webnovel

The World First Accelerator

Pertama kali Ether Energy muncul, bumi terguncang hebat. Makhluk hidup bermutasi dan menarik kehidupan lain dari luar angkasa. Umat manusia mendekati kepunahan. Nemesis adalah manusia pertama mengalami Rebirth menjadi Mortal atau kehidupan lebih tinggi dari manusia biasa. Ia menyelamatkan banyak nyawa saat genosida terjadi oleh para Genesis. Namun bisakah Nemesis terus mempertahankan kedamaian dan melindungi umat manusia? -Original Story-

Yuusha_7676 · Fantasy
Not enough ratings
16 Chs

Kedatangan Mortal

Nemesis dan Silvia sampai didepan sebuah gedung menjulang tinggi ke langit. Jika mereka ingin melihat seluruh gedung perlu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Gedung didepannya begitu mendominasi diantara gedung sekitarnya.

Mengambil nafas dalam-dalam Nemesis melanjutkan melangkah memasuki gedung itu. Silvia mengikuti dibelakangnya. Juga alasan Nemesis memilih tinggal di pedesaan berhubungan dengan pemilik gedung ini. Dia tidak mau terlalu terlibat dalam permainan mereka yang diatas. Dia hanya ingin hidup santai sambil terus berkarya.

Sambil terus berjalan Nemesis melihat sekeliling. Keduanya juga merasakan perbedaan ketika melihat penjaga lebih banyak dari biasanya. Saat hendak memasuki lift seseorang memanggil Nemesis dan Silvia dari belakang.

"Tuan muda, Nyonya muda tolong tunggu sebentar!"

Seorang paruh baya berlari menghampiri Nemesis dengan tergesa-gesa.

"Ah paman Potter, sedang berlatih lari?"

Potter mendengar itu terhenti seketika dan hampir terjatuh.

'Sial! apanya yang latihan!'

Dia kembali menyesuaikan ekspresinya lalu tersenyum ke Nemesis dan Silvia.

"Tidak.. tidak.. kalian baru sampai, sebaiknya istirahat dulu. Ayo ikuti menemui tuan"

Orang-orang disekitar terkejut dan mulai saling membisikkan sesuatu. Tuan yang dimaksud Potter adalah pemilik gedung ini. Statusnya tentunya luar biasa dan bukan orang biasa yang bisa bertemu dengannya.

Sebelumnya mereka hanya acuh tak acuh saat Potter memanggil tuan muda dan nyonya muda. Karena di kota ini memiliki beberapa keluarga terhormat juga. Jadi bagi mereka status tuan muda dan nyonya muda bukan status nyata. Tapi, berbeda dengan pemilik gedung ini. Karena ia bukan orang biasa melainkan salah satu pemimpin keluarga terhormat itu.

"Kalo begitu ayo paman"

Jawab Silvia dengan nada tidak senang. Silvia tentu tidak suka jika statusnya diungkapkan.

"B-baik nyonya muda. Silahkan lewat sini"

Sambil menyeka keringat di dahinya Potter mengarahkan keduanya ke lift khusus. Ia juga sadar akan kesalahannya dan tidak mau berlama-lama membuat emosi nyonya muda semakin buruk.

Lift yang ditunjukkan Potter terletak di sudut ruangan dan tidak terlalu mencolok. Namun, diatas pintu lift ada sebuah karakter sederhana berukuran kecil dengan warna emas bertuliskan 'Hurricane Family'.

Potter membimbing mereka memasuki lift dan menekan nomor 150. Lantai tertinggi adalah tempat yang tidak bisa diakses oleh sembarang orang. Namun, Potter menekannya tanpa ragu dan ekspresinya tampak berubah drastis menjadi bermartabat.

Nemesis juga memperhatikan perubahan ekspresi Potter dan dia juga tahu lantai apa itu. Tidak seperti Potter, dia dan adiknya berusaha untuk tetap tenang. Bukan berarti mereka berdua gugup melainkan keduanya ketakutan. Terutama untuk Nemesis sejak dia sudah berapa kali tidak mengangkat telfon dari kedua orangtuanya dan terakhir Silvia sama keras kepala seperti dirinya.

'Semoga mereka tidak terlalu keras ke Silvia.'

Tersenyum pahit Nemesis tidak mau melibatkan adiknya. Dia juga sadar, semuanya terjadi karena dia. Silvia tentunya tidak keras kepala tetap tinggal di kota Petra jika Nemesis datang lebih cepat dan terus mengabarinya.

Ketika sebuah suara dentingan sebuah bell terdengar. Semua yang ada di lift bersiap diri. Perlahan pintu lift terbuka dan hembusan aroma ruangan yang menenangkan mulai tercium. Sepertinya pemilik ruangan berusaha menenangkan diri dengan parfum aromatik ruangan.

Wajah Nemesis semakin jelek, jelas dia tidak berharap dampaknya sampai seperti ini. Mereka melangkah keluar dari lift dan sudah mulai disambut alunan melodi piano indah tapi lembut. Saat mereka terus berjalan, melodi piano itu berhenti.

