webnovel

The Max Level Hunter: Rahasia Dibalik Kabut

Hunter. Belakangan ini hal itu menjadi topik pembicaraan hangat. Sebuah pekerjaan yang sangat berbahaya, namun sangat menguntungkan. Di mata publik mereka adalah seorang pahlawan, seorang idol. Yama Kalana, seorang hunter dengan kondisi khusus yang membuatnya tidak bisa menaikkan levelnya membuatnya menjadi hunter terlemah. Tidak sedikit yang memintanya untuk berhenti saja, Tapi dia tetap melangkah dijalan itu. Tidak banyak yang dia harapkan, ia hanya ingin mendapatkan uang dan kembali dengan selamat tapi bahkan untuk memperoleh keinginan kecilnua itu dia harus berhadapan dengan maut. Dia bukan tidak ingin berhenti, tapi hanya ini satu-satunya cara dia mendapatkan uang dalam jumlah besar untuk melunasi hutang keluarganya. bukan sekali-dua kali dia harus menghadapi situasi hidup dan mati. Namun kali ini berbeda. ia tidak melihat adanya harapan ketika monster itu dengan mudah membantai sebagian besar hunter yang berburu bersamanya. Memancarkan teror ditiap langkahnya. Yama bisa saja kabur seperti biasanya, tapi dia tidak melakukannya kali ini. Ia memilih mengorbankan dirinya, melompat diantara seorang gadis dan monster itu. Berpikir kalau dia harus membalas budinya setidaknya sekali. "YAMA!" Suara melengking dari gadis itu memecah keheningan disana. Air matanya tak berhenti menetes ketika melihat lengan monster itu menembus tubuh Yama. 'Jadi inilah akhirnya?' Begitulah pikirnya, namun sesaat sebelum ia kehilangan kesadarannya ia mendengar suara asing yang mengatakan kalau semua persyaratan untuk membuka skill unique yang selama ini terkunci sudah terpenuhi. Apa maksud dari semua ini?

Nana_4ja · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

Terror di dalam Dungeon

"SCRRRRRRRREEEEEEEECCCCCHHH!!!"

Hanya dengan suaranya yang melengking monster itu menghancurkan semangat hampir semua hunter disana.

Menyadari itu, Mei melepaskan skillnya menciptakan kolam sulur berduri yang dalam sekejap menahan para monster itu. Namun bukan cuma itu tujuannya, ia berniat menyulut semangat para hunter. Beruntungnya setelah melihat skill Mei hunter lain kembali bersemangat, mereka seolah melihat secercah harapan.

Meski dalam situasi seperti itu Mei masih dapat berpikir dengan jernih. Ia sadar meskipun dia hunter kelas atas, dia hanya seorang healer. Karena itu dia harus mendukung moral para hunter yang ada, berharap mereka bisa mengulurkan bantuan untuk melawan monster-monster itu. Begitu pula dengan para hunter, ketika melihat kemampuan Mei berpengaruh pada monster itu semangat mereka membara. Terlebih karena mereka ada di bawah perlindungan healer sekaliber Mei yang lebih dari mampu untuk mengobati luka fisik yang cukup parah.

Para pengawas lapangan dari asosiasi hunter dengan cepat dapat memahami bahwa menambahkan semangat juang para hunter adalah prioritas utama saat ini. Karena itu salah satu dari mereka, melepaskan sihir apinya. Sihir itu cukup efektif dalam meledakkan para scorpion mantis kecil yang terjebak pada kolam sulur berduri milik Mei. Benar saja, semangat juang para hunter langsung kembali ketika melihat serangan itu efektif dalam membunuh para monster.

Tanpa memerlukan perintah lanjutan, para hunter langsung menyerang monster itu, meski kesulitan namun para hunter berhasil membunuh semua scorpion mantis kecil.

Namun berbeda dengan Yama, ia masih terduduk gemetaran sembari menyeret bokongnya mundur perlahan.

