

Tapi tetap saja.

Terlepas dari semua yang terjadi.

Aku tidak peduli siapa pembunuhnya.

Profesional.

Mungkin.

Akan tetapi, aku simpulkan dalam pendekatan penentuan matematis atas dasar hal-hal yang sudah ditentukan dalam segi, sudut pandang, dan proses psikologi dari pembunuhan.

Tentu saja.

Aku, bukanlah sasaran yang bahkan dapat mendekati kata mudah.