webnovel

The Journey Of Life: Lost Memories

Ini adalah cerita tentang karakter utama dari cerita ini, Fura. Seorang laki-laki berumur 18 tahun yang hidup ketidakjelasan di dunia yang berada di tahun 1401. Zaman kerajaan yang penuh dengan penyihir dan juga orang-orang jahat yang ingin berusaha mendapatkan kekuatan luar biasa dari batu kristal yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Ini adalah pilihan yang sangat sulit baginya, menjadi orang baik di dunia ini atau menjadi orang jahat.

ruelNoYume · Fantasy
Not enough ratings
6 Chs

Kehancuran dan Ilusi

Kehadiran orang itu membuat suasana semakin mencekam, dia mengenakan jubah hitam dengan penutup kepala. Dia adalah raja kerajaan Chaos, Orh Khril. Yep semua orang pasti kenal dengan dia. Dia adalah orang paling ditakuti dengan pemerintahan kerajaan yang kejam dan sifatnya yang jahat itu.

"Halo makhluk-makhluk lemah, bagaimana pestanya? Meriah bukan? Hahahaha..." ucapnya yang di iringi dengan tawa.

"Meriah? Kau anggap ini meriah? Hey! Kau datang dari kota bodoh mana!" umpat Faza yang merasa jengkel padanya.

"Kalian boleh berpesta dengan pasukan-pasukan yang aku kirim ini....!"

"Sudahlah.... Aku akan mengehentikan serangan ini. Jika Fura memberikan kristal miliknya! Kita berkompromi sekarang...." sambungnya.

"Fura! Jika kau tidak ingin aku menghancurkan tempat kotor ini, kau menyerahlah saja! Berikanlah Kristal milikmu dengan damai tanpa perlawanan!"  desak Khril sambil mengeluarkan tongkat sihir miliknya lalu menodongkannya ke arah Fura.

Blar!

Leo dikepung oleh beberapa goblin, ia menyerang mereka dengan bom yang tersisa.

"Sial...!" umpatnya.

"Hah.... Memberikan kristal? Hanya itu? Apakah hanya itu!? Kau membuat kekacauan dan sampai membunuh Sara hanya ingin mendapatkan kristal itu?!" gerutu Fura sambil mengepalkan telapak tangannya.

"Haha.... Berhentilah ber-drama! Cepat serahkan sajalah! Kalau tidak ingin hal seperti itu terjadi lagi 'kan....?" sahut Khril yang tongkat sihirnya dikerumuni asap hitam.

Grahh!

Auman monster saling bersahutan, berlari menghampiri Leo, Faza, dan Fura dari kejauhan.

"Cih! Dasar pengecut, mainnya keroyokan!" umpat Faza.

Mata Eyenous milik Fura aktif disaat yang bersamaan garis abstrak berwarna hitam mengalir di sekujur tubuhnya.

Ia pun mulai berdiri.

"Astaga!!!! Monster-monster itu mulai mendekat! Sial.... Sial... Sial.... Aku tidak ingin ma-"

"-oh ya percuma, huh.... Ku pasrah sajalah...." ucap Faza dengan nada lemas tak berdaya menghadapi para monster itu.

"Kau jangan pasrah bodoh!"

Tiba-tiba suara orang yang berbicara padanya. Itu adalah seekor naga yang tersegel didalam tubuh Faza, Enderarl.

"Eh.... Astaga naga, aku kaget!" kejut Faza.

"Aku tidak ingin mati bersama si bodoh dirimu!" geram Enderarl.

"Haha, jadi kau juga mati kalau aku mati?" ledek Faza.

"Aku tersegel disini ya pasti aku akan mati! Dan aku tidak ingin mati bodoh!"

"Oh ya benar juga.... Aku belum mau mati, mau ena-ena dulu"

"Dasar bodoh!!!!"

Blar!

Puluhan bom melesat ke arah monster-monster itu.

"Ergh, tenaga ku terkuras habis! Jika begini aku tidak bisa menggunakan mantra pembuat bom.... Sial" resah Leo yang kelelahan menghadapi para monster itu.

Salah satu monster itu menghempaskan tangannya ke arah Fura.

Sesuatu hal aneh pun terjadi, serangan monster itu tidak mengenai Fura melainkan hanya menembus badan Fura.

Slash!

