webnovel

Tidak Mudah Menjadi Pahlawan Di Dunia Lain

Ketika dalam perjalanan pulang dari rumah teman, tiba-tiba saja sebuah lingkaran sihir muncul di bawah kaki Budi dan membawanya ke dunia lain. Tapi, kenapa tidak ada sistem yang muncul? Atau berkah dari dewa? Jika tidak, minimal kakek di dalam cincin? Yang lebih menyedihkan adalah, bahkan Budi tidak mengerti bahasa yang mereka gunakan. Tanpa mengetahui apapun, Budi memasuki kelompok yang telah disiapkan untuk melindungi kerajaan dari ancaman iblis yang mengancam. Catatan: Insyaallah pembaruan akan stabil setiap hari pada, doakan saja author tetap sehat dan terus mendapatkan inspirasi, terima kasih.

WahyuET · Fantasy
Not enough ratings
10 Chs

Hasil Tes yang Mengejutkan (1)

Budi mengerutkan dahinya dan bertanya-tanya apa yang sedang mereka bicarakan. Namun, sebanyak apapun dia bertanya-tanya, tetap tidak akan ada yang menjawab pertanyaannya.

Akhirnya Budi memilih pilihan terbaik dalam situasi ini, yaitu asal menebak saja. Tidak mungkin, Budi tidak bisa memikirkan cara lain selain asal menebak.

Meskipun hanya asal menebak, tapi Budi sangat percaya diri dengan tebakannya, sudah terbukti dari banyaknya tebakan Budi yang tepat ketika ulangan atau ujian di sekolahnya.

Budi melihat sekeliling untuk mengamati situasi agar bisa mendapatkan tebakan terbaik.

Dia seharusnya pahlawan yang dipanggil ke dunia ini, bukan? Berarti hal paling penting yang Budi butuhkan adalah kekuatan, tidak mungkin dia bisa mengalahkan raja iblis atau semacamnya dengan kekuatannya sendiri.

Kemudian kembali ke beberapa saat yang lalu ketika gadis cantik memegang kristal yang terlihat mahal itu dan membuatnya bersinar, apakah bola kristal itu alat uji kekuatan?

Budi melirik ke sekitar dan melihat orang-orang sedang memandanginya, ini membuatnya sangat tidak nyaman, apalagi pandangan pria tua bermahkota itu, dia merasa di telajangi, seolah-olah tidak ada rahasia yang bisa luput dari tatapannya.

Apakah aku harus memegang kristal mahal itu?

Budi ragu sesaat lalu membuang keraguannya dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh bola kristal.

Untuk sesaat ruangan menjadi bisu karena tidak ada respon apapun dari bola kristal. Semua orang tersentak dengan hasilnya. Tidak mungkin, bahkan warga kerajaan biasa bisa membuat bola kristal bersinar walaupun redup.

Tapi hasilnya sudah jelas di hadapan mereka, tidak ada reaksi dari bola kristal.

Apakah bola kristal ini rusak?

Budi bertanya dalam benaknya dan mencoba untuk menyentuh bola kristal itu lagi, tapi tetap tidak ada yang berubah, bola kristal itu tidak bersinar sedikit pun.

Theresia yang tidak jauh dari Budi mendekatkan wajahnya pada bola kristal untuk melihat apakah tangan Budi menyentuh bola kristal.

Hasilnya adalah tangan Budi jelas menyentuh bola kristal, tapi bola kristal tidak bersinar bahkan sedikit pun.

"Apakah bola kristalnya rusak? Biar aku coba lagi."

Theresia berkata dengan penuh tanda tanya lalu meletakkannya tangannya di atas bola kristal. Dan hasilnya sama seperti sebelumnya, bola kristal itu bersinar dengan cerah yang artinya bola kristal itu tidak rusak.

Sebelumnya Theresia sudah curiga karena tidak bisa merasakan sihir dari tubuh pahlawan, akan tetapi saat itu dia hanya beranggapan bahwa kekuatan sihir pahlawan terlalu lemah.

Tapi, ternyata bukan karena sang pahlawan memiliki kekuatan sihir yang lemah, tapi dia sama sekali tidak memiliki kekuatan sihir.

Hal ini membuat Raja Julies, Ratu Ferris, dan para menteri mengerutkan kening dengan ketidakpuasan, apalagi Menteri Dalga yang dari awal tidak senang karena Budi yang tidak mau berlutut pada Raja Julies.

"Apakah dia benar-benar pahlawan? Bahkan warga kerajaan biasa bisa membuat bola kristal bercahaya."

Dalga tidak bisa melewatkan kesempatan ini untuk mengejek Budi. Tapi, tentu saja Budi tidak merasa marah, karena dia bahkan tidak mengerti apa yang Dalga katakan.

Theresia merasa tidak nyaman karena kata-kata Dalga, sebab dia salah satu orang yang ikut berpartisipasi dalam pemanggilan Budi.

"Aku tidak tahu kenapa bola kristal tidak merespon pahlawan, tapi mungkin keahliannya bukan pada sihir, tapi kemampuan bertarung dengan senjata."

Jelas, tidak ada yang percaya pada kata-kata Theresia, bahkan dia juga sedikit ragu untuk mengatakan hal ini setelah melihat fisik Budi yang sangat biasa.

"Bawa senjata pusaka kemari."

Setelah mendapat perintah, beberapa prajurit bergegas pergi dan tidak lama kemudian datang kembali seraya membawa dua kotak senjata.