webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Sisi lain Galla

Butuh waktu beberapa jam bagi Sera untuk menambal bumi hingga menciptakan pegunungan. Jujur saja, menciptakan hal-hal yang berhubungan dengan alam dan lingkungan bukanlah keahliannya.

"Jika saja ada Mare-chan disini, pekerjaan akan lebih mudah. Awwhh~!" Dia menguap sambil mengulet dan berjalan ke tangga menuju kuil.

Berhubung dia menciptakan sesuatu yang alami seperti pegunungan, dia menjadi teringat akan bocah trap itu, yaitu Mare.

"Mare, yah..! Dia tidak banyak berubah bahkan setelah ratusan tahun."

Berjalan menaiki tangga dengan malas, dia malah memikirkan hal-hal yang tidak berguna. Dia sangat ingin tidur saat ini karena ini adalah kerja keras pertamanya setelah bertahun-tahun.

Selama ini, dia hanya bertindak sebagai pendukung Asheel dan tidak aktif dalam mengikuti kegiatannya dan hanya mengurung dirinya sendiri di ruangannya. Mungkin paling banyak dia bergerak sebelumnya adalah saat festival musim panas di Kyoto; memasang penghalang saat pertarungan saudara Asheel, Ophis, dan Yukane; lalu saat dia berada di Alam Dewa baru-baru ini.

Dia hanya menghela napas memikirkan semua itu dan sadar jika hanya dialah yang paling tidak aktif.

Saat memikirkan semua itu, dia tidak sadar jika dia telah melewati gerbang Tori kedua.

Dia melihat Merlin dan Ophis duduk di teras kuil sambil bermain di sana. Dengan Merlin yang terus berbicara dengan semangat sambil memeluk bola bulu tertentu, dan Ophis yang mengangguk dari waktu ke waktu.

"Oh, Sera-nee!" Merlin melambai-lambaikan tangannya saat melihat Sera datang ke arahnya. "Kamu sangat hebat bisa menciptakan sebuah pegunungan dalam sekejap!"

Dia berseru dengan gembira. Karena telah mengatakan itu, dia pasti melihat seluruh proses saat Sera menciptakan pegunungan.

Saat itu, di matanya, Sera seperti seorang Nabi yang memandu alam dengan tangannya sendiri. Dengan setiap gerakan tangannya, sebuah gunung akan tercipta, setiap dia melambai, jalur sungai akan muncul secara alami, lalu hutan tumbuh yang pertumbuhannya bisa dilihat dengan mata telanjang.

Dan seterusnya.

Itu semua adalah hal-hal yang sangat hebat baginya. Terutama saat Sera menambal lubang besar yang mengelilingi gunung ini.

Dia tidak pernah berpikir jika lubang sebesar itu bisa dipulihkan dalam sekejap.

Karena itu, dia mulai mengidolakan Sera saat dia menatapnya dengan mata berbinar.

"Oh, Merlin-chan. Kamu bersemangat seperti biasa," kata Sera sambil tersenyum.

"Ya! Asheel telah menunjukkan banyak hal menarik padaku hari ini!" Merlin berkata dengan penuh semangat.

Hari ini juga merupakan salah satu hari paling bahagia dalam hidupnya. Pertama adalah saat dia bertemu Asheel, lalu selanjutnya adalah hari ini.

Asheel telah menunjukkan banyak hal kali ini, seperti kekuatan Empat Binatang Ilahi dan gabungannya, monster legendaris Indura, penciptaan prajurit bayangan, Naga Emas, ledakan pilar cahaya yang mampu melenyapkan seluruh pegunungan ini secara instan, hingga pemulihan alam kembali oleh Sera.

Dia bahkan mendapat pokémon yang kuat.

"Syukurlah kamu baik-baik saja, Merlin-chan." Sera berjongkok dan menepuk kepalanya yang membuat Merlin tersenyum.

Dia sebelumnya khawatir jika serangan dahsyat sebelumnya akan memengaruhinya yang masih anak-anak karena serangan itu sangat menakutkan, tapi sepertinya baik-baik saja karena dia bisa melihat Merlin yang masih terus tersenyum.