Petir serangan dari Fura menghantam tubuh monster goblin itu hingga tubuhnya hancur berkeping-keping. Darah-darah pun bercipratan kemana-mana.

M

onster-monster yang tidak terhitung banyaknya itu terus berdatangan menyerang mereka bertiga.

"Ahhhh....!!!!"

Terlihat Faza sibuk berlari menjauh dari monster-monster itu.

Brak!

Hal apes pun terjadi padanya, Faza pun tersungkur di atas permukaan tanah dengan keras. Membuat luka di lututnya.

"Ergh, sialan...."

Faza pun terkejut karena dia malah dikepung oleh segerombolan monster goblin yang berukuran sedang.

"AAAAHHHH!!!!"

Karena terkejut, Faza pun berteriak seakan seorang wanita meminta tolong.

Teriakannya barusan malah membuat hempasan angin yang dahsyat menghempas seluruh monster yang ada dihadapannya.

"Eh?"

Salah satu goblin hendak menusukan tombaknya ke arah Fura.

Fura mengetahui hal tersebut, dengan sigap ia bertukar posisi yang dimana Fura lah yang menusukan tombak itu ke perut goblin itu.

Brak!

Untuk kedua kalinya Leo ditendang oleh goblin yang berukuran raksasa.

Ia menghantam dengan tanah dengan keras menyebabkan debu-debu berhamburan.

"Ku lihat kalian bosan yang begitu-begitu saja 'kan?" lirih Khril.

Dum! Dum!

Tiba-tiba tanah bergetar hebat, langkah demi langkah menciptakan tanah bergetar membuat orang-orang tak sanggup berdiri.

Dihadapan, terlihat raksasa tengkorak berwarna hitam yang tingginya 50 kaki itu berjalan menuju mereka semua.

"Hahahaha!"

Gelak tawa dari Khril semakin menjadi-jadi melihat orang-orang ketakutan.

"E-ehhhh.... Makhluk macam apa itu!?" kejut Faza.

Brak!

Rideone jatuh tersungkur, kekuatan matanya hanya bisa bertahan 3 menit saja. Garis hitam disekujur tubuhnya menghilang, bahkan Eyenous miliknya kembali normal.

"Tenagaku.... Ergh"

"Bagaimana sekarang apakah kalian menyerah?" tanya Khril yang daritadi hanya memperhatikan mereka semua.

Terlihat tengkorak raksasa itu mengumpulkan seluruh energinya dan menciptakan bola energi raksasa yang keluar dari mulutnya yang bersiap memporak-porandakan lokasi tersebut.

"Sial, apa yang akan dia lakukan....!?" kejut Faza.

...

Angin berhembus kencang, serangan itu melesat cepat ke arah mereka, pandangan menjadi kabur dengan debu-debu yang melayang.

Sorot pandangan melesat kearah Fura yang tidak bisa berkutik melihat bola raksasa tersebut semakin mendekat dan hendak meledak.

"Sara...."

Pandangannya mulai pudar.

Ledakan dahsyat pun terjadi, suara ledakan semakin dalam dan semakin dalam. Pandangan mulai gelap. Kematian pun datang.

Deg!

Tiba-tiba Fura terbangun disuatu tempat yang gelap dan malam dengan bintang-bintang diatasnya.

Ia terbangun disebuah bukit dengan satu pohon sebagai sandarannya. Melihat kearah bawah dengan pandangan daratan luas yang gelap, dengan rumput bergoyang terkena sepoi-sepoi angin. Sebuah tempat yang pernah dia duduki sebelumnya, di dunia nyata..

"Dimana aku....?" ucapnya terbesit sebuah pertanyaan yang spontan.

Dari kegelapan seseorang datang menemuinya membawa sebuah lentera.

"Hai, kamu sudah sadar ternyata...." sapa seorang perempuan berambut merah.

".... Selamat datang di dunia baru"

"Eh, sia...pa ka...kamu?" ucap Fura agak gagap.

"Sa-sara?"

"Sudah lama ya, rasanya seperti kemarin kita bertemu. Kamu tak perlu menyangkal dunia ini dengan dunia nyata, waktunya jelas berbeda, jadi aku bisa bertemu denganmu lebih cepat" ungkapnya.

"Aku sudah mati....?"

