webnovel

The Last King of Calradia

Berkisah seorang pemuda bernama Airel yang merupakan keturunan dari raja Calradia namun sekarang Calradia terpecah menjadi beberapa kerajaan, dan mulailah era perang antar kerajaan tersebut. Perang tanpa henti yang mengorbankan banyak jiwa dari prajurit masing-masing kerajaan dan warga sipil. Dengan kekacauan itu Airel bertekad menyatukan lagi kerajaan yang terpecah menjadi 1 kerajaan lagi yaitu Calradia. Di tengah tekadnya untuk menyatukan Carladia, Airel bertemu dan jatuh cinta kepada seorang ksatria wanita. Kisah cinta merekapun terjalin tetapi takdir berkata lain, ketulusan cinta Airel di balas penghianatan hanya demi tahta. Hidup Airel semakin hancur saat orang-orang terdekatnya gugur satu persatu hingga membuatnya menjadi ksatria yang penuh dendam. Terus ikuti perjalanan Airel untuk mengambil tahta dan menyatukan kerajaanya lagi dengan lika-liku kisah cintanya apakah akan berakhir bahagia atau menyedihkan. Ikuti terus perjalanan Airel.

Aditya_11 ¡ Fantasy
Not enough ratings
16 Chs

#16# PEMBOHONG

Hujan dari siang sampai sore hari belum juga mereda. Bahakn semakin deras disusul angin yang kencang dan kilatan petir dimana-mana.

Sore itu, di kota khudan sangat sunyi sekali karena hujan deras yang melanda. Sedangkan di rumah Airel, semua penghuni rumahnya masih bersantai-santai dan tertawa ria. Tetapi berbeda dengan yang di rasakan Elina dan Erina.

" Kak rasanya aku ingin menangis, tetapi aku tidak tau ingin menangis karena apa..! Dan rasanya cemas sekali..! " ujar Erina yang memandangi hujan dari jendela.

" Aku juga merasakan hal yang sama..! Dan ntah kenapa aku selalu memikirkan kakak Airel.." jawab Elina.

" Semoga tidak terjadi apa-apa dengan kakak Airel..! " sambungnya.

" Tenang aja kak..! Kakak Airel itu kan kuat, aku yakin dia tidak apa-apa..! Mungkin kita hanya terbawa perasaan karena hujan ini..! " ujar Erina sambil menepuk pundak Elina.

Melihat 2 gadis kembar sedang memandangi hujan, Jeremuspun menghampiri mereka.

" Elina, Erina kalian tidak kedinginan disini..? " sahut Jeremus berjalan mendekati mereka.

" Paman Jeremus..? Apa paman merasa cemas juga..? " tanya Elina spontan kepada Jeremus.

Jeremus terkejut karena ternyata bukan dia saja yang merasakan demikian.

" Ternyata bukan aku saja yang merasakanya..! Semoga tidak terjadi apa-apa..! Elina, Erina lebih baik kalian pergi ke kamar! Disini sangat dingin..! " ujar Jeremus.

" Baik paman..! " jawab 2 gadis kembar itu dan langsung pergi ke kamar mereka.

Jeremus masih termenung di balik jendela sambil memandangi hujan. Perasaanya semakin kacau balau, yang difikirkanya hanya Airel karena sebelum keberangkatan Airel, Jeremus sudah merasakan firasat buruk akan terjadi.

Hari semakin gelap dan hujan masih sangat deras sekali dan kota yang biasanya malam hari sangat ramai, kali ini benar-benar sepi bahkan seperti kota hantu.

Jeremus yang dari tadi sore sampai sekarang masih termenung di depan jendela, mendengar gedoran pintu depan dan suara teriakan wanita memanggil nama Jeremus.

Dook.. Dok.. Dook.. Dook..!

" Jeremus..! Jeremus..! " teriak wanita itu dari balik pintu.

Jeremus segera berlari menuju pintu dan membuka pintu. Alangkah terkejutnya Jeremus saat membuka pintu, ternyata yang dia lihat adalah Ymira yang sedang menangis.

" Ymira..? Kenapa kau menangis..? Apa yang terjadi..?? " tanya Jeremus yang terkejut dan semakin cemas melihat Ymira menangis.

" Jeremus..! Tolong panggil Elina dan Erina..! Dan segera pergi keistana sekarang juga..! " jawab Ymira yang masih menangis serta dalam keadaan basah kuyub karena hujan.

" Memangnya ada apa..! Kenapa kau menangis..!? " ujar jeremus yang masih penasaran apa yang membuat Ymira menangis.

Ymira hanya diam dan berlari kembali menuju istana.

