webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Zekiel

Sera memiliki beberapa ide di benaknya setelah melihat betapa terpuruknya Asheel saat ini.

Dia sebenarnya tidak merasakan apa-apa saat mengetahui keberadaan tiruan dirinya dan Ibunya di dunia ini. Dia tidak memiliki kesan yang terlalu dalam pada mereka.

Apakah dia merasa terancam karena keberadaan mereka berdua? Tidak.

Malahan, dia merasa tertantang.

Dia tidak takut Asheel akan berpindah sisi ke sosok idealnya sendiri. Itu karena dia tahu betapa Asheel mencintainya.

Sera tahu jika Zora merupakan sosok idealnya di pemikiran Asheel. Dia ingin melihat betapa bagus sosoknya yang lain, karena itu dia penasaran.

Sebelumnya dia sedikit terkejut ketika melihat Zora secara langsung. Wanita itu adalah orang yang baik hati dan memiliki moral tinggi, tidak seperti kakaknya, Flora, yang cukup licik.

Setelah melihatnya langsung, Sera menyadari jika sosok ideal dirinya adalah saat dia menunjukan segala kebaikan pada Asheel. Seperti sosok Zora yang rela melakukan apapun demi kakak perempuannya.

Apakah Asheel juga menginginkan Sera untuk bersikap seperti itu? Kemungkinan besar, ya.

Jujur saja dia malu untuk bersikap seperti gadis yang baru saja jatuh cinta di depan Asheel. Lagipula, dia dan Asheel telah bersama selama bertahun-tahun.

Apalagi untuk bersikap layaknya seperti seorang Istri. Membayangkannya saja dia tidak ingin. Dia sudah terlalu malu untuk berubah secara tiba-tiba di depannya.

Pemikiran ini tidak akan kemana-mana. Sekarang, melihatnya yang sedang terpuruk karena perlakuan Asheel sendiri terhadap tiruannya, membuat dia cukup bersemangat.

Bukan berarti dia senang saat melihat Asheel begitu murung, tapi karena dia bisa membandingkan dirinya dengan itu.

Kali ini, dia akan ikut campur pada masalah yang akan datang. Dia menjadi gembira hanya karena memikirkan hal itu.

"Asheel, kau tidak apa-apa?" dia bertanya sambil mencoba untuk tersenyum karena dia juga khawatir pada keadaannya saat ini.

"Ahh, Sera..." Asheel masih menunduk di bawah pohon dengan daun yang rimbun itu. "Aku sangat menyedihkan saat ini, aku seperti sedang mengkhianati perasaanmu padaku..."

Sera berjongkok untuk bisa lebih dekat dengan Asheel, dia mengulurkan tangannya dan membelai wajahnya. "Tidak apa-apa, Asheel. Jika itu kamu, aku masih akan memaafkan semua kesalahanmu."

"Terima kasih..."

Asheel yang menjadi lebih tenang dengan bentuk penghiburan Sera lalu bangkit dan berdiri.

Merlin dan Ophis tidak mengatakan apa-apa karena mereka berdua merasa tidak berada pada tempatnya jika mereka ikut campur dalam masalahnya.

"Kalau begitu, haruskah kita ganti kostum? Akan aneh untuk mengenakan gaun jika kita akan berinteraksi diantara masyarakat Celestial." Sera berdiri dan menyarankan.

"Ayo lakukan itu," Merlin mengangguk.

Tiba-tiba, pakaian yang dikenakan Merlin saat ini meleleh menjadi cairan sebelum menutupi seluruh tubuhnya dan membentuk pakaian baru. Merlin mengenakan pakaian yang biasa dikenakan oleh para anak-anak Celestial, hanya saja yang ini lebih berkualitas dan mewah.

Sera mengubah pakaiannya persis dengan apa yang di kenakan Zora. Sekarang dia mengenakan armor wanita seperti seorsng valkryie karena terdapat bulu-bulu di helmnya, membawa perisai bundar yang terpasang di tangannya, dan pedang menggantung di pinggangnya.

Ophis tidak mengubah kostumnya, masih mengenakan pakaian gothic lolita.

Sementara Asheel, dia masih telanjang di tubuh bagian atasnya, dengan kalung emas di lehernya, gelang emas di lengannya, anting emas, dan celana kain selutut.

"Kau terlihat seperti pejuang sungguhan," Sera berkata sambil mengambil foto Asheel.

Asheel hanya membiarkan dirinya di foto. Walaupun tubuhnya saat ini bocah, bagaimanapun dia sudah terbiasa karena dia sudah menggunakan sosok ini selama beberapa tahun terakhir.

"Pegang ini," Merlin berkata dan menyerahkan sebuah tombak di tangannya. "Lebih cocok."

Dia lalu mengacungkan jempol.

Asheel hanya cemberut dan mengambilnya, lalu menyerahkannya ke Ophis. "Aku lebih memilih belati."

Dan begitulah, dia akhirnya memegang belati di pinggangnya.

Mereka berjalan menuju kerumunan lebih jauh. Suasana lebih seperti persembahan dari pada menyambut seorang utusan. Banyak orang ke sana kemari untuk membawa makanan dan perlengkapan.

"Apakah seorang Dewa lewat atau semacamnya? Bahkan bukan seorang raja atau makhluk kuat, tapi sudah sangat heboh." Asheel menggerutu saat berjalan dengan kedua tangannya disilangkan di belakang kepalanya.

