webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Reuni yang sebenarnya 1

Clap! Clap! Clap!

Dalam ruang dan waktu yang membeku ini, Merlin tidak bisa menggerakkan tubuhnya saat Asheel mengambil gambarnya dari segala arah.

Tubuh Merlin bergerak sendiri mengambil banyak pose untuk Asheel memfotonya.

"Tolong jangan melotot padaku, fotomu jadi jelek." Asheel membuka mulutnya sambil mengarahkan kamera pada Merlin.

"Dasar brengsek, aku akan memerasmu setelah ini selesai....!" Merlin mengumpat.

Asheel menghentikan waktu dimensi ini karena dia ingin mengambil foto Merlin. Dia tidak ingin orang lain menatapnya terlalu lama saat Merlin berpose, jadi dengan menghentikan waktu dunia, membuat semua ini akan berakhir dalam sekejap.

Merlin sendiri dalam keadaan ini hanya bisa menggerakkan mulut dan matanya, tubuhnya dikendalikan oleh Asheel agar Merlin melakukan beberapa pose.

"Bersyukurlah aku tidak mempermalukanmu di depan banyak orang." Asheel menghiburnya, tapi dia sendiri bergerak cepat dengan mengambil banyak foto dari semua sudut.

"Di depan banyak orang? Ahh...." Merlin akhirnya memahami apa yang pria itu katakan. Dia memperhatikan mata Meliodas yang sedang meliriknya.

Sepertinya Meliodas juga berada dalam kondisi yang sama seperti dirinya, yaitu tidak bisa menggerakkan tubuhnya dan hanya mengoperasikan matanya saja. Untuk kasus Merlin, dia masih bisa berbicara dan mendengar.

Hidung dan anggota tubuh lain milik Meliodas dan Merlin tidak bisa digerakkan. Meski begitu mereka berdua terus meronta agar bisa terbebas dari kekangan yang menyesakkan ini.

"Sebaiknya jangan memaksakan diri untuk bergerak, lho. Atau kalian akan menyesal."

Suara Asheel tiba-tiba terdengar, dan itu sudah terlambat saat Meliodas menggunakan Aura Kekacauan untuk memengaruhi ruang dan waktu, dan saat dia sudah terbebas, wajahnya tiba-tiba menjadi biru karena tidak bisa bernapas.

Dia mencoba menahan napas, tapi setiap kali dia menggerakkan tubuhnya, kulitnya akan tergores oleh sesuatu yang tak terlihat.

Debu?

Debu telah menggores kulitnya!

Tidak peduli seberapa kecil atau rapuh benda itu, di waktu yang membeku ini apapun bisa menjadi mematikan. Apalagi, itu masih sulit untuk dipercaya saat kekauatan fisik Meliodas sendiri sangat menakutkan.

"Jika seorang fana hidup di waktu yang terhenti ini, tentu saja fana yang masih hidup dengan bergantung pada unsur dunia tidak akan bisa bertahan jika mereka dijauhkan dari unsur itu. Udara dan oksigen juga ikut berhenti, jadi bagaimana kalian akan bernapas?"

Merlin langsung mengeluarkan keringat dingin imajiner setelah mendengarnya, dia bersyukur karena berhenti sebelum terlambat. Meliodas sudah seperti ikan yang sekarat karena terdampar di darat.

Asheel kemudian menghela napas, menyayangkan kesempatannya untuk mengambil lebih banyak foto Merlin dengan pakaian Bunny Girl. Setelah menyimpan kameranya, dia menjentiklan jarinya sekali lagi.

Tik!

Waktu berjalan kembali...

"Ah, apa yang terjadi?!" Seruan panik Diane terdengar.

Meliodas yang satu detik yang lalu masih sehat, tiba-tiba terlihat seperti orang sekarat saat dia terkapar di lantai Bar. Tubuhnya juga berdarah di segala tempat.

Hawk datang lalu menyodok-nyodok kepala Meliodas menggunakan kaki babinya, tapi Meliodas terengah-engah kehabisan napas.

"A-Aku b-baik saja.....!"

Meliodas mengangkat tangannya dengan susah payah yang menandakan jika dia masih hidup. Kemudian, Elizabeth dengan khawatir menyembuhkannya.

"Hei, apa yang telah kau lakukan pada Danchou!" King menuduh Asheel.

"....." Asheel terdiam sejenak sebelum dia menoleh ke Merlin. "Apa ini salahku?"

Merlin tersenyum kecil saat dia menjawab, "Tentu saja, semua peristiwa buruk yang terjadi di dunia ini adalah salahmu!"

"Kau mengatakan hal yang tidak masuk akal." Asheel cemberut lalu juga menyalahkan Meliodas, "Bukankah itu salahnya sendiri? Aku sudah memberinya peringatan sebelumnya."

"Itu sudah sangat terlambat, bodoh!"

"Baik, ini salahku."

Asheel lalu mengeluarkan kameranya dan melihat foto yang baru saja dia ambil. Baru melihatnya sekilas, wajahnya berkerut tidak senang.

"Merlin, sekali lagi. Aku akan mengambil fotomu sekali lagi."

"Ada apa dengan kekecewaan itu?" Merlin memperhatikannya.

Asheel melirik tangannya yang putus, "Mungkin karena aku hanya menggunakan satu tangan untuk mengambil fotomu. Hasilnya jauh dari memuaskan!"

