webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Reuni yang sebenarnya 2

"Bukankah sudah saatnya kita membahas bisnis yang serius?" Asheel tiba-tiba berbicara, membuat Tujuh Dosa Mematikan dan yang lain bingung dengan apakah dia juga mengajak mereka juga.

"Saat aku berjalan ke tempat ini, orang dibalik dinding itu mengadakan perayaan besar-besaran. Itu sungguh konyol bukan? Apakah mereka merayakan akhir hidup mereka?" Asheel tersenyum sinis.

Semua orang bingung, tapi saat ini Merlin meneteskan banyak keringat. 'Jangan bilang...!'

Di masa lalu, dia pernah mengatakan kepada Yang Mulia jika Liones atau bahkan Britannia itu sendiri tidak perlu menganggap serius bencana yang akan datang, tapi dari perkataan Asheel barusan...

"A-Asheel, aku mau ke kamar mandi.. bisa kau lepaskan aku?" Merlin meminta ijin, tapi sebenarnya dia hanya ingin kabur sejauh mungkin. Entah bagaimana, dia tidak bisa mengakses kekuatan apapun saat Asheel menyentuhnya.

Asheel masih memeluk Merlin dari belakang, jadi itu masih dalam posisi sebelumnya.

"Apakah kau terangsang?"

Asheel memberikan respon yang tak terduga, tapi Merlin tidak mempedulikannya. "Ya, aku terangsang!"

"...." Semua orang tidak bisa berkata-kata dan hanya bisa terkejut.

"Kau benar-benar gadis nakal, bahkan belum kusentuh, tapi sudah basah~" Setelah mengatakan itu, Asheel menggigit daun terlinganya.

"Ngghh... mmnnnn... Asheel, ini serius...!" Merlin mencoba menahan erangan, tapi telinganya begitu sensitif, membuat suara aneh keluar dari mulutnya yang rapat. Tidak tahan lagi, dia akhirnya mencibit pinggang Asheel, memutarnya dengan keras.

"Ow..!"

Asheel akhirnya melepaskannya, tapi kemudian dia menjentikkan jarinya. Sebuah bidang berbatas meluas, mengelilingi Bar ini dengan warna redup. Yang lain tidak merasakannya, hanya mereka yang cukup kuat yang bisa mengetahuinya.

"Kau...!" Merlin menggertakkan giginya.

Asheel sebenarnya mengunci ruang disekitarnya, bukankah ini terlalu kejam untuk dia yang akan kabur?!

"Kau sudah mengetahui niatku..!" Merlin melototinya.

"Eh, apa yang kau katakan?" Asheel pura-pura bodoh.

Baru saja Asheel mempermalukannya dengan memberi kesan pada orang lain jika dia wanita yang mudah terangsang, dan sekarang pria itu tidak membiarkannya pergi.

Setelah bertengkar dengannya beberapa saat, Merlin menghela napas. Dia langsung mengganti topik, "Omong-omong, kau membicarakan cinta denganku sebelumnya. Apa kau bahkan memahaminya?"

Merlin tahu jika Asheel tampak seperti orang yang berbeda karena dia sudah kehilangan semua emosinya. Sebagai Chaos, Asheel bisa meniru orang lain dengan sempurna hanya dengan melihat mereka, karena itu dia bisa begitu ekspresif selama ini.

(Pada dasarnya, Chaos adalah makhluk peniru terhebat. Mereka bisa menjadi apa saja selama menerima energi tertentu dari spesies lain. Misalnya, jika Chaos menerima energi dari Elf, maka Chaos bisa menjelma menjadi Elf. Menirukan ekspresi dan nada bicara orang lain adalah sepotong kue bagi mereka. Tapi itu hanya berlaku untuk Chaos yang memiliki kecerdasan)

Meski ekspresif dan sempat bertindak nakal, Merlin ragu apakah Asheel bahkan memahami apa yang berhubungan dengan emosi manusia ketika mereka membicarakannya sebelumnya.

"Aku tidak tahu." Asheel mengatakannya dengan wajah penuh kerinduan, seperti mengharapkan apa yang tidak bisa dia dapatkan.

Merlin bahkan sedikit terpengaruh ketika dia melkhat ekspresinya, tapi dia tahu jika itu sebenarnya adalah palsu.

Saat ini, Asheel adalah aktor yang sangat menakutkan.

Bahkan jika Asheel menunjukkan wajah penuh kesedihan yang tampak sangat alami, dia sebenarnya tidak merasakan sedikitpun emosi saat melakukannya.

Asheel bisa menjadi penipu terhebat jika dia memanfaatkan kemampuan unik itu.

Merlin menjadi khawatir dengan kondisi Asheel saat ini.

"Yah, tidak apa-apa. Seiring waktu, semuanya akan kembali normal." Asheel mengangkat bahu sambil memberi isyarat agar tidak perlu mengkhawatirkannya.

"Anu... apa masalahnya?" Elizabeth tiba-tiba menyela mereka.

"Pria brengsek ini, hatinya telah mati..." Merlin menjawabnya.

"Ada apa dengan hati? Aku bahkan sudah membuang jantungku sebelumnya." Asheel mengatakannya dengan nada bercanda.

Tapi karena itu kenyataan, yang lain tidak tahu harus bagaimana ketika bereaksi.

Meliodas akhirnya menengahi, "Sepertinya kau ingin membicarakan hal serius dengan kami."

