webnovel

The Smell of Hell

CERBERUZ Siapa yang tidak kenal ID ini di dunia maya, para peselancar dunia maya pasti akan merasa familier dengan namanya. Dia adalah hacker handal yang tidak pernah terendus keberadaannya bahkan oleh interpol sekalipun. Tidak ada yang tahu pasti siapa dia, bahkan banyak hacker berpengalaman yang sudah malang melintang menjelajah lautan dark web mencoba melacaknya, tapi selalu saja berakhir tanpa hasil. Sangat licin, sangat rapi. Di lain sisi, seorang pemuda bernama Alexander Vernon. Seorang professional gamer yang namanya sudah dikenal di kancah Gaming internasional, sering memenangkan kejuaraan game daring mengalahkan peserta dari seluruh dunia. Hari-harinya hanya ia habiskan di dalam kamarnya yang remang, dengan 2 unit komputer dan mata yang terpaku menatap monitor tanpa bergeser sedikit pun. Baginya rumah adalah tempat teraman, sedangkan dunia luar adalah neraka yang membuatnya harus selalu mengenakan masker khusus buatan mendiang ibunya, bukan karena sakit parah atau mysophobia, melainkan karena ia dapat mencium bau kebohongan atau emosi dari orang lain, matanya dapat menangkap warna dari kebohongan itu, warna dari emosi orang-orang yang di temuinya di jalan bahkan dimanapun. Tidak ada orang yang tidak pernah berbohong sepanjang hidupnya, bahkan bau kebohongan sekecil apapun akan terasa menyengat baginya seperti bangkai tikus di loteng rumah. Mengganggu! baginya ini adalah bau dari neraka, bau yang selalu mengepungnya sepanjang hidup. The smell of Hell! Melva Jane O'Connor, seorang detektif muda berprestasi yang membawahi departemen kekerasan dan kejahatan khusus di Vellas City Police Departemen (VCPD) sedang menghadapi suatu kasus misterius yang membuatnya harus berurusan dengan Alexander Vernon, pemuda dengan kemampuan aneh dan tidak masuk akal. Bagaimanakan takdir mereka berjalan? ikuti terus kisahnyaa.... note: cerita ini hanyalah khayalan semata, semua tokoh dan setting cerita ini adalah fiktif dan imajiner.

MORAN94 · Sci-fi
Not enough ratings
9 Chs

Satu

Vellas City, sebuah kota kecil di daratan barat Westmorth Country, berdiri diatas kerak terluar planet Nexuz yang kehijauan dalam Univers Galaksi Diandra, sebuah galaksi dengan kerlipan merah muda berbentuk piringan pipih ditengah pekatnya alam semesta, berpusat pada Bintang raksasa ZARA sebagai pilar energi tata surya nya. Mempunyai dua buah rembulan yang akan nampak bersanding mesra saat temaram tiba, bulan kemerahan berukuran besar berpasangan dengan bulan berwarna kekuningan berukuran lebih kecil selalu setia hadir di langit malam Nexuz.

Nexuz terdiri dari lautan berwarna kehijauan yang warnanya berasal dari plankton tipe-B dengan sebaran sangat luas merata di seluruh planet menjadikan lautan di sini terlihat bagai kaca kehijauan dengan semburat emerald dari palung-palung dalam di beberapa titiknya juga aneka macam fauna yang mendiami lautan Nexuz terkenal cantik dan eksotis, di tengah samudera luas itu jangan heran jika menemukan makhluk yang terlihat seperti mermaid, karena mermaid bukan legenda di Nexuz hanya saja mereka tak ubahnya seekor ikan yang takkan paham bahasa manusia.

Mermaid di sini di sebut Siren yang paling banyak mendiami sebuah laguna luas di pulau kecil bagian tenggara Nexuz, banyak rumor beredar bahwa didalam laguna itu terdapat 'sesuatu' yang dijaga oleh para siren tapi tak ada yang tau apakah sesuatu itu, belum pernah ada yang menjamahnya malah bagi sebagian orang yang tinggal di kota-kota besar itu hanyalah cerita yang dibuat orang tua di masa lampau sebagai dongeng pengantar tidur bagi anak-anaknya.