"Sepertinya utusan ini sangat brengsek," kata Sera tanpa ampun.

"Kalian terlalu merendahkannya.." Merlin menenangkan mereka.

"Tapi pertunangan, ya? Apakah genre di dunia ini telah dijajah oleh wuxia, xianxia, atau semacamnya? Kupikir utusan itu sangat sombong dan mengklaim wanita orang seenaknya."

"Tidak mungkin begitu, kan? Lagipula dia adalah seorang utusan." Merlin menatap Asheel tanpa ekspresi.

"Apasih utusan itu? Apakah mereka membawa perlindungan atau apapun itu? Ataukah mereka meminta upeti? Posisi yang sangat tidak berguna." Asheel mengoceh lagi.

"Kudengar seorang utusan membawa keputusan dan informasi dari Klan Dewi," Merlin memberitahukannya dengan sabar, mengabaikan betapa menjengkelkannya Asheel saat ini.

"Cukup dengan Oshiro-sama di tempat ini, bahkan Raja Iblis tidak berani macam-macam dengannya."

"Oshiro-sama hanya diketahui oleh para Celestial, Asheel. Mereka hanya memujanya karena telah memberikan tempat dan perlindungan bagi mereka."

"Bodoh sekali..."

"Kita sudah sampai!" Sera tiba-tiba berkata.

Saat Sera datang, kerumunan segera membuka jalan untuknya. Untuk reaksi ini, Asheel sebenarnya lupa jika Sera memiliki penampilan yang persis sama dengan Zora.

"Masalah telah datang..." Asheel bergumam dengan kesal.

Bukannya dia membenci masalah, tapi dia ingin melihat bagaimana Zora akan melawan tunangannya yang bajingan. Jika Sera datang lebih awal, kesalahpahaman pasti akan terjadi.

Benar saja...

"Hei, Zora. Akhirnya kau telah datang. Betapa cantik dirimu, aku mendambakan sosokmu saat ini. Kau sekarang adalah tunanganku, bagaimana jika kita bersama-sama tinggal di Alam Surgawi, tempat tinggal Dewa Tertinggi.?"

Seorang pria berambut pirang yang duduk di kursi mewah itu berdiri setelah melihat Sera. Dia sebenarnya sedikit terpana dengan kecantikannya.

Asheel memiliki alis berkedut dengan bagaimana bajingan ini memanggil pacarnya. Dia sebenarnya sangat kesal dan marah hingga dia ingin mencabik-cabik bajingan inu sampai berkeping-keping.

Aura yang tidak mengenakkan akan keluar dari tubuhnya sebelum Sera menepuk bahunya dan membuatnya tenang seketika.

Zekiel yang melihat 'Zora' diam saja lalu memperhatikan jika sosok tunangannya telah datang dengan beberapa orang di sisinya, dia lalu memandang rendah mereka. "Oh, apakah itu semua pengikutmu. Sangat menyedihkan. Sebaiknya kau segera ikut denganku, bocah-bocah itu sama sekali tidak bisa melindungimu. Dengan aku disini yang telah menerima berkat dari Ludociel-sama secara langsung, aku pasti akan melindungimu dari apapun di luar sana."

Nadanya yang sombong dan meremehkan membuat kekesalan Asheel sekali lagi naik, tapi dengan tangan Sera yang masuh menyentuh bahunya, auranya ditekan secara langsung.

Asheel lalu mendongak dan menatap Sera dengan tatapan bingung, bertanya-tanya apa yang wanita ini rencanakan. Sepertinya Sera tidak bingung dengan peristiwa ini, malahan itu seperti telah di prediksi oleh Sera jika hal ini akan terjadi.

'Dia sengaja melakukannya....' Asheel sampai pada kesimpulan itu.

Tapi tetap saja, melihat orang lain apalagi seorang bajingan rendahan melihat Sera dengan tatapan kotor seperti itu membuatnya ingin membunuhnya berulang kali.

Yang boleh menjadi bajingan untuk Sera adalah dirinya seorang. Dia akan menginjak-injak mereka sampai putus asa kepada pria manapun yang mendambakan sosok Sera.

Pemikiran gila muncul di benaknya, pada akhirnya emosinya masih tidak terlalu stabil dan terpengaruh oleh situasi di sekitarnya.

'Aku tidak akan pernah menganggap orang ini sebagai ciptaanku...' Asheel menandai bajingan ini di benaknya. 'Tidak, kecuali Chaos, aku tidak akan pernah mengakui seluruh makhluk di dunia ini sebagai ciptaanku.'

Saat Asheel berpikir sendiri dalam benaknya, Sera meliriknya seolah-olah mengatakan, 'Serahkan saja padaku!'

Sera kemudian melangkah ke depan hingga jaraknya cukup dekat dengan Zekiel. Dia lalu menarik pedangnya dan mengarahkannya tepat di depan wajah Zekiel.

"Zekiel, selama ini aku menganggapmu seorang bajingan. Kau seharusnya tahu apa arti tindakanku saat ini, kan? Ya, aku mengajakmu untuk berduel untuk menentukan kelayakanmu menjadi tunanganku. Jika aku menang, pertunangan ini dibatalkan. Aku tidak mau menjadi wanita dari seorang pria kurus kering sepertimu."

Saya sedang tidak mood menulis karena saya harus menulis bab ini dua kali setelah yang pertama hilang. Jujur, bab ini sama sekali tidak memuaskan, beserta sebelum-sebelumnya.

Nobbucreators' thoughts