"Jangan. Jangan. Jangan." Suara Yama gemetaran. Ia hanya bisa terduduk gemetaran sembari menyeret bokongnya. Berbeda dengan para hunter lain yang melawan scorpion mantis. Ia sejak tadi terduduk disana, jadi ia bisa melihat sesuatu yang para hunter lain tidak bisa.

Mendengar suara Yama yang begitu ketakutan, Mei dengan cermat menilik sekitar. Matanya bertatapan dengan Great Scorpion mantis yang tanpa disadari sudah berdiri di antara para hunter.

"LARI!"

SLASH

Belum sempat suara Mei didengar para hunter, monster itu telah selesai mengayunkan lengan miliknya yang selayaknya pedang. Membelah baik asap maupun hunter yang di dekatnya.

Itu membuat para hunter yang tersisa mematung ketika tubuh rekan mereka terbelah tepat di depan matanya. Semua itu terjadi begitu cepat, sehingga otak mereka belun sempat memproses itu semua. Jangankan menyelamatkan, mereka bahkan tidak mampu melihat gerakan monster itu.

Great scorpion mantis. Monster itu bukan cuma kuat, ia juga sangat cepat dan lihai dalam bersembunyi. Yang lebih menakutkan lagi, meski mereka tidak menunjukkannya sekarang namun mereka memiliki racun yang cukup berbahaya.

Tentu saja serangan monster itu tidak berhenti disana, mau bagaimanapun puluhan anaknya telah dibunuh oleh para hunter di depannya. Tak butuh waktu lama bagi monster itu tuk memperpendek jaraknya dengan hunter lainnya. Mei yang menyadari itu langsung melepaskan sulur berdurinya, berusaha menarik para hunter dari bahaya.

SLASH

Lagi-lagi para hunter itu terbunuh. Sudah tujuh dari mereka terbunuh hanya dengan dua serangan itu. Bahkan Mei sekalipun tidak akan mampu menyelamatkan mereka mati seketika. Beruntungnya para hunter yang bertahan berhasil mundur dan merapat dengan hunter yang ada di garis belakang. Setelah menyaksikan kekuatan great scorpion mantis itu, mundur dan memikirkan ulang rencana memanglah pilihan paling masuk akal. Mereka memang berhasil membunuh semua scropion mantis kecil, namun mereka tak lebih dari serangga bagi great scorpion mantis.

"Apanya yang healer ranking tinggi." Gigi-gigi Mei bergemeretak. Ia kesal akan dirinya sendiri. Ia benci dengan dirinya yang tidak bisa melakukan apapun, sama seperti saat itu.

"Yagya, bagaimana selanjutnya?"

"Mundur pun sudah terlambat. Dalam situasi terburuk, setidaknya hunter melinda harus keluar dengan selamat." Jawab Yagya.

"Jadi?"

"Yama bawa keluar Hunter Melinda dari sini. Sendangkan sisanya lindungi mereka."

"Lalu bagaimana dengan kalian?"

"Kami akan berusaha menahan monster itu."

"Itu... artinya..."

"Itu tidak penting. Prioritas kita sekarang adalah memastikan keselamatan hunter melinda."

"Mana mungkin itu nggak penting! Kalau kalian menahan monster itu kalian..." Bantah Mei

"Keselamatanmu jauh lebih penting! Kau tau sendiri kan? Setelah hunter Rama memilih pensiun, kau satu-satunya healer beranking tinggi yang dimiliki Indonesia. Nyawamu sangat berarti dalam raid berskala besar, kau tidak boleh mati di sini."

"Tapi..."

"Yama, bawa hunter melinda pergi. Sekarang!" Yagya sudah bersiap untuk menghalangi Great scorpion mantis. "Kau pernah bilang kan? Kau jadi hunter untuk melindungi orang orang yang kau sayangi? Sampai kapan kau mau sembunyi di balik punggung Hunter Melinda? Bukankah sekarang waktunya kau membalas budi?" Yagya tidak menunggu jawaban apapun dari Yama dan mulai menerjang monster seolah ia percaya pada Yama. Baik Yagya maupun hunter lain yang berusaha menahan great scorpion mantis mereka menjadikan diri mereka umpan agar Yama bisa membawa Hunter Melinda pergi dari sana.