Selain samudera luas yang seperti tiada habisnya Nexuz memiliki daratan yang terbagi menjadi beberapa bagian wilayah, daratannya tidak dipisahkan oleh laut melainkan sungai-sungai besar yang membelah kemudian terhubung menjadi satu di penghujungnya dengan lautan.

Hanya ada 1 pulau terpencil di tengah-tengah wilayah daratan, dipisahkan oleh satu-satunya laut sempit yang berdiri sendiri mengitarinya, laut teduh dengan warna hijau kebiruan sangat kontras dengan pulau yang nampak membulat dengan hamparan pantai disepanjang pesisir nya membatasi deburan ombak yang nampak seolah ingin mengikis pulau sedikit demi sedikit.

Bukit hijau menjulang bersandingan dengan bibir pantai putih nan mendayu, itulah pulau Zorgot, pulau yang paling dekat aksesnya dari wilayah daratan dibandingkan pulau-pulau kecil eksotis lain yang tersebar di luasnya lautan Nexuz, tetapi tak ada seorang pun yang mau mendekat sebab desas-desus aneh menyelimutinya, mereka bilang orang-orang yang pergi ke Zorgot Island tidak akan lagi terlihat, tidak akan pernah kembali, menghilang entah kemana rimbanya tiada yang tahu.

Wilayah daratan Nexuz terbagi menjadi 4 dan kesemuanya berjauhan, menjadikan Nexuz hanya memiliki 4 buah wilayah negara berdasarkan letak geografisnya, bagian timur terdapat sebuah negara makmur bernama Elysium Country, bisa dikatakan negara ini paling luas status wilayahnya di banding luas daratan lainnya, juga negara dengan jumlah penduduk yang paling banyak di dunia.

Bagian selatan Nexuz terhampar daratan yang lebih kecil dibanding Elysium, bernama Shouthbern Country dengan ciri khas bunga ashter sebagai lambang kenegaraan. Lanjut menuju arah utara Nexus, di sini terdapat negara yang dapat dibilang paling tandus karena di sinilah wilayah dengan jumlah gurun pasir terbanyak, pasir berwarna violet semu terhampar bak karpet di sebuah lantai dansa yang luas, atau bagaikan hamparan kebun lavender yang tengah berbunga dengan sedikit berbukit-bukit menjadikannya nampak indah namun sekaligus mematikan. Inilah Gazhal Empire, satu-satunya negara yang dipimpin oleh seorang raja.

Beralih ke bagian barat Nexuz, negara bagian barat ini bernama Westmorth Country, negara dengan 4 musim yang teratur bergiliran menyapa oarang-orang westmorth, dan disinilah terpaku sebuah kota kecil bernama Vellas City, kota yang tenang dan cukup makmur tapi juga mempunyai permasalahan yang cukup pelik, ketimpangan sosial jelas nyata terlihat di sini.

--***--

Vellas City,

18.30 ZTC (Zara Time Coordinate)

Sirine ambulans terdengar memekik membelah temaram damai yang mulai turun, Zara (Surya bagi Nexuz) mulai tak nampak, digantikan kehadirannya oleh sepasang rembulan yang selalu memadu kasih mereka di langit malam.

Orang-orang berkerumun di depan sebuah gang sempit belakang gedung-gedung untuk melihat apa yang baru saja terjadi, saat salah seorang warga yang hendak buang air kecil dikejutkan dengan sesosok mayat wanita tanpa busana, lagi-lagi dengan leher tergorok hampir putus, bola mata yang memutih seperti mata pada seekor ikan mati, mulutnya terkatup rapat, ujung kuku yang rusak seperti habis mencakar-cakar sesuatu lalu terdapat lubang menganga sebesar buah ceri di dada kirinya tepat di bagian jantung berada.

Sontak gang sempit pemisah gedung apartemen murah di pinggiran kota Vellas menjadi ramai oleh orang-orang yang penasaran. Membuat para petugas VCPD unit-8 (unit kekerasan dan kejahatan khusus) kelimpungan karena TKP yang seharusnya bersih, kini sudah di gerayangi sebelum mereka sampai.

Garis polisi dipasang sebagai tanda batas area yang boleh di dekati, unit forensik kepolisian bertebaran di sekitar TKP untuk melakukan identifikasi dan penyisiran area sebagai upaya menemukan bukti yang bisa jadi tercecer oleh pelaku.