Melihat Ymira yang seperti itu dan mendapatkan pesan dari Ymira tadi, Jeremus langsung memanggil Elina dan Erina serta dalam keadaan hujan lebat mereka bertiga bergegas menuju istana.

Sesampainya di istana, mereka bertiga melihat orang-orang yang ada di istana murung dan ada juga yang menangis, termasuk Ymira yang masih menangis sambil menundukan kepalanya tetapi, disana tidak ada putri Sylvia.

Dengan segera Jeremus dan 2 gadis kembar itu berlutut di hadapan raja.

" Kami datang sesuai yang anda perintahkan yang mulia..! " ujar Jeremus.

Raja beranjak dari singgasananya dan berjalan menuju salah satu prajurit yang telah basah kuyub dan mengambil pedang milik prajurit itu yang sudah berlumuran darah.

" Sore tadi, pasukan patroli yang ingin menyampaikan suratku kepada lord Reyvadin mendapati ribuan orang mati di lembah dekat dari kota Reyvadin..! " jawab raja.

" Disitu, mereka melihat mayat-mayat yang bergelempangan adalah para prajurit Veagirs dan mereka mengatakan bahwa telah terjadi penyergapan besar-besaran dari pasukan musuh dan membuat pasukan yang di pimpin oleh jendral Airel dan jendral Gabriel seluruhnya gugur di medan perang..! " sambung raja sambil menggenggam erat pedang yang dia ambil tadi.

Sontak Jeremus dan 2 gadis kembar tadi terkejut bahkan Erina ingin langsung berdiri karena emosi yang sudah tak tertahan. Namun, Elina langsung menggenggam tangan saudaranya dan menyuruhnya untuk tenang.

" La..lalu di manakah jendral Gabriel dan jendral Airel sekarang yang mulia..? " tanya Jeremus.

" Pasukan patroli melihat jasad jendral Gabriel terkapar dengan banyak luka sayatan di tubuhnya serta luka tusuk di dadanya..! Tetapi mereka tidak dapat menemukan jasad jendral Airel karena saking banyaknya mayat yang bergelimpangan..! Tetapi mereka menemukan pedang ini dan juga jubah berlambang kuda bersayap yang merupakan lambang dari pasukan cavalry milik jendral Airel..! " jawab raja dengan mengulurkan pedang yang berlumuran darah kepada Jeremus.

Ya, Jeremus hanya bisa terpaku dan terua memandang pedang milik tuanya itu. Tidak salah lagi, pedang itu adalah pedang milik tuanya yang barusaja di beri oleh putri Sylvia. Tetesan Air mata tak bisa di bendung lagi oleh Jeremus.

Sambil menunduk, Jeremus menangis dan firasatnya ternyata benar. Elina dan Erina yang juga sebelumnya melihat pedang itu, juga langsung menangis hiteris dan masih tidak percaya jika seseorang yang mereka anggap kakak telah gugur di medan perang.

" Bohoong...! Kakak Airel tidak mungkin mati..!!! Itu semua bohong..!! " bentak Erina sambil menangis histeris.

Elina langsung memeluk saudaranya dan Ymira juga langsung berlari menghampiri mereka berdua.

" Erina tenang..! Ini sudah takdir..!! " ujar Elina sambil memeluk saudaranya.

" Ini semua bohong kak.. Ini bohong!!! Aku yakin kak Airel masih hidup aku yakin...!!! " jawab Erina yang masih tidak percaya dengan kematian Airel.

" Erina..! Ini sudah takdir.. Aku mohon kamu harus mengerti ini..! " sahut Ymira yang langsung memeluk mereka berdua.

" Apa....!!!!! Ayah bohongkan...!!! " bentak seorang wanita cantik yang berdiri di depan pintu keluar dengan baju zirah yang basah kuyup.

Dan ternyata wanita itu adalah Sylvia yang baru saja selesai berlatih di akademi dan tak sengaja mendengar ucapan raja.

" Sylvia..!?? " kejut raja.

Sylvia langsung berjalan kearah ayahnya dan langsung merebut pedang yang di pegang ayahnya untuk memastikan apakah itu pedang pemberianya. Karena Sylvia meminta pandai besi mengukir nama Airel di pedang itu dan hanya Sylvia yang mengetahui letak ukiran itu.

Dan benar saja, ada tulisan Airel di bilah pedang itu. Kaki Sylvia langsung lemas dan akhirnya menjatuhkan dirinya sendiri. Seakan tidak percaya, mata Sylvia masih menatap ukiran itu sambil meneteskan air mata.

" A...Airel..? Ini bohongkan..! Kau tidak mati kan..? " ujar Sylvia.

" Sylvia kau.... " ujar raja.