"Kamu tidak berubah ternyata, Oh ya, ngomong-ngomong kamu bisa kesini karena apa?" tanya Sara lalu duduk disamping Fura.

"Entahlah aku mulai merasa tidak mengingat hal itu, erghh sakit...." rintih Fura sambil memegangi lengannya.

"Sakit?" kejut Sara. "-Bagaimana kau bisa merasakan sakit?"

"Apa yang terjadi...." lirih Fura.

"Fura, apa yang terjadi padamu?" tanya Sara mulai khawatir.

Pandangan Fura kosong, tidak dapat melihat apapun. Sunyi, bahkan suara detak jantung tidak terdengar. Kesunyian yang memekikkan telinga.

Gelap....

...

Kedua matanya perlahan terbuka. Ia terbangun disebuah kawah raksasa berdiameter puluhan kilometer.

Matahari mulai terbit dari ufuk timur, menerangi seluruh bumi.

"Dimana aku...."

Tubuh Fura dalam keadaan mengenaskan, tangan kirinya putus dan wajah bagian kanannya hampir hancur.

Darah menggenang ditempat ia berbaring. Bergerak sedikit saja bisa membuatnya kehabisan banyak darah.

"Aku tidak bisa merasakan tubuhku...."

Sorot melesat ke atas langit melihatkan kota hancur tanpa bekas. Karena ledakan dari serangan raksasa itu.

"Semua sudah berakhir....?"

Ia menutupi mata kirinya dari silaunya matahari, dan terlihat cahaya ungu sayu menerangi kegelapan tangannya.

"Mata ini.... Aku tidak mungkin bisa melihat pagi hari disaat semua orang tewas. Apakah mata ini melindungiku....?"

Pandangannya perlahan memudar.

"Sepertinya aku kekurangan darah.... Sebentar lagi mungkin aku akan mati...."

"....Sepertinya dunia yang orang-orang impikan tidak akan pernah terjadi...."

"....Jika aku mampu memindahkan serangan itu, aku bisa mengalahkan Khril dan mengubah keadaan...."

"....Aku ingin membuat semuanya menjadi kenyataan, jika bisa...."

Tiba-tiba mata kirinya berdenyut kencang membuat hempasan angin kuat. Matahari yang ia lihat berubah menjadi bulan, malam tiba-tiba melanda dalam sekejap.

"Mata ini..." lirihnya sambil menghalangi penglihatan mata kirinya. Cahaya ungu dari matanya lebih terang dan semakin terang.

Tiba-tiba bulan itu retak memecah menjadi beberapa bagian dan mengeluarkan cahaya menyilaukan.

...

"Sepertinya ini akhir dari segalanya...." ucap Leo.

Fura embali ke tempat dimana orang-orang berada. Serta bola raksasa yang hendak menghantam mereka semua.

Mata kirinya bercahaya terang dan kembali berdenyut menghempaskan angin.

"Ini adalah akhir bagi kita semua... Hiks, padahal aku belum menikah" rengek Faza.

Kapal Terbang milik Khril menjauh ke atas hendak menghindari dampak dari serangan tengkorak itu.

Bola raksasa itu menghantam dan menembus permukaan tanah bahkan tubuh mereka.

Leo kebingungan melihat tubuhnya menembus seragan itu.

"Apa yang terjadi....?" batinnya.

"Ehhh, Apakah aku sudah mati?! Aku jadi roh?! Jadi mati sama sekali tidak sakit?! Horeeeeyyy..." girang Faza sambil melompat-lompat.

"Ini harusnya tidak begini...." batin Leo.

"Apa yang terjadi? Kenapa itu tidak meledak....?!" geram Khril yang melihat bola raksasa itu malah masuk kedalam tanah.

Semakin lama semakin bola itu lenyap dari pandangan mereka semua.

"Aku bisa merasakan semua orang yang berada disini, jadi begitu...." lirih Fura.

Leo melirik ke arah Fura yang mata Eyenousnya bercahaya terang.

"Jadi begitu.... Ternyata Fura lah yang menghentikan serangan itu tadi...." batin Leo dengan senyum simpul.

"Aku sudah tidak bisa menahannya...." lirih Fura sambil memegangi dadanya.

Para Monster Goblin berlarian menuju mereka bertiga dan hendak menyerang.

Sling!

Seluruh Monster Goblin itu tiba-tiba menghilang dari pandangan.

