webnovel

04. Meet Phoenix

"Bagaimana perkembangan nya?" pria paruh baya itu kenatap pria muda yang ada di hadapannya.

"Tidak bisa di andalkan, malam ini dia kalah lagi balapan." pria muda itu menjawab dengan santai, sedangkan pria paruh baya mengeraskan rahangnya.

"Gerald mengalahkan nya lagi?"

"Bukan, Kenzie, anggota Phoenix."

"Dia bahkan kalah walau tidak melawan Gerald, lalu kapan kau akan turun tangan?"

Pria muda itu menyeringai, lalu akhirnya menjawab "Secepat nya."

☘☘

Disya keluar kamar mandi dengan gaun rumah, tak lupa lilitan handuk di kepalanya. sebagai infomasi, Disya tidak pernah menggunakan baju santai seperti kaos pendek dan celana jika sedang di rumah, gadis itu selalu menggunakan gaun rumahan yang panjang.

Kening Disya menyerngit saat melihat sesuatu di atas meja nakas nya, dengan cepat gadis itu menghampirinya. sebuket bunga mawar, mawar putih, bunga kesukaannya. jangan lupakan kertas note menempel di bagian pinggir bunga tersebut.

Gadis itu meraihnya, meraih kertas note yang kali ini berwarna coklat, kemudian membacanya.

'Kau tak perlu khawatir' dan logo matahari di bawahnya.

"Maksudnya? kau tidak perlu khawatir? apa-apaan ini?" gadis itu menggerutu kesal, lagi-lagi tidak mengerti dengan note yang ia terima.

"Dan apa lagi ini? matahari? pengirimnya beda lagi?" namun ada hal lain yang lebih aneh.

"Bagaimana cara orang itu masuk? pintu kan gue kunci."

☘☘

"Lo serius?" tanya Karin.

"Lo yakin udah kunci pintu?" tambah Velyn.

"Gue serius, gue juga yakin udah kunci pintu." jawab Disya, gadis itu menceritakan kejadian yang ia alami kemarin, ia tidak bisa menyembunyikannya sendiri, selain karena takut, ia juga ingin meminta saran.

"Tunggu-tunggu, Phoenix?" ucap Dara tiba-tiba yang membuat Velyn dan Karin celingukan, mencari orang-orang dari anggota Phoenix yang Dara maksud.

"Mana Phoenix?" Velyn bertanya.

"Bukan... bintang, kalajengking, matahari, bukannya itu simbol samaran anggota Phoenix?" ucap Dara membuat Velyn dan Karin terdiam seketika, dalam hati membenarkan ucapan gadis polos itu, sedangkan Disya menyerngit, "Maksudnya?"

"Anggota Phoenix punya lambang samaran masing-masing,..bentar." Dara mengambil ponsel miliknya, mencari sesuatu yang ia butuhkan.

"Ini, lihat ini, namanya Gerald Clarence Danendra, ketua Phoenix, dia punya kalajengking sebagai simbol nya." Dara menjelaskan sambil memperlihatkan foto Gerald yang ada di ponselnya.

"Yang ini Steven Arsalan Timothy, panggil aja Arsa, dia wakilnya, simbolnya bulan sabit. kalau yang ini Karel Clamentius Farrour, panggil aja Karel, simbolnya singa. Ezaron Bhalendra Alison, panggil Eza, simbolnya naga. terus yang ini Delvin Regenta Alaric, dia dipanggil Regan, simbolnya Bintang. yang ini Gavin Alvarel Martin, simbolnya ular. ini Kenzie Cavindra Aditama, kenzie simbolnya matahari. dan ini Kenzo Alrezza Aditama, kembarannya Kenzie, simbolnya setengah matahari." lanjut Dara sambil menunjukkan foto anggota satu persatu.

"Jadi? " tanya Disya bingung.

"Regan, Gerald, sama Kenzie yang ngirim barang-barang itu?" lanjut Velyn, Dara terdiam sebentar.

"Gue nggak yakin, itu cuman opini gue. karna sejauh ini yang kita tahu, bintang, kalajengking, sama matahari itu simbolnya anggota inti Phoenix."

"Anggota inti? anggota lainnya punya lambang beda lagi?" tanya Disya.

"Burung phoenix, itu lambang anggota Phoenix lainnya." Karin menjawab.

"Gak mungkin anggota Phoenix yang ngirim, gue gak kenal mereka, begitupun sebaliknya, gue juga nggak pernah berurusan sama mereka."

"Lo yakin?" tanya Karin.

"Apa?" Disya.

"Gak kenal mereka dan gak pernah berurusan sama mereka?" tambahnya.

"Gue yakin, jadi ini gak ada sangkut-pautnya sama anggota Phoenix." jawab Disya dengan mantap.

☘☘

Disya menguap bosan, sedangkan teman-temannya sedang bergosip ria. mereka sedang berada di kelas, menikmati jam kosong yang guru berikan.