Yama yang semula gemetaran dilantai membulatkan tekadnya. Ia mengambil belatinya dan menusuk kakinya yang gemetaran. Karena aksinya itu dia berhasil menghilangkan ketakutan dalam dirinya dan bergegas menarik Mei pergi.

"Yama jangan... Yama.... Kumohon...." Pinta Mei, air matanya tidak bisa berhenti terjatuh. Ia kembali teringat kejadian saat itu, ketika semua hunter dalam raid yang ia ikuti berusaha sekuat tenaga melindunginya sampai bantuan tiba. Ia kembali teringat dengan dirinya yang paling ia benci. Dirinya yng tidak dapat melakukan apapun.

"Aku tau! Aku tau... Karena itu, kau harus keluar dari sini. Kumohon." Meski dengan paksaan Yama berhasil manarik Mei menjauh dari sana. Perlahan Mei pun mulai menurut dan ikut berlari menjauh dari sana.

"SCRRRRRRRREEEEEEEECCCCHHHH!!!"

suara melengking itu kembali terdengar dari ke jauhan. Sepertinya pertarungan mereka sudah dimulai. Baik Yama maupun Mei berharap Yagya dan yang lainnya selamat, meski peluang itu sangatlah kecil.

"Menunduk!" Tariak salah satu hunter yang menemani Yama dan Mei.

Tidak butuh waktu lama Great scorpion mantis sudah berhasil menyusul kelompok itu. Meski mendapat beberapa luka pada tubuhnya namun monster itu masih dapat bergerak dengan cepat. Mei mematung melihat monster itu, bahkan setelah mengorbankan nyawanya, para pengawas lapangan hanya bisa mengulur monster itu selama 5 menit.

Tidak ada jalan. Monster itu pasti akan menghabisi mereka semua. Itu adalah harga yang harus mereka bayar karena telah mengusiknya.

Dalam keputus asaan itu, dua hunter yang bersama Yama dan Mei menerjang monster itu berusaha mengalihkan perhatiannya. namun jangankan mengalihkan perhatian monster itu, mereka bahkan langsung terbelah dua begitu monster itu bergerak.

menyisakan Yama dan Mei. Monster itu melangkah perlahan mendekati Mei yang duduk tak berdaya. Mei tau, melawanpun percuma. Bagaimanapun seorang healer sepertinya bukanlah masalah besar bagi monster itu. Namun Mei tetap mencoba mengulur waktu dengan mengeluarkan sulur berduri miliknya mengikat monster itu.

'Setidaknya aku bisa melindungi Yama.' begitulah pikirnya. Namun tak disangka, sulur berduri itu tidak bisa menahan monster itu. Sulur sulur itu justru membuat amarah monster itu makin menjadi. Tidak butuh banyak usaha bagi monster itu untuk memutuskan sulur sulur yang mengikatnya dan begitu ia terbebas monster itu langsung memangkas habis jaraknya dengan Mei.

STAB

Tepat sebelum lengan monster itu menyentuh Mei, Yama melompat diantara mereka menahan lengan monster itu dengan seluruh tubuhnya. Ia tersenyum kearah Mei yang mematung tak percaya.

'bahkan Yama pun berusaha melindungiku?'

Yama langsung terjatuh diatas lututnya ketika monster itu menarik lengannya dari tubuh laki-laki itu. Meski pandangannya mulai kabur ia bisa melihat Mei yang berlari kearahnya. Pendengarannya yang mulai menjauh menangkap suara Mei yang gemetaran.

"Kumohon bertahanlah. Kumohon." Mei dengan segenap kekuatannya berusaha mengobati Yama. Tangan Yama yang lemah berusaha menghapus air mata yang jatuh daei wajah cantik Mei.

"Pergilah..." Suara Yama pelan.

"Jangan!!! Kumohon...."

.

.

.

.

.

.

*TING

[Persyaratan membuka skill unique terpenuhi.]