"Mereka menghilang....?" ucap Faza kebingungan.

"-Eh tunggu! Kenapa aku sendirian yang mati....!?" geram Faza sambil melempar batu ke tanah tapi malah kembali dan menghantam kepalanya.

"-Aku bisa merasakan sakit, gagal mokad ternyata...." sambungnya sambil terbaring lemas di permukaan tanah.

"Errggh!" gerutu Khril sambil menyentak tepian kapalnya.

Dum!

Tiba-tiba Ledakan dahsyat terjadi di laut yang berada jauh dari mereka. Angin berhembus kencang menghempas segalanya.

"Angin ini...." lirih Leo. "-Fura ternyata memindahkan serangan dari raksasa itu ke tempat lain...."

Kapal Terbang milik Khril terombang-ambing akibat hembusan angin kencang itu.

"Ya Tuhan.... Ini angin datang darimana...." kejut Faza.

"Sekarang apa?" batin Leo.

Groooaaaahhhh!

Tengkorak raksasa itu menggeram menyebabkan angin kencang melanda mereka semua.

"Aku tidak dapat memindahkannya makhluk ini...." lirih Fura.

Raksasa itu melesatkan pedang raksasanya ke arah mereka semua.

"Ini bahaya....!" tegas Leo sambil menebaskan pedang Undefined ke pedang milik raksasa itu.

Tring!

Pedang Leo mampu membelah pedang raksasa itu menjadi dua bagian.

Patahan pedang milik raksasa itu jaatuh ketanah dan membuat tanah tersebut bergetar.

"Huh.... Baiklah"

Faza menggunakan teknik teleportasi ala kaum Edne  kehadapan raksasa itu.

"Matilah kau tengkorak gosong....!" teriak Faza sambil mengerahkan pedang miliknya ke arah raksasa itu.

Skeleton hitam tersebut membuka mulutnya hendak memakan Faza.

"Oh tidak....!"

Fura berteleportasi ke belakang Faza dan memegangi kerah bajunya.

Sling!

Fura meneleportasikan Faza dengan cepat hingga membuat Faza menghantam tanah dengan begitu keras.

Tanah-tanah berhamburan kemana-mana.

Sling!

Fura  berteleportasi ke hadapan Leo dalam keadaan nafas yang tersenggal-senggal.

"Aduhhhh.... Pinggangku sakit sekali. Hei! Ini kau ingin menolongku atau mencoba membunuhku?!" gerutu Faza terhadap Fura.

Dum! Dum!

Raksasa tersebut berjalan menuju mereka semua dengan langkah yang membuat tanah bergetar.

Leo melempari raksasa itu bola-bola bom yang meledak ditubuhnya. Tapi serangan Leo sama sekali tidak berdampak apa-apa bagi raksasa itu.

Fura mengarahkan pandangan matanya ke arah mereka Leo dan Faza.

"Aku telah memberitahukannya kepada kalian, rencananya...." ungkap Fura.

"Begitu ya...." lirih Leo.

Sling!

Fura berteleportasi ke hadapan raksasa tersebut.

Ia mengeluarkan sebuah pedang listrik dari tangan kanannya. Lalu mengarahkannya ke arah raksasa tersebut.

Faza berteleportasi ke pundak kiri raksasa tersebut lalu mengeluarkan Aura yang membuat tubuh raksasa tengkorak itu terkikis.

Pandangan raksasa tersebut teralihkan ke arah Faza.

Dengan waktu yang bersamaan, Fura menancapkan pedang listriknya ke kepala raksasa itu.

Sling!

Dengan waktu yang bersamaan, Fura dan Faza berteleportasi menghindari serangan listrik yang tiba-tiba menghantam tubuh raksasa itu.

Sling!

Sebuah bom raksasa melesat ke arah raksasa tengkorak tersebut.

Dum!

Ledakan dahsyat pun terjadi membuat tubuh tengkorak raksasa tersebut hancur berkeping-keping, berhamburan jatuh ketanah.

Tubuh raksasa tersebut hancur dan mati akibat dari serangan Leo.

"Aku tidak percaya serangan Combo kita berhasil.... Apalagi biasanya Faza menolak untuk melakukan hal dramatis seperti itu. Tapi sekarang tidak, ternyata dia tau kapan serius kapan tidak" ucap Leo.

