webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Reuni membawa keputusasaan

"Soalnya kau sangat lemah."

Meski Ophis tidak menunjukkan semuanya, alisnya berkedut dengan kesal. Selanjutnya, dia mencoba mengamati Asheel.

Sera pernah bilang padanya jika setiap Asheel bangun dari Chaos Distraction, pria itu akan menjadi bajingan kejam dan dingin seperti mesin pembunuh yang bermain-main dengan mangsanya.

Tapi yang didepannya seperti Asheel yang biasa, hanya saja ini tampak lebih dingin dan lebih dewasa.

"Apa kau sudah selesai mengagumi ketampaman kakak laki-lakimu ini?"

Narsisme apa!

Ophis mendengar pria itu mengucapkan sesuatu yang membuatnya semakin kesal hingga dia memalingkan wajahnya. Dia ingin meludah ke tanah!

"Yah, kamu begitu marah padaku hanya karena menungguku selama 3000 tahun. Aku akan memberimu kue nanti." Asheel mengacak-acak rambut kepalanya, seperti seorang ayah yang memuji putrinya.

Meski Ophis tampaknya lebih kesal dengan kalimat pertama, tapi kalimat kedua membuatnya merasa lebih baik. Dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya menerima tepukan kepala. Lagipula, 3000 tahun hanya waktu yang singkat baginya. Dia sudah hidup sebelum dunia asal tempat dia berada tercipta.

Asheel kemudian menatap ke arah Tujuh Dosa Mematikan, yang terlihat sunyi. Tapi mereka sebenarnya memiliki keringat mengalir di sekujur tubuh mereka.

"Jadi kalian Tujuh Dosa Mematikan?" Asheel memperhatikan fragmen kekuatan miliknya pada mereka, tepatnya pada Runeball Tujuh Dosa Mematikan yang menempel pada mereka dalam bentuk tato.

Ketika pandangannya berkeliaran, dia melihat Merlin, membuatnya tertegun. Karena tidak tahan lagi, dia membalikkan badan sambil bergumam, "Gadis Mahou Shoujou itu sudah dewasa, sayang sekali aku tidak bisa melihat pertumbuhannya..."

Perasaan Asheel untuk Merlin saat ini terasa begitu asing, tapi dia yakin semua perasaan yang tersisa itu akan kembali padanya nanti.

Merlin sendiri sangat tenang ketika melihat Asheel, itu seperti yang sudah diharapkan. Tapi jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya setiap kali dia melihat sosok pria itu. Apakah kerinduan? Cinta? Sebenarnya, karena belum pernah mengalami perasaan khusus itu selama 3000 tahun, dia menjadi bingung.

Yang lain juga tampak bingung, Meliodas terkejut ketika tidak merasakan aura jahat pada Asheel lagi. Reuni ini sangat tidak diharapkannya. Tapi dia sebenarnya merasa takut ketika berhadapan dengan pria itu. Lagipula, kekuatan yang berasal darinya sedang mengalir di tubuhnya saat ini juga.

Elizabeth juga sama, dia sudah meneteskan keringat ketika melihat Asheel. Kejadian yang terjadi 3000 tahun yang lalu terus berputar di otaknya. Penderitaan, keputusasaan, mencari harapan dalam kegelapan, semua itu bermain di kepalanya.

Selain mereka bertiga, yang lain tidak tahu apa-apa. Yah, mungkin Gowther tahu sedikit. Mereka merasa jika saja membuat gerakan yang tidak perlu, kematian akan mendatangi mereka.

Bahkan Escanor....

"Aku merasakan kekuatanmu padanya, apa kau tertarik pada manusia ini....?" Asheel menoleh ke Ophis setelah menunjuk Escanor.

Ophis menggelengkan kepalanya, sebelum menunjuk ke Merlin.

Asheel mengangguk, lalu berjalan ke arahnya.

Badump!

Badump!

Jantung Merlin berdetak lebih cepat, Escanor dan Meliodas segera berdiri di depannya, dengan sikap melindunginya.

"Merlin, apakah kita bisa melarikan diri?" Meliodas berbisik.

Yang mengejutkan, Merlin malah menyeringai. "Kenapa menanyakanku? Kau sudah berhadapan dengannya beberapa kali, kan? Yah, tapi menurutku kesempatan kita kabur adalah nol. Jika kita kabur, kita akan mati."

Asheel melewati Escanor dan Meliodas, dengan dua yang terakhir bahkan tidak berani melakukan gerakan padanya. Saat Asheel berjalan lebih jauh, Tujuh Dosa Mematikan tampak memberi jalan padanya.

Jarak Merlin dan Asheel semakin dekat, hingga Asheel berhenti tepat didepannya. Karena Asheel lebih tinggi darinya, Asheel memandang rendah Merlin dari atas.

Merlin dengan angkuh mendongak, menatap langsung mata hijau giok Asheel.

Reuni keluarga macam apa ini!?

Asheel mengangkat tangannya ke atas, postur itu tampak seperti dia akan menampar Merlin.

"Merlin!" Elizabeth berteriak sambil berlari ke arahnya.

Asheel menganggapnya menyebalkan dan akan melambaikan tangannya ke arahnya, tapi Meliodas tiba-tiba muncul menghentikannya. Meliodas menggunakan semua kekuatannya dengan Aura Kekacauan untuk bergerak secepat itu. Dia tahu kekuatan lambaian tangan Asheel mampu menghancurkan dunia!

