webnovel

Titik Nila

Kadang rasa sakit dibutuhkan untuk kita bergerak maju. Saat sakit itu datang, reaksi alami manusia adalah menjauh dan merutuk. Namun, Tuhan selalu punya jalan untuk menjungkirbalikan hidup manusia. Semuanya akan indah pada waktunya bukan? Lili, gadis 25 tahun yang baru saja mengenal apa itu sakit hati, memiliki reaksi yang lumrah ditemui pada manusia lainnya. Berlari dari masalah merupakan hal yang wajar bukan, batinnya. Yang tidak dia ketahui adalah semua bencana yang menimpanya merupakan awal dari petualangan cinta dalam hidupnya. Akankah Lili bertahan dengan segala badai dan terik yang menimpanya, hingga ia sanggup berlabuh di pantai berpasir putih yang menenangkan jiwa?

veronica_me · Urban
Not enough ratings
6 Chs

Mantan

Kadang masa lalu ingin sekali kita hapuskan, jika bisa mungkin kita akan memilih jalan berbeda. Nyatanya, setiap peristiwa di masa lalu selalu berkaitan dengan masa kini dan masa depan. Semua seperti sudah diatur dengan sangat baik oleh Sang Empunya Tali Waktu. Kita hanya bisa bijak dalam setiap keputusan agar tidak menyesalinya di kemudian hari. Tapi apa daya jika keputusan sudah dibuat dan sekarang kita mulai menghadapi konsekuensinya? Bukan pengecut, namun kadang hati tidak rela tersakiti sekali lagi.

Lili dan Josh mulai memesan makanan, hari ini Mikael tidak ikut, dia mendapat tugas jaga di kedai es krim milik mereka. Mereka memang membuka usaha makanan penutup yang banyak ditemui di Bali bersama teman mereka yang lain. Namun, karena rasa es krim dan sorbet mereka yang enak serta unik, ditunjang juga dengan tempat yang instagramable, kedai mereka tidak pernah sepi. Walau memiliki beberapa pegawai, para pemilik kedai ini selau bergantian berjaga.

"Li, kemarin itu siapa?" Josh memulai pembicaraan setelah aksi saling diam mereka.

Memang sejak dijemput sampai sekarang mereka tidak banyak bicara, hanya bertegur sapa dan sekedar bertanya tujuan mereka hari ini.

"Mantan." Sahut Lili datar sambil mengambil kentang gorengnya tanpa melihat Josh.

"Putus gak baik-baik?"

Tentu saja Josh tahu tidak baik-baik. Hanya saja dia tidak tahu bertanya apa lagi. Josh ingin tahu masalah apa yang sebenarnya terjadi dulu, tapi melihat Lili yang cuma menjawab seadaanya dengan tampang datar, sepertinya sulit.

"Hmm." Lili tetap mengunyah kentangnya.

"Ooh. Berarti dia bukan orang sini? Apa dari Bandung?"

"Ya. Dia teman kampusku dulu."

"Kenapa putus?" Memberanikan diri karena keingintahuannya yang sudah mulai luber.

"Gak cocok aja. Gak jodoh."

Alasan klise pikir Josh. Tentu semua yang putus pasti tidak cocok, tapi pasti ada alasan lebih spesifik dari sekedar tidak cocok.

Theo pov

"Theo, mama ke sana ya minggu depan?"

"Ngapain mah? Aku di sini cuma 1 minggu lagi. Kerjaanku juga sudah mau beres kok."

"Aah perpanjang aja. Temenin mama sekalian"

"Tapi mah.."

"Udah ya mama tutup dulu. Kamu jangan lupa jemput mama. Tanggal 19 jam 2 siang di bandara."

Theo memang tidak pernah membantah ibunya. Menurutnya tidak ada orang yang mencintainya selain ibunya. Ayahnya memang selalu memberikan yang terbaik secara materi untuknya, segala kebutuhan ibunya dan dia selalui dipenuhi. Tapi sikap kasar ayahnya dan kata-kata pedas yang sering dilontarkan ayahnya pada dia dan ibunya membuat mereka sering bertengkar.