Alih-alih merasa takut, Merlin malah bersemangat karena dapat menyaksikan sihir yang begitu hebat. Sepertinya keingintahuannya telah mendominasi ketakutan di dalam dirinya.

Sambil menikmati karena kepalanya yang sedang dibelai, Merlin menjawab, "Selama ada Asheel di dekatku, aku tahu jika semuanya akan baik-baik saja."

Sera hanya tersenyun, "Kamu sangat mempercayainya."

"Hehe." Merlin tertawa kecil.

"Oh, apa makhluk kecil itu?" tanya Sera dengan penasaran saat melihat bola bulu di pelukan Merlin.

"Oh, Asheel menyebutkannya pokémon!" jawab Merlin dengan gembira.

"Pokémon?" Sera mengangkat alis.

"Ya! Lucu, kan? Tapi sebenarnya dia adalah salah satu penyusup yang telah dikutuk oleh Ophis-chan!" Merlin sangat bersemangat saat menceritakan barang barunya.

"Hoo, benarkah?"

Sera melihat ke Ophis, dan yang terakhir hanya mengangguk.

Dia lalu mengambil makhluk berbulu itu dari pelukan Merlin dan menariknya dengan satu tangan.

"Oww, oww, oww! Kau menyubitku terlalu keras, ehh...?"

Galla yang sedang tidur nyaman di pelukan Merlin tiba-tiba terbangun saat merasakan bulu-bulunya terjepit, tapi pandangan pertamanya setelah membuka mata adalah seorang wanita cantik dengan rambut putih salju dan mata merah.

"Hah, Klan Dewi? Ataukah Vampir?" Dia bingung sejenak sebelum sadar dan menyentak, "Tidak, tidak! Lepaskan aku, dasar jalang!"

"Ha?!"

Ekspresi Sera secara tiba-tiba berubah menjadi gelap saat mendengar bagaimana bola bulu itu menyebutnya. Atmosfer yang sebelumnya panas tiba-tiba menjadi sangat dingin hingga menyaingi dinginnya musim dingin.

"Hiikkk!" Galla takut saat merasakan tatapan tidak mengenakkan Sera yang tertuju padanya.

"Huh, aku sudah sangat lelah, tapi binatang tak sopan ini berhasil membuatku kesal." Sera bergumam dengan nada yang berat. Pandangannya lalu jatuh ke Merlin, "Pinjamkan peliharaanmu sebentar, ya?"

"Um," Merlin mengangguk dengan terburu-buru sambil berkeringat dan tidak tahu jika sosok Nee-nee nya sangat menakutkan saat marah.

Sera yang mendapat persetujuan lalu meremas bola bulu itu dengan tangannya yang sudah dingin, hingga lapisan es menutupi permukaan bulunya.

'Sial, sial, mulutku memang membawa malapetaka!' Galla mengutuk dirinya sendiri sambil menahan hawa dingin itu. Sebelumnya dia hanya merespon secara tidak sadar dan keluar umpatan kotornya, tapi sekarang dia dianiaya lagi oleh seseorang.

Hari ini adalah hari terburuknya.

Saat memikirkan bagaimana dia bisa bertahan dalam situasi saat ini, dia tiba-tiba merasa pantatnya menjadi penuh dan terasa dingin.

"Owww, apa yang kau lakukan...?!"

Galla menoleh ke belakang dengan gugup dan menjadi terbelalak saat melihat ada sesuatu yang menancap di pantatnya. Itu adalah jarum es kecil yang mencuat.

Menggeser pandangannya sedikit, dia bisa melihat senyum ramah Sera yang sangat menakutkan setidaknya di matanya.

"Perbesar~!"

Suara Sera seperti Iblis saat dia tiba-tiba merasa pantatnya mati rasa karena dingin dan tiba-tiba terasa penuh lebih dari sebelumnya.

"Ahhhhh~~!!!"

