webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Pindah

"Apa masalahnya?"

Setelah beberapa penjelasan, Solution menjadi tenang kembali dan mengingat tujuannya menemui Asheel.

"Anda mempunyai seorang tamu yang menunggu Anda di bawah."

"Oh, aku ingin tahu siapa itu."

Asheel lalu pergi dan menutup pintu, menyisakan Narberal yang masih tersipu dan Solution yang menatap tajam ke arahnya.

"Narberal, bisakah kamu jelaskan itu?" Solution melipat tangannya sambil menatap Narberal.

"Itu... aku..." Narberal gugup dan tidak tahu bagaimana harus menjelaskan.

"Bagaimana caramu melakukannya?" Solution mendesak Narberal untuk terus menjawab.

"..."

Pada akhirnya, Narberal menjawab semua pertanyaan Solution dengan sekuat tenaga.

...

Saat Asheel turun dan berjalan ke ruang tamu khusus di kafe, dia disambut oleh tiga orang. Yang satu pria pendeta berambut coklat pendek, disampingnya adalah seorang wanita berambut hitam yang merupakan Istri dari pria itu. Terakhir, seorang anak kecil dengan rambut berwarna kastanye dipotong pendek yang mengenakan pakaian seorang gadis.

Mereka duduk dengan disuguhi berbagai makanan ringan dan teh tepat di depan meja mereka.

"Oh, siapa teman kecil disini, kenapa aku tidak mengenalmu?" Kata-kata Asheel mengacu pada anak kecil itu.

"Jangan menggodaku, paman! Aku I-ri-na!

"Haha, kamu imut mengenakan pakaian itu. Kenapa kamu harus selalu berpenampilan seperti laki-laki jika kamu secantik ini."

"Terserah aku!" Irina menggembungkan pipinya dengan kesal dan melipat lengannya. Dia saat ini mengenakan pakaian gadis, dengan rambutnya dikucir, yang sangat jarang untuknya. Biasanya dia akan bersikap tomboy dan berperilaku seperti laki-laki.