webnovel

dia

Aku melompat ke kasur setelah mengunci pintu kamar.

Aku menggeram ketika melihat tabung kaca anti peluru itu di nakas samping kasurku.

"Menyebalkan," geramku sambil memasukkanya ke laci nakas.

Pintu diketuk.

Suara lembut bibi terdengar.

"Vera..." panggil bibi. "Makan siang dulu. Nanti sakit, loh."

"Iya, Bi!" seruku.

Mungkin kalian bingung. Kenapa aku tinggal dengan bibi?

Akan kujawab. Karena ibuku sudah meninggal setahun yang lalu. Sedangkan ayahku pergi 6 bulan sebelum ibu meninggal.

Aku bergegas berganti pakaian dengan rok selutut ungu dan kaus hitam.

Aku segera berkutat dengan laptop-ku.

Aku mengetik dengan cepat.

www.pusakamandala.com

Barisan artikel muncul di sisi kiri dan video di samping kanan.

Sebuah notifikasi muncul.

"Serviteur Duel Live".

Aku bergegas menonton live itu. Memasang sebuah earphone berbentuk seperti sayap malaikat berwarna merah jambu.

Seketika aku seolah berpindah tempat.

Melihat duel dari tempat khususku sebagai salah satu pemain.

Layar besar di atas sana tertulis...

"Adnan vs Raja"

"Raja?" gumamku. "Siapa itu?"

Aku dapat menonton Adnan yang memakai skill serviteur miliknya, Archer.

"Fire Arrow?" ucapku. "Kamu meremehkan sekali, ya, Adnan."

Pertarungan itu seru untuk ditonton.

Adnan yang meremehkan dan Raja yang amat keras kepala.

Duo yang unik, kan?

Sebuah pengumuman muncul.

Adnan & Archer win.

Kedua orang itu muncul di tempatku. Mereka saling melirik.

"Selamat, Adnan," ucapku. "Pertarungan yang menakjubkan."

"Kamu kemari, Vera?" tanya Adnan. "Setelah kamu pergi bertahun-tahun tanpa kabar sedikit pun?"

"Ya, begitulah," ucapku acuh. "Aku pergi, Adnan. Mungkin kita akan bertemu lagi. Mungkin."

Aku menggeser jariku, membelah udara.

Log Out?

Yes

No

Aku menyentuh kata 'Yes' dan tersenyum.

"Sampai jumpa, Adnan," ucapku. "Hati-hati karena mungkin saja kita akan bertemu kembali sebagai lawan."

"Apa-" ucapannya terpotong oleh suara sistem.

Aku merasa kehadiranku kembali di kamar.

Aku mematikan laptop dan berjalan ke meja rias, menatap pantulan diriku.

Rambut hitam bergelombang sepinggang, poni yang menutupi mata sebelah kiri, bola mata ungu anggur, hidung mancung, pipi agak tirus, bibir merah mawar, dagu lancip, dan kulit pucat.

Aku mengambil salah satu bingkai foto.

"Mama, aku akan kembali ke dunia itu lagi," bisikku. "Doakan aku, Ma."