webnovel

The World First Accelerator

Pertama kali Ether Energy muncul, bumi terguncang hebat. Makhluk hidup bermutasi dan menarik kehidupan lain dari luar angkasa. Umat manusia mendekati kepunahan. Nemesis adalah manusia pertama mengalami Rebirth menjadi Mortal atau kehidupan lebih tinggi dari manusia biasa. Ia menyelamatkan banyak nyawa saat genosida terjadi oleh para Genesis. Namun bisakah Nemesis terus mempertahankan kedamaian dan melindungi umat manusia? -Original Story-

Yuusha_7676 · Fantasy
Not enough ratings
16 Chs

Perjalanan

Menutup pintu mobil, Nemesis berjalan perlahan mendekati kawanan Genesis. Ketika jarak sudah mulai dekat, geraman dari mereka mulai terdengar. Mereka seakan-akan memberi isyarat padanya untuk tidak mendekat atau tanggung sendiri resikonya.

Saat jarak sudah mencapai sekitar 10m, geraman mereka berhenti dan aura pembunuhan kental sudah tampak dimata mereka. Nemesis mengeluarkan pisaunya namun, seekor ular hitam tiba-tiba meluncur dari samping kiri sambil menampakkan taring ke arah lengannya.

Dengan reflek cepat Nemesis mundur, saat ular itu tepat didepannya, dia menebas menjadi dua bagian. Tanpa memberinya istirahat Genesis lain mulai menyerbu serempak takut kehilangan mangsanya.

Genesis menyerangnya dari segala arah. Bahkan bagian atas pun tak luput menyerangnya. Nemesis untungnya sudah mengalami hal serupa pada saat dirinya masih di desa. Dia menghindar dari serangan terdekat tanpa beranjak dari tempatnya lalu menebas Genesis itu.

Nemesis berusaha meminimalkan area gerakannya sambil menebas secara efisien. Dia tau jika dia menghindar dengan area terlalu lebar maka akan terkena serangan dari arah lain.

Tak disadari didalam mobil Silvia tampak pucat dan khawatir saat melihat adegan itu. Kakaknya dikepung oleh sekawanan Genesis membuatnya takut setengah mati. Namun, saat Nemesis mulai aksinya, dia terkejut. Tak disangka kakaknya sangat kuat dan bahkan gerakannya sangat cepat.

Perlahan jumlah Genesis mulai berkurang. Nemesis menaikkan kewaspadaannya. Baginya saat paling berbahaya belum dimulai. Dia melihat anjing besar disana berukuran 1m masih terdiam melihatnya.

Nemesis paham, bahwa sang bos belum bergerak hingga staminanya terkuras oleh sekelompok Genesis lemah ini. Namun, bos itu naif, Nemesis berbeda dengan orang lain. Staminanya sangat besar, perkelahian seperti ini tak membuatnya lelah.

Ketika Nemesis menebas Genesis terakhir. Bos anjing itu bergerak. Perlahan berjalan mendekatinya lalu sekejap menerjang dia. Nemesis menangkis cakaran itu dengan pisaunya. Dia mundur beberapa langkah karena momentum itu.

Nemesis mengernyit ketika melihat kondisi pisaunya. Dia tidak bisa bertahan jika menggunakan pisau kecilnya untuk terus menahan serangan anjing itu. Tak ada pilihan dia mengeluarkan sebuah Katana dari tas di punggungnya.

Katana koleksi kesayangannya itu dibeli dari teman kolektornya. Katananya adalah nyata, alias sudah pernah dipakai sejak dulu kala. Memang itu adalah peninggalan dari para jendral Samurai dan telah dipulihkan dalam keadaan terbaiknya. Sebenarnya Nemesis sangat enggan memakai Katana itu. Namun, tak ada pilihan lagi, Katana kesayangannya sangat tajam dan kuat. Bahkan saat bertarung dengan beruang bukit Katana itu masih dalam kondisi terbaik tanpa ada goresan pada mata pedangnya.

Kembali memfokuskan diri, Nemesis mengeluarkan Katana dari sarungnya sambil menghindari serangan anjing itu. Bos anjing menyerang secara gila tanpa memberikan dia nafas.

Sambil terus menangkis serangan yang masuk dengan sarung pedangnya. Nemesis menunggu celah. Dia tidak bisa langsung berbenturan dengan anjing itu. Menghemat stamina adalah terpenting dalam situasi seperti ini.

Ketika anjing itu melompat tinggi dan menampakkan taring dan cakarnya yang tajam, Nemesis akhirnya melihat celah. Melompat ketinggian seperti itu akan melambat saat sampai di titik puncak dan dipercepat saat mulai terjatuh. Tentu saja dia tidak melewatkan kesempatan itu.

Tepat saat anjing itu di titik puncak lompatan gaya parabola. Itu melambat, Nemesis menyarungkan Katananya perlahan lalu menebas ke atas dengan sangat cepat. Dia tampak seperti pendekar Samurai dengan gagahnya menebas ke samping membersihkan darah yang menempel dikatananya lalu menyarungkan kembali.