Asheel menutup mata sejenak, "Seharusnya aku bangun besok pagi, tapi siapa yang menyangka seseorang akan menghancurkan tempat peristirahatanku begitu saja." Ekspresi Asheel seperti sangat menyayangkannya. "Dan setidaknya seseorang disini harus tahu apa yang akan terjadi saat aku bangkit."

"Apa kau ingin membuat dunia menjadi panggung hiburan untukmu lagi?" Meliodas bertanya dengan tenang, tapi perkataannya seperti sedang mengejeknya.

Asheel mengelus dagunya, lalu menyeringai. "Yah, yang terakhir cukup seru, tapi kurang memuaskan. Sebenarnya, berapa banyak yang telah mati? Kurasa akan lebih menyenangkan jika aku menghancurkan keramaian itu di bawah."

Setelah mendengar kalimat terakhir, semua orang mengerutkan kening dan menjadi waspada. Benar saja, meski pria didepannya sedang dalam mode damai, tapi dia tetaplah jahat.

Mereka tidak tahu apakah Asheel sedang bercanda atau tidak, tapi Meliodas dan Elizabeth tahu jika pria yang duduk didepannya merupakan sumber kejahatan yang pernah timbul di dunia ini, karena itu keduanya bereaksi lebih serius terhadap kata-katanya.

Tapi perkataan salah satu kawan mereka begitu mengejutkan:

"Aku bisa menjamin menghancurkan Liones bahkan tidak akan membuat mood-mu naik." Merlin berkata dengan acuh tak acuh. Tapi itu hanya membuat pandangan teman-temannya pada Merlin berubah dengan cahaya yang sama sekali berbeda.

Karena kedoknya telah terbongkar, Merlin tidak mempedulikannya lagi saat dia dengan bebas berbicara kotor atau bahkan mengucapkan hal-hal kejam sekalipun.

"Kau tidak boleh mengatakan itu, Merlin!" Elizabeth menegurnya dengan tidak senang.

"Nona itu benar, apakah kamu sedang dalam fase memberontak?" Asheel memanfaatkannya untuk memberinya ejekan.

"Hmph, siapa ya orang yang bersenang-senang menghancurkan dunia dan menikmati ekspresi keputusasaan orang lain~" Merlin membalasnya.

Sejujurnya, balasan itu benar-benar memberinya suatu fakta yang ekstrem. Bahwa Asheel pernah mencoba menghancurkan dunia dan membuat orang lain putus asa hanya untuk memenuhi kesenangannya.

Tapi bagi Asheel sendiri, itu hanya hal kecil. Membunuh orang sudah menjadi makan dan minum baginya, membunuh ribuan orang lagi bahkan tidak akan menambah sepersenpun presentase dosanya.

Lagipula, dia adalah Penguasa Kekacauan. Membunuh orang saat mabuk atau saat sedang tidak mood, menampar orang sampai mati hanya karena tidak menyukainya, bertindak seperti seorang Tuan Muda generasi kedua, dia pernah mencoba melakukan semuanya.

Bagaimana dia bisa dianggap sebagai simbol kejahatan saat dia tidak berbuat jahat? Tentu saja Asheel menikmati kejahatan yang dia lakukan.

Banyak orang bertindak sebagai protagonis untuk menghentikannya, tapi mereka mati ditangannya.

Yah, itu semua hanya masa lalu. Sebelumnya, dia menyangkal jika dia pernah melakukan itu semua, tapi dalam kondisinya saat ini, dia tidak peduli lagi.

Tentu saja Asheel tidak akan pernah menceritakan kemunafikannya. Itu hanya akan tenggelam dalam ingatannya, dan mungkin dia tidak akan pernah mengingatnya lagi.

Dalam waktu setengah hari ke depan, ada masalah muncul mendobrak pintunya. Tentu saja dia akan menyelesaikan masalah didepannya terlebih dahulu.

"Apakah ada masalah dengan Liones yang mengadakan perayaan?" Elizabeth mengesampingkan perkataan yang tidak enak didengar dari Merlin sebelumnya dan sebagai gantinya dia bertanya dengan cemas.

"Kebangkitan Asheel adalah kebangkitan sang Raja. Kehancuran dunia yang pernah terlihat di visi Yang Mulia belasan tahun yang lalu akan terjadi besok, tepatnya saat fajar."

Sementara semua orang terkejut dengan pernyataannya, Meliodas hanya bisa menatap Merlin dengan muram. Topik ini pernah dibahas ketika mereka berada di Altar Druid, tapi sekarang benar-benar menjadi masalah serius.

Lalu Ban yang lebih jeli menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran, "Apa maksudmu kebangkitan sang Raja?"

Saat Merlin akan menjawab, Asheel sudah menyelanya: "Aku akan menggunakan kesempatan ini untuk Raja dunia tampil. Bagaimana dengan orangnya, Merlin?"

"Dia berada dalam kondisi yang tidak diketahui."

Merlin kemudian melambaikan tangannya, dan kemudian celah ruang terbentuk lalu Arthur yang tertancap pedang keluar dari baliknya.

Melihat kondisinya, Asheel mencemooh: "Konyol sekali, Excalibur adalah senjata sang Raja, bagaimana bisa melawan balik penggunanya?"

Tidak ada yang menjawab saat dia melanjutkan, "Tapi harus kuakui jika Raja ideal ini ... mengecewakan!"