Seorang wanita berambut gelap dengan setelan monochrome mendekati area TKP, membelah kerumunan orang-orang yang asik menonton adegan ini layaknya sebuah film. Ia mendekat pada salah satu petugas yang merupakan bawahannya, Ryan Haltz.

"Pola yang sama?" Mel berbisik.

"emh! persis.." Ryan menjawab dengan anggukan kecil.

"Cari tau latar belakangnya, sisir area sampai 500 m ke luar seperti biasa" Titahnya.

"Baik" Balas Ryan dengan tangan dipelipis menunjukkan hormat pada Mel, atasannya.

"Dan ingat, jangan dulu bicara apapun pada media" Mel berkata hati-hati.

"Siap Connor, aku akan bawa Tony bersamaku" Tukas Ryan lalu segera melangkah menghampiri rekannya kemudian mulai menyisir area sesuai perintah Mel.

Di tempat yang sama, seorang pemuda dengan hoodie hitam dipasang di kepalanya, surai kecoklatan yang sudah mulai panjang menjuntai menghiasi dahi hingga hampir menutupi mata dengan masker yang senantiasa selalu menempel menutupi setengah wajahnya.

Lex merasa kesal karena harus keluar untuk membeli kebutuhan makan dan mandinya yang hampir habis bertepatan dengan ditemukannya mayat itu, di daerah apartemennya. Warna hitam pekat seketika bercampur baur dengan semburat warna lain, menguar di sekitar mereka yang berkerumun. Semua bau saling bertabrakan menyapa hidungnya, untung saja ada masker yang bertengger di sana menjadi tameng bagi Lex.

Ia berhenti sebentar di belakang orang-orang itu, sekedar untuk melihat mayat siapa yang tergeletak di sudut tempat sampah tapi percuma, tak terlihat apapun dari tempatnya berdiri, tanpa ia sadari sepasang mata bulat kebiruan menangkap kehadirannya dari balik kerumunan dan mulai mengawasinya.

Lex memang terlihat mencolok karena tingginya yang mencapai 185 cm itu membuatnya dapat terlihat dengan mudah meski berada di belakang kerumunan ditambah pakaian dan penampilannya yang pasti mengundang curiga, siapa yang akan pakai masker di musim panas seperti ini. Lex mulai beranjak meninggalkan tempat itu menuju sebuah swalayan 24 jam yang tidak jauh dari kompleks apartemen.

Mel dengan cepat menyusulnya, mengejar laki-laki mencurigakan itu, jantungnya berdegup kencang pertanda tubuh mulai memompa adrenalin sebagai respon dari otaknya yang membuat sebuah kesimpulan bahwa sang pelaku mungkin adalah laki-laki itu.

"Berhenti disana!" Bentak Mel sambil mengacungkan senjata nya dari belakang lelaki itu.

Lex refleks menghentikan langkahnya tapi tak berbalik, terdiam memunggungi wanita itu.

"Angkat kedua tanganmu sejajar dengan telinga!" Titah Mel

Laki-laki itu hanya menurut, mengangkat tangannya.

"Berbalik!" Seru Mel kemudian

Putih? Ah...Aku belum pernah lihat warna ini sebelumnya. Baunya....juga tak terasa, aneh.. Batin Lex saat sudah berbalik dan menyadari kobaran warna putih yang menguar dari perempuan itu dibelakangnya, hanya titik-titik hitam kecil yang mewarnainya.

"Tolong tunjukkan identitas anda..Lalu, bisakah anda buka masker anda? saya harus mengidentifikasinya." Ucap Mel sembari memasang wajah datarnya.

Lex mengeluarkan kartu identitasnya.

"Masker anda tuan.."

"Maaf, kalau ini aku tak bisa melepasnya" Ujar Lex

"Apa? Kenapa?"

"Aku sedang flu"

"Tidak masalah, tolong buka sebentar"

"Maaf tidak bisa"

Mel memgangkat sebelah alisnya, mencurigai laki-laki itu, alasannya tak masuk akal.

"Kalau begitu anda harus ikut saya ke kantor polisi untuk memberi keterangan, anda tinggal di sekitar sini bukan?" Desak Mel.