Tapi jika menyangkut Elizabeth yang terlibat, Meliodas tidak akan ragu lagi!

Hembusan lambaian tangan Asheel mengenai tubuh Meliodas, membuatnya berlubang di beberapa tempat.

"Aa..." Darah keluar dari mulur dan semua lubang terbuka itu, dan dalam sekejap tubuhnya ambruk ke tanah tak bertenaga.

"Danchou!" Tujuh Dosa Mematikan panik. Mereka sangat tidak berdaya karena hanya bisa menonton dari jauh.

"Bajingan!" Ban menggeram marah sambil melesat dan mengayunkan Harta Suci-nya ke arah Asheel.

"Berhenti, Ban!" King berteriak sekuat tenaga, tapi itu sudah terlambat.

BAM! BAM! BAM!

Pundak dan kedua kaki Ban terpukul oleh kekuatan tak terlihat, langsung memutus anggota badan yang terkena pukulan itu. Kedua kaki dan salah satu lengannya robek.

Ban secara teknis langsung terpelungkup ke bawah, berjuang bergerak hanya menggunakan satu lengan yang tersisa. Karena Fountain of Youth sudah tidak ada pada dirinya, dia tidak bisa beregenerasi.

"«Final Prominence»!"

Bola matahari raksasa melesat melewati tanah, meninggalkan jalur lava pada lintasannya. Bola matahari itu mengarah ke Asheel, dengan yang terakhir hanya merasakan hawa panas mendekatinya.

Escanor melempar serangan terkuatnya untuk membuat celah agar Merlin berteleportasi, tapi yang mengejutkan Merlin hanya menyilangkan lengannya dan tidak berbuat apa-apa. Eskpresinya sangat tenang ketika matanya melihat gumpalan sinar uv mendekatinya.

"Merlin-san!" Escanor berteriak.

Merlin menutup matanya, mulutnya tersenyum tipis. "Aku tidak percaya Chaos bisa dikalahkan dengan kekuatan sepele ini."

Seperti yang diharapkan, bahkan sebelum bola matahari bisa mendekat, itu langsung bubar seperti tidak ada sejak awal. Bola matahari lenyap ke udara tipis, mengejutkan semua orang!

Tapi belum sampai disini, Escanor mengepalkan tinjunya dan menembak ke Asheel dengan kecepatan tidak manusiawi.

Kali ini, Asheel tidak melakukan gerakan apapun, dia hanya melirik tinju raksasa yang semakin dengan wajahnya. Saat pukulan Escanor akan mengenainya, itu tiba-tiba meleset.

"Eh?" Escanor tertegun, sepenuhnya menyadari jika serangan yang dia lancarkan seharusnya sudah mengenainya. Tangannya masih terkepal lurus, tapi anehnya laju serangannya membelok secara alami dan mendarat tepat di samping targetnya. Seolah-olah Escanor tidak pernah ingin memukulnya sejak awal!

Tangan Escanor melewati wajah Asheel, dengan yang terakhir hanya dengan ringan menyentuh lengannya. Escanor tiba-tiba menjerit kesakitan ketika tangannya terpelintir tidak terkendali. Daging dan tulangnya tergiling, menampilkan darah yang terkompres ke segala arah.

Lengan Escanor tidak berfungsi sepenuhnya hanya karena Asheel sedikit menyentuhnya.

Pria penuh kebanggaan itu jatuh dengan lututnya tepat dihadapan Asheel, dengan yang terakhir memandang rendah dirinya.

"Aku memang suka melihat orang putus asa, tapi bukan hobiku melihat orang baik seperti kalian putus asa karenaku." Asheel berkata dengan kecewa. Favoritnya adalah melihat orang yang melebih-lebihkan dirinya sendiri seperti penindas putus asa.

"KEMBALIKAN MELIODAS SEPERTI SEMULA!!!"

Jeritan wanita terdengar, membuat Asheel menoleh ke arahnya. 'Wanita yang tampak familiar.'

Setelah mengingat-ingat, Asheel akhirnya tahu siapa wanita itu. "Kau adalah orang yang menantangku saat itu," dia berkata.

Ekspresi Elizabeth tersendat ketika mendengar Asheel meresponnya.

"Kenapa kau hanya memberi keputusasaan bagi kami...? Apakah yang kau lakukan 3000 tahun yang lalu tidak cukup!?" Elizabeth berkata dengan wajah yang berlinang air mata.

"Ya, aku tidak puas dengan pertunjukkan yang kalian mainkan." Asheel menjawab dengan cemberut.

Elizabeth tidak merespon ketika matanya yang jatuh itu menatap Meliodas di tangannya. Darah terus mengalir dari lubang lukanya, membuat tangan dan pakaian Elizabeth ternodai oleh warna merah.

Asheel tidak mempedulikannya saat dia memalingkan pandangannya ke Merlin. Dia berjalan mendekatinya sekali lagi.

Kali ini, Merlin menatapnya muram dan tidak senang. Tidak, dia sebenarnya sangat marah.

Terlepas dengan amarah yang dia coba pendam saat ini, dia membiarkan tangan Asheel yang terulur ke arahnya menyentuhnya. Tapi, itu tidak sesuai yang diharapkan...

Boing!

Asheel meremas benda kenyal milik Merlin saat tangannya yang lain digunakan untuk mengelus dagunya. "Merlin, kamu menumbuhkan payudara."

"..."