Deg!

Faza akhirnya tersadar dari lamunannya. Celingak-celinguk sambil memperhatikan keadaan.

"Eh dimana aku? Aduh kepalaku pusing.... Raksasa tengkorak gosong itu kemana....?" cerocos Faza dengan pertanyaan spontan yang keluar dari mulutnya.

"Lah...." bingung Leo.

"-Sepertinya kali ini Fura mengendalikan Faza...."

"Tunggu sebentar, kau daritadi bicara apasih?" selidik Faza.

"Lupakan...."

"Hm Hm Hm, Hahahaha!"

Tawa Khril dengan keras. Membuat pandangan Fura, Faza serta Leo teralihkan ke arahnya.

"Aku akan menunggumu...."

Pandangan menjadi gelap.

...

Mereka bertiga tiba-tiba berada tempat yang lumayan gelap. Awannya gelap, penuh ngarai disisi-sisinya.

Yap, mereka bertiga berada di Dimensi abu-abu, dimensi milik Khril.

"Eh, dimana ini....?!" ucap Faza bertanya-tanya dengan situasi yang ia alami.

"Tempat ini asing bagiku...." ungkap Leo sambil menaruh jarinya di dagu.

Fura beranjak pergi dari Faza dan Leo, pergi entah kemana.

"Hei, kau mau kemana?" tanya Faza yang kebingungan.

Fura tidak menyahuti pertanyaan Faza dan lebih memilih pergi dari sana.

"Astaga..." geram Faza sambil memasang ekspresi lemas.

"Dia terlalu memaksakan dirinya..." ucap Leo sambil bersandar di sebuah batu besar.

Fura berjalan perlahan dengan pikiran kosong, seakan berjalan tanpa harapan dan tujuan.

"... Bolehkan aku membantumu?... "

Terdengar suara perempuan didalam pikirannya. Ia malah teringat masa lalu disaat pertama kalinya ia bertemu dengan Sara.

[Flashback]

Terlihat Fura Kecil sedang ingin keluar dari sebuah reruntuhan Goa. Kakinya terjepit disela-sela reruntuhan.

"Sini aku bantu..." ucap Sara Kecil sambil mengulurkan tangannya kepada Fura Kecil.

Fura akhirnya berhasil keluar dari reruntuhan berkat bantuan Sara. Disanalah mereka berdua pertama kali bertemu. Mereka berdua saat itu masih berusia lima tahun.

"Terima kasih..."

"Itu kenapa kamu bisa terjepit disana? Apa yang kamu cari? Hm mencurigakan...." tanya Sara sambil menggoda Fura.

"Tidak, aku hanya ingin.... Ah lupakan, itu tidak penting bagimu...." jawab Fura memasang ekspresi cemberut.

"Tidak ingin memberitahu ya...."

"-ketemu!" sambung Sara sambil mengambil sebuah batu kristal kecil.

"Eh" kejut Fura.

"Perkenalkan aku Sara. Ngomong-ngomong siapa namamu?" tanya Sara sambil menjulurkan tangannya yang menggenggam batu kristal.

"Namaku? Namaku, Aufura...." jawabnya sambil mengambil batu kristal yang diberikan oleh Sara.

"Wah, salam kenal!"

Sara memerhatikan keadaan langit yang semakin gelap yang artinya hari menjelang malam.

"Oh ya, aku akan pulang, hari sore sepertinya mau usai. Kau ingin pulang bersamaku?" ajak Sara.

"Tidak, terima kasih"

"Huhm....? Kalau begitu baiklah, sampai berjumpa lagi!" ucap Sara sembari melambai-lambaikan tangannya lalu pergi.

"Sampai.... Berjumpa lagi"

...

[Time Skip 8 tahun]

Fura dan Sara sedang duduk dibawah pohon sambil menyalakan api unggun. Sara pun sedang memanggang Ikan yang ditusuk menggunakan sebatang kayu, sambil menunggu ikan itu matang.

"Sepertinya sudah matang... Hap..." ucap Sara sambil menggigit Daging Ikan tersebut.

"...Ahhhh, panas... Huffttt~"

Sara pun berteriak dengan mulut menganga menahan panas sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Hati-hati, Padahal itu baru matang, ya jelas panas...." saran Fura sambil menampakan mata mati.