Potter membuka pintu ruangan arah melodi itu berasal. Saat terbuka tampak seorang wanita tampak masih muda dengan gaun one piecenya duduk didepan piano. Ia perlahan bangkit dari kursinya dan menoleh melihat keduanya. Tatapannya lembut saat melihat ke Silvia, lalu meneruskan ke Nemesis dan ekspresinya seketika menjadi suram.

"H-halo bu, permainan piano indah. Cocok seperti wajah ibu yang cantik"

Nemesis tak ada pilihan lain selain berusaha menjilat ibunya agar meredakan amarahnya. Dia benar-benar takut sekarang. Sepertinya dia tidak bisa beristirahat dengan tenang setelah tiba disini.

"Nemesis, temui ayahmu diruangan sebelah"

Katanya perlahan dengan senyum menakutkan.

"B-baik bu.."

Nemesis lesu setelah mendengar itu. Ayahnya sangat menakutkan. Intinya dia sangat menyesal sekarang dan mulai menyalahkan dirinya sendiri 'Mengapa aku tidak menjawab telepon mereka berkali-kali?'. Karena Nemesis tidak punya pilihan lain, dia hanya bisa menurut sekarang dan berjalan menuju ruangan sebelah menemui ayahnya. Sedangkan Silvia sedang berusaha menahan tawanya melihat ekspresi putus asa sang kakak.

Diruangan sebelah setelah Nemesis masuk, ruangan dipenuhi dengan teriakan menyedihkan. Ayahnya memukuli Nemesis delapan kali dengan sebuah tongkat kayu. Untungnya dia sudah mengalami Rebirth, jika tidak dirinya akan berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan memar di tubuhnya.

Ayahnya juga terkejut dengan ketangguhan Nemesis. Ia tidak berharap anaknya dengan otak seniman memiliki tubuh setangguh ini. Dia juga curiga apakah Nemesis menjadi salah satu orang tersebut. Namun, cepat menghilangkan pikiran itu. Nemesis tidak memiliki serum Ark tentunya tidak menjadi Mortal. Memikirkan kembali tentang para Mortal, Ayahnya juga menanyakannya.

"Nak, kamu tau Mortal?"

Terkejut dengan pertanyaannya Nemesis membeku sejenak dan bertanya pada dirinya sendiri 'Apakah sudah ketauan?'. Namun, ia menggelengkan kepalanya, Mortal sekarang hanya bisa terwujud dengan serum Ark. Tentu ayahnya juga mengetahui itu.

"Aku tau ayah. Pertama mereka akan mengalami Rebirth dengan serum Ark kan? setelah itu barulah menjadi Mortal."

Nemesis melihat ayahnya menganggukkan kepalanya dan dia juga terus melanjutkan penjelasannya. Meskipun Nemesis sulit dihubungi hingga membuat marah kedua orangtuanya, ia masih menyempatkan mengirim pesan tentang keadaannya dan juga menyempatkan waktu untuk membaca berita terkini. Lagipula berita-berita tentang serum Ark atau Mortal itu berkaitan dengan rahasianya.

"Oh ya, sejak kapan tubuhmu sangat kuat nak?"

Ketika pertanyaan itu muncul seakan Nemesis terkena tusukan pisau tajam di dadanya. Dia menghirup nafas sejenak, namun ayahnya langsung memberikan tatapan tajam.

"Ehem, tentu saja ini hasil kerja kerasku!"

Nemesis bangga mengatakan itu dengan lantang sambil membusungkan dadanya.

"Idiot"

Seruan Silvia muncul dari belakangnya. Nemesis terkejut 'sejak kapan Silvia ada disini?'

"Jangan bertanya! Aku sudah disini dari tadi. Ibu juga tadinya disini, dia sedang membuat teh di dapur."

Melihat ke arah Silvia. Nemesis menatapnya tidak percaya seolah-olah adiknya memiliki kemampuan khusus pembaca pikiran.

"Silvia apakah kamu-"

Sebelum menyelesaikan perkataannya. Silvia memotong kalimatnya.

"Wajahmu terlalu mudah dibaca saat membual ka."

"Cih"

Keduanya terus berdebat hingga Potter tiba-tiba memasuki ruangan.

"Tuan George, seorang Mortal tiba di kediaman keluarga Rose dan sudah dikonfirmasi dia membawa serum Ark"

Ruangan hening seketika, bahkan ibunya berhenti ketika hendak memasuki ruangan sambil membawakan teh diatas nampan. Sesaat suasana kembali namun Nemesis dan Silvia sudah menghentikan perdebatannya. Segera semua diruangan itu menatap ayahnya.

"Begitu.. tak kusangka mereka datang secepat ini"

Nemesis melihat ayahnya mengerutkan kening. Semua diruangan itu paham maksudnya. Saingan keluarganya telah mendapatkan serum Ark dan bahkan mendatangkan Mortal yang berarti kedudukan keluarga Hurricane akan mulai ditekan oleh mereka jika tidak segera mendapatkan serum Ark.