Disya beranjak dari duduknya, "Gue mau ke toilet dulu."

"Mau gue antar?" tawar Karin dijawab gelengan kepala

"Gak usah, kalian lanjutin aja." Disya keluar kelas, menyusuri koridor sepi sendirian.

Hingga secara tidak sengaja berpapasan dengan segerombolan pria, Disya membelalakan matanya, ingatannya masih begitu bagus untuk mengingat wajah mereka, wajah yang Dara perlihatkan padanya lewat ponsel saat di kantin tadi. phoenix, lebih tepatnya anggota inti.

"Sialan, kenapa harus sekarang? itu pintu toilet udah keliatan. terus gue harus gimana? lanjut atau puter balik? kalau puter balik gua malu, kalau lanjutin cari mati namanya." gadis itu menggerutu kecil

Gadis itu jadi bingung sending, hingga akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan langkah nya, tidak lupa menundukan kepalanya, Disya sengaja mengambil jalan sebelah pinggir.

Jarak Disya dan anggota Phoenix semakin menipis, Disya maupun Phoenix, keduanya melangkah maju, mengikis jarak. saat jarak benar-benar menipis, Disya memejamkan matanya, gadis itu kenunduk semakin dalam, hingga akhirnya-

Tuk

Disya membuka katanya, saat ia merasa menendang sesuatu. sepasang sepatu yang tidak di ketahui pemililnya bertubrukan dengan sepatu miliknya, gadis itu membelalak, jangan katakan kalau itu sepatu milik anggota Phoenix, atau Disya akan-

"Jangan menunduk." suara rendah nan dingin itu menyapa nya.

-menceburkan diri nya di rawa-rawa.

Disya mengangkat kepalanya, dan matanya langsung bertemu dengan sepasang hazel abu milik pria yang tak lain adalah Gerald. gadis itu refleks melangkah mundur, namun hampir saja terjatuh, jika Gerald tidak dengan cepat meraih pinggang Disya, kemudian menariknya, membuat badan keduanya bertemu tanpa jarak.

Kedua pasang mata itu saling menatap, dan selanjutnya, Disya hampir saja berteriak saat Gerald memajukan wajahnya, membuat hidung keduanya nyaris bersentuhan.

"Hati-hati."

☘☘

"Hehe... wajah kagetnya lucu." Kenzo terkekeh mengingat kejadian tadi, saat Disya dan inti Phoenix bertemu.

Regan mendengus "Sekaget itu dia ketemu kita, dikasih asupan apa aja sama temennya?"

"Gerald kejam, Kenzie kulkas berjalan, Arsa Kenzo Regan otaknya agak geser, Karel Playboy, Gavin jelek, Eza ganteng." Eza berujar dengan wajah tanpa beban,lelaki itu tersenyum saat di tetap tajam oleh teman-temannya.

"Maksud lo?" suara Kenzie terdengar menusuk dalam keheningan

"Gue nebak aja, mungkin itu yang diomongin teman-temannya Disya, secara'kan itu fakta."

"Jadi maksud lo gue jelek?" Gavin nge gas.

"Maksud lo gue kejam?" Gerald menimpali.

"Maksud lo gue gila?" tanya Arsa Kenzo dan Regan bersamaan seraya melotot garang.

"Maksud nya apa kulkas berjalan?" Kenzie bertanya dengan tatapan menusuk.

"Maksud lo gue playboy?" karel melotot langsung berdiri.

Eza beringsut ke belakang, saat melihat teman-temannya saling pandang kemudian mengangguk bersamaan, seolah memberi tanda, yang entah apapun itu, tapi membuat perasaan Eza tidak enak. dan benar saja teman-temannya mendekat kemudian menyerang nya.

"Aaaaa... anjir paha gue jangan di cubit, hahaha.. Gavin celana gue jangan di tarik bego,.. Geli bangsat jangan di gelitik, hahaha... eeeh udah, udah, hahaha.. Kenzie tete gue jangan di grepe, ehh bangsat udah, udah, cape-

haaah, sialan lo semua." Gerald dan yang lainnya berhenti saat melihat wajah pucat Eza, pria itu terkulai lemas akibat terlalu banyak tertawa.

"Makan tuh jelek,

makan tuh kejam,

makan tuh gila,

makan tuh kulkas,

makan tuh playboy." ucap Gerald dan yang lainnya serempak.

Eza menarik nafas kemudian membuangnya perlahan, "Anjir gue sekarat."

"Hahahahaha... " mereka semua tertawa, menertawakan kekonyolan yang mereka buat sendiri.

Jadi, beginilah Phoenix, dingin diluar dan hangat di dalam. mungkin tidak ada yang menyangka, jika Phoenix yang terkenal beringas dan kejam ini sedang terbahak karena hal sederhana yang mereka ciptakan.

☘☘