Merlin mencondongkan tubuhnya untuk melihat fotonya sendiri. "Tidak memuaskan pantatmu! Aku bahkan kagum dengan diriku sendiri setelah melihatnya!"

Asheel memandangnya dengan aneh, sangat jarang melihat Merlin begitu narsis. 'Hm, kurasa setiap orang mempunyai kesan narsis pada diri mereka sendiri.'

"Baiklah, kita akan melanjutkan nanti. Toh, kamu masih menggunakan pakaian itu sampai pagi."

"Ngomong-omong, benda apa itu?" Diane mendekatinya karena tertarik pada kamera di tangan Asheel.

"Apakah kalian ingin melihat Merlin kecil mengenakan pakaian Gadis Penyihir?"

Bahkan sebelum mereka sempat menjawab, orang yang dibicarakan sudah menyela:

"Baik, ini disita!"

Merlin mengambil kamera itu, memanfaatkan tangan Asheel yang hanya tersisa satu.

"Ini memang sangat mengganggu." Asheel menyadari jika hidup dengan satu lengan sangat tidak nyaman. "Sebelumnya, aku berpikir pendekar satu lengan itu keren, tapi yang kudapat hanya tatapan kasihan."

Sejak para pelanggan yang lain memperhatikan Asheel hanya mempunyai satu lengan, mereka mengasihaninya. Bagaimanapun, Asheel terlihat sangat muda, dan alat yang digunakan sebagai penopang tulang punggungnya sudah hilang setengah. Masa depannya sudah dipastikan tidak akan baik, dan pandangan masyarakat terhadap orang cacat seperti itu juga hanya akan menghasilkan diskriminasi.

Tapi saat ini, di bawah tatapan semua orang, lengan Asheel menggeliat ketika daging dan kulitnya tumbuh bersama tulangnya hingga membentuk lengan baru.

Tujuh Dosa Mematikan dan kawan-kawannya tidak terlalu terkejut karena sudah terbiasa menyaksikan adegan Ban beregenerasi, tapi para pelanggan hanya bisa menjatuhkan rahang mereka.

Bagaimanapun, mereka hanya warga desa yang bahkan tidak pernah menyaksikan sihir canggih seperti «Invigorate», Ark penyembuh yang bisa mengembalikan seseorang menjadi sehat dari keadaan sekarat. Itu adalah sihir yang digunakan Mael untuk memulihkan tubuh Escanor sebelumnya.

Setelah menyaksikan regenerasi abnormal Asheel, tentu saja mereka terkejut dan beberapa bereaksi takut hingga memandangnya seperti monster.

'Kasar sekali memandang Pencipta mereka sendiri sebagai monster.' Asheel kurang lebih mengerti apa yang mereka pikirkan. Saat itulah dia menyadari jika meja didepannya kosong. "Omong-omong, dimana minumanku? Kenapa belum datang?"

"Perhatikan suasanya, dasar tolol. Kau lah yang membuat semua orang menjadi tegang, jadi tahan sebentar rasa hausmu, ya." Merlin mencemooh.

"Merlin, setelah lama tidak bertemu, mulutmu menjadi semakin busuk. Atau apakah itu hanya diarahkan padaku? Apakah aku semengecewakan itu?"

Merlin tertegun sejenak sebelum dia tersenyum nakal, "Sejujurnya kau sangat mengecewakan. Menjadi brengsek setelah sekian lama aku menantikan reuni yang penuh haru, tentu saja aku sangat marah. Saat ini aku bahkan memiliki pikiran untuk membelah tubuhmu menjadi beberapa bagian dan menempatkannya ke tabung yang berbeda."

".....Itu hanya kerakusanmu akan pengetahuan, kan?"

Merlin mendengus, mendapat reaksi terkejut dari teman-temannya karena ini adalah kejadian langka Merlin bisa bercanda sepanjang waktu.

Beberapa saat kemudian, Merlin sendiri menyajikan Ale di meja. Asheel menyesapnya, dan tidak merasa terkejut saat dia kecewa. "Cairan ringan ini tidak akan bisa membuatku mabuk."

"Jangan banyak bicara, minum saja!"

"Uh, kau sangat jahat padaku, Merlin~" Asheel mengeluh lalu menarik tangannya.

Merlin panik, "Hei, apa yang coba kau lakukan?!"

"Biarkan aku menikmati tubuhmu."

"Dasar brengsek, lepaskan!"

"Apakah kamu tidak lagi naksir padaku?"

Mendapat pertanyaan yang tiba-tiba itu, Merlin berhenti meronta saat matanya jatuh pada perenungan. Asheel dengan lembut memeluknya dari belakang.

Dia menempatkan pipinya di punggung halus Merlin yang telanjang.

"Hembusan nafasmu sangat menggangguku."

"Aku tahu, aku melakukannya dengan sengaja."

"Bukankah kau juga menjadi lebih nakal?"

"Aku hanya mencoba memahamimu."

Merlin menghela napas, "Kau benar-benar menjadi polos dalam segala hal..."

"Jadi, bagaimana dengan pertanyaanku sebelumnya?"

Merlin terdiam lagi, tapi kali ini dia dengan cepat membuka mulutnya: "Aku ... pernah mencintaimu."

"....." Asheel terdiam sejenak dan memeluk Merlin lebih erat. "Begitu."

"Apa kali ini kau kecewa padaku?"

"...Tidak, ini sudah diharapkan. Yang harus kulakukan hanya membuatmu jatuh cinta lagi padaku." Asheel tersenyum.

"...Hee, kau benar-benar serius."