Anjing itu terbelah menjadi dua bagian. Potongannya sangat bersih menunjukkan betapa tajamnya katana miliknya. Nemesis tersenyum puas dengan hasil dari katana kesayangannya. Pada akhirnya dia hampir lupa tujuan utama kesini untuk mengambil motor bukan untuk pamer katananya.

Nemesis mengambil motor itu dan mengecek kondisinya masih bagus. Tanpa ada kebocoran tangki atau lecet akibat serangan Genesis. Melihat itu dia menganggukkan kepalanya dan menyalakan motornya lalu menuju ke tempat adiknya.

Silvia membuka pintu mobil dan tersenyum melihat Nemesis. Nemesis merasa aneh ketika melihat Silvia tersenyum padanya. Dia benar-benar merasa aneh, bahkan terlihat sangat tulus dan murni.

"Silvia ada apa?"

Nadanya tampak bingung saat bertanya.

"Tidak apa-apa, syukurlah kakak selamat"

Nemesis menghela nafas lega. Untungnya Silvia tidak melakukan sesuatu padanya kali ini. Dia menyuruhnya untuk berkemas dan melanjutkan perjalanan. Karena bau darah sudah menyebar, dia tidak ingin terjebak oleh kawanan Genesis kedua kalinya.

Memutar pedal gas, Nemesis melanjutkan perjalanannya. Dibandingkan dengan mengendarai mobil, menggunakan motor terasa sangat nyaman. Angin langsung menyentuh kulitnya.

Diperjalanan keduanya banyak melihat sisa-sisa kekacauan. Terutama di area hutan atau pegunungan. Banyak pengemudi tidak selamat melewatinya. Namun, sangat berbeda ketika berada di hamparan tanah liar dan tandus. Seolah-olah disana tidak tersentuh sama sekali.

Pemandangan tak enak dilihat terus dilewati. Nemesis juga memperhatikan adiknya semakin tahan dengan apa yang dilihat. Dia mengagumi mentalitas Silvia. Memang keluarga tetaplah keluarga, DNA memang tidak kemana.

Tak terasa mereka sudah dekat dengan tujuannya yaitu Kota Arcanum. Kota itu sangat besar yang tadinya terlihat seperti titik kecil dari kejauhan. Ketika semakin dekat, semakin terasa bahwa dirinya lah yang kecil.

Sangat disayangkan bahwa kota sebesar itu sebenarnya tidak memiliki tembok pertahanan. Di bagian pinggir kota terlihat tampak kacau. Arsitektur kota pastinya menyesal sekarang. Kota Arcanum tentunya besar, namun lokasinya sangat buruk untuk situasi saat ini.

Ditengah hamparan tanah datar berumput rendah. Kota itu membentuk lingkaran besar dengan 4 jalur utama membentang menuju 4 pintu masuk kota. Hamparan lahan luas dan kosong disekitarnya tentu untuk perluasan kota. Sangat disayangkan bahwa itu membuat Genesis mudah mengepung kota. Seandainya ada tembok pertahanan tinggi itu akan membuatnya lebih aman. Nasi sudah menjadi bubur, penyesalan datang setelahnya. Namun, tidak ada bisa meramalkan apa yang terjadi dimasa depan.

Nemesis melihat beberapa blokade terbuat dari beton mengelilingi kota dan beberapa kawat runcing didepannya. Banyak personil keamanan dan prajurit militer berjaga juga. Sangat berbeda dengan kota Petra. Disini mereka tampak mengerahkan segalanya untuk melindungi kota. Bahkan dia melihat beberapa kendaraan perang kelas berat di belakang dengan beberapa helikopter beterbangan disekitar kota. Memang layak dengan reputasinya sebagai kota besar.

Seperti biasa ketika sudah sampai di pintu masuk mereka dihentikan. Kali ini Nemesis sudah menyiapkan cerita, karena dia bersama adiknya itu membuatnya lebih mudah. Juga disini keluarganya termasuk 'bernama' jadi identitasnya terjamin. Ketika keduanya mulai memasuki kota, suasananya berbeda, ada sedikit keterkejutan di wajah Nemesis dan Silvia.

Kota tampak normal, dengan lalu lintas manusia wajar. Hanya berbeda di bagian 'tidak ada seorangpun keluar dari kota' banyak dari mereka menunjukkan ekspresi cemas di wajahnya. Namun, ada beberapa ekspresi santai juga diantaranya, mereka tampak yakin dengan pertahanan kota.

Keduanya terus melanjutkan ke tempat orangtuanya yang terletak di tengah kota. Sambil terus berjalan, mereka juga menemukan beberapa personil keamanan bersenjata lengkap di sudut kerumunan. Mungkin karena hal ini masyarakat memiliki rasa aman dan melakukan aktifitas seperti biasanya.