"Aku tidak bisa menahannya, aku lapar... Hap..." ungkap Sara sambil melahap ikan tersebut dengan cepat.

"Perempuan ini sebenarnya manusia atau bukan sih...." lirih Fura sambil melihat ribuan bintang dan galaxi dilangit.

Dunia yang lama sama seperti apa yang dilihat, namun lebih sedikit suram dari apa yang dibayangkan. Namun sekarang, sebuah konflik beberapa tahun dari sekarang pun tidak terelak, perang dimana-mana, tangisan dimana-mana.

Entah kapan hal tersebut akan mereda.... Mungkin tidak. Konflik akan terjadi setiap beberapa era kedepan. Ya, membosankan.

...

Malam pun semakin larut, mereka berdua tertidur ditempat mereka beristirahat. Suara Angin sepoi-sepoi semakin terdengar sengau.

Keesokkan harinya...

Fura sedang mencoba sihir teleportasi bersama Sara. Ia sedang berusaha memindahkan benda yang ia ingin pindahkan. Tapi tidak sesuai ekspektasi, seluruh benda yang ia pindahkan tidak dapat berpindah di tempat yang ia inginkan.

"Arghhh... Gagal lagi" ucapnya sambil berbaring terlentang kelelahan, sambil menutupi kedua matanya dari silau terik matahari.

Sara menghampiri Fura dengan senyum iseng, lalu menyemburkan air yang keluar dari telapak tangannya ke wajah Fura.

"Eh apa?! Uhuk uhuk...." kejut Fura sambil terbatuk-batuk.

"Hahahaha"

Sara pun tertawa terbahak-bahak melihat Fura yang kebasahan.

"Hey! Air apa ini?!" tanya Fura dengan ekspresi cemberut.

"Tidak, cuman air kok...."

"Cuman air? Air apa? Perasaan kamu daritadi tidak membawa botol air?"

"Ya Air, air Anoo...."

"Rasanya sedikit asin di mulutku, apa jangan-jangan...."

"Bodoh!"

Sara pun memukul kepala Fura dengan keras.

"Aduh aduh, tadi kamu kira aku bicara apasih...." ucap Fura sambil memegangi kepalanya.

"Kamu memikirkan hal aneh-aneh kan?" selidiki Sara sambil menyipitkan kedua matanya.

"Tidak... Tidak! Aku tidak memikirkan apapun" jawab Fura sambil mengebas-ngebaskan tangannya.

"Benar?"

"Kamu pikir aku tadi bilang apa...." lirih Fura.

"-sebentar...."

"Hm apa?"

"Apakah kamu bisa menggunakan elemen air?" tanya Fura.

"Iya, memangnya kenapa? Masalah aku menyemburkan air padamu tadi?" sahut Sara sembari melontarkan pertanyaan balik.

"Iyap"

"Baiklah, aku meminta maaf padamu" ucap Sara sambil menyentuh-nyentuh kedua jari telunjuknya.

"Baiklah...." jawab Fura.

"-sebenarnya jarang sekali, seorang gadis minta maaf" batinnya.

"Sebentar.... Apakah kamu merupakan kaum Aqua?" tanya Fura.

"Tidak...." singkat Sara.

"Hah? Tidak?"

"Apa ada masalah?"

"Bukankah harusnya cuman kaum Aqua yang bisa menggunakan elemen air?" heran Fura.

"Aku juga tidak tahu, sebenarnya tidak tahu. Ya kalaupun aku tahu, ya keberitahu. Jika aku tidak tahu ya, begitulah...." cerocos Sara.

"Sebenarnya kamu ini bilang apasih...." ucap Fura dengan ekspresi datar.

Beberapa menit kemudian....

"Berhasil! Yessss!" hura Fura sambil mengangkat kedua tangannya.

"Selamat..." ucap Sara sambil memeluk Fura.

"E-eh... Kenapa kau memelukku?" kejut Fura merasa sedikit tidak nyaman dengan pelukan Sara.

"Kenapa? Aku tidak melakukan hal lain kok...." desah Sara dengan ekspresi lemas.

"Berhentilah berbicara seperti itu.... Kumohon...." batin Fura yang telinganya terkena kutukan blushing.

...

Yap, author juga ingin pergi dari masa lalu ini. Kembali ke tempat semula...

Bersambung....