Desahannya yang keluar dari suara lucunya yang terdengar di seluruh kuil saat itu. Jarum es yang sebelumnya terlihat seperti lidi telah membengkak hingga seukuran tongkat, dan itu adalah sumber kenikmatan desahan sebelumnya.

"Hik, hik. Sangat jahat...!" Galla menangis tersedu-sedu sambil menggosok pantatnya dengan ekor cambuknya.

"Itu adalah pelecehan!" dia menuntut.

"Apa? Aku hanya melecehkan seekor hewan," jawab Sera dengan meremehkan.

"Aku adalah Iblis yang agung!" Galla berteriak.

"Iblis masokis?" Sera mengangkat alisnya.

"Masokis? Jangan salah, aku adalah sadist!" Galla tidak terima saat dirinya disebut masokis. Lagipula, dirinyalah yang selalu memegang cambuk dan orang yang selalu menghina yang lain dengan mendominasi mereka.

"Oh, kau bangga sampai memproklamirkan diri. Kalau begitu, aku akan membuatmu menjadi masokis!"

Sera lalu meremas makhluk berbulu itu sampai membentuk bulat seperti bola.

"Ophis-chan, mau bermain?" dia bertanya sambil menjatuhkan bola bulu itu ke tanah dan menginjaknya.

Ophis yang bingung memiringkan kepalanya sejenak sebelum mengangguk dengan linglung.

"Hehe, ini dia!"

Sera langsung menendang bola bulu itu ke Ophis dengan yang terakhir juga membalasnya dengan tendangan.

Dan setelah itu, Galla diperlakukan sebagai bola sepak yang bisa ditendang siapa saja.

Pertandingan antara Ophis dan Sera sama sekali tidak bisa dilihat karena hanya lintasan cahaya yang bisa ditangkap oleh Merlin.

"Oh, luar biasa kalian berdua!" Dia memandang Sera dan Ophis dengan mata berbinar dan benar-benar melupakan peliharaan barunya.

Itu berlangsung sampai beberapa menit kemudian.

"Kepalaku berputar-putar, owww...!" Galla memiliki mata spiral di wajah bulunya saat dia bahkan tidak bisa bangkit dengan benar. "Kau bohong, tidak ada kenikmatan yang kurasakan.."

Mendengat gumaman linglung itu, Sera menatapnya dengan aneh. "Aku tidak menyangka kau akan menjadi masokis sangat cepat."

"Apa itu masokis?" Ophis memiringkan kepalanya.

"Lihat, dia terlihat terangsang saat disakiti."

"Oh," Ophis mengangguk, walaupun masih sedikit bingung.

Setelah itu, Sera menggaruk kepalanya dan tertawa, "Yah, aku tidak menyangka teknik yang digunakan untuk menjinakkan naga masokis akan berhasil padanya. Kahahaha!"

"Mana ada teknik seperti itu?! Itu sangat kejam, huhu.." Galla menangis, benar-benar melupakan harga dirinya dan menerima sepenuhnya kondisinya sebagai peliharaan saat ini.

Sementara itu, Merlin dengan penuh penasaran bertanya, "Bagaimana cara melakukan teknik itu?"

"Kau harus an*l dia dengan benda keras."

Merlin linglung dan tidak mengerti apa yang Sera bicarakan, pada akhirnya dia hanya menggelengkan kepalanya.

"Hawhh, aku ngantuk. Kalau begitu, selamat bersenang senang, Merlin-chan, Ophis-chan."

Setelah itu, Sera pergi begitu saja.

Setelah melalui jalan yang berkelok-kelok, dia akhirnya sampai di ruangannya dan melihat Asheel yang sedang tidur di futon.

Wajahnya terlihat imut saat tidur, membuat Sera tersenyum setelah melihatnya. Dia mendekatinya dan membelai wajah Asheel dengan lembut sebelum mencium pipinya.

Pada akhirnya, dia tidur siang di sampingnya.

Saya merasa berlebihan saat menulis ch ini.

Thx

Nobbucreators' thoughts