Belum selesai ayahnya berkata, Sylvia langsung berlari menuju kamarnya. Dia ingat bahwa dia di beri cincin yang ada batu pelindungnya oleh Airel. Batu itu telah berkontrak dengan Airel dan selain melindungi, batu itu bisa mengetahui keadaan detak jantung yang telah berkontrak denganya.

Sylvia langsung menggeledah seluruh kamarnya dan akhirnya menemukan cincin itu. Saat dia melihat di cincin itu, ternyata batu yang awalnya selalu memancarkan warna merah terang sekarang telah kehilangan cahayanya dan hanya berwarna merah bening seperti batu rubi.

Tangisannya tak terbendung lagi. Dia msmeluk pedang yang dia bawa dan menangis seakan tak percaya kekasihnya terbunuh di medan perang.

" Mana janjimu yang katanya akan selalu kembali kepadaku...! Kamu pembohong..! Aku membencimu...!!! Aku membencimuu...!!! Pembohong..! " teriak Sylvia sambil memeluk pedang yang pernah ia berikan kepada Airel.

Kesedihan Sylvia tiba-tiba berubah menjadi kebencian dan dendam. Dia langsung berdiri dan menggenggam kuat pedang yang tadi. Dengan buru-buru, Sylvia keluar kamar dan ingin keluar istana untuk mencari pembunuh dari Airel.

Saat di Aula istana sedang berdua, raja melihat Sylvia yang masih meneteskan air mata, menggenggam pedang dan ingin keluar dari istana. Dengan sigap raja berlari dan langsung menggenggam tanganya.

" Apa yang kau lakukan...! " tanya raja.

" Aku akan membunuh pembunuh Airel..! Lepaskan aku ayah...!!! " bentak Sylvia yang matanya penuh kebencian.

" Hentikan itu putriku...! Aku mohon..!! Apa kau tau siapa yang membunuh Airel..!! " ujar raja.

" Aku tidak tau, tapi aku akan membunuh seluruh pasukan yang terlibat dalam penyergapan itu..!! " sahut Sylvia.

" Apa dengan kakak pergi menaruhkan nyawa kakak akan membuat kak Airel senang...!!! Lalu apakah jika kakak bisa balas dendam kedapa pembunuh kak Airel bisa menghidupkan kak Airel kembali...!!!! " Bentak Elina yang juga masih menangisi kepergian Airel.

" Ti..dak bisaa..! " jawab Sylvia lirih dan Sylvia hanya bisa terdian dan menangis. Menangisi orang yang sangat dia cintai.

Sylvia berlari keluar istana sedangkan cuaca diluar masih hujan deras dan angis kencang.

" Sylvia...! " teriak raja.

Sylvia tak dapat di hentikan, dan berlari keluar istana tak menghiraukan kata-kata Elina dan orang-orang diistana, tetapi Elina juga keluar mengejar Sylvia.

" Kakak...!!!! Hentikan aku mohon hentikan...!!! " teriak Elina yang berhasil menggenggam tangan Sylvia.

" Lepaskan aku...!!! Lepaskan aku Elina..!! Aku tidak peduli walau harus kehilangan nyawa..!! " bentak Sylvia.

" Lalu apakah kak Airel menginginkn itu...!!!? Hentikan itu kak aku mohon..!! " bentak Elina.

" Aku tau kakak sangat mencintai kak Airel..!!! Tapi kalau kakak terbunuh hanya akan membuat kak Airel bersedih dan membenci kakak..!!! Aku mohon...! " sambungnya.

" Apa kau tidak menyayangi kakakmu Airel sampai kau bisa menerima kematianya..!! " jawab Sylvia.

Plaaaak...!

Elina langsung menampar Sylvia.

" Aku sangat menyayangi kakakku..! Tapi aku tau takdir itu tidak dapat dirubah..! Orang yang sudah meninggal tidak dapat di hidupkan kembali..!!! Tangisanku ini sudah cukup membebani kak Airel dan membuatnya sedih dialam sana..! Lalu bagaimana jika kakak Airel tau jika kak Sylvia menyianyiakan nyawanya...!!! Kak Airel pasti akan sangat membencimu dialam sana..!! " bentak Elina yang penuh emosi.

Sylvia akhirnya tersadar dan menjatuhkan dirinya sambil menangis histeris dan membuang pedang yang dia bawa.

Elina terus mencoba menenangkan Sylvia walaupun dia sendiri juga menangis dan merasakan kesedihan yang sama.

Sylvia menatap ke langit, tetesan air matanya diiringi oleh tetesan air hujan dan seakan-akan langit juga ikut menangis atas kepergian orang yang di cintai Sylvia.

" PEMBOHOOOOOOOOONG...! " teriak Sylvia sambil memeluk cincin pemberian Airel.

TO BE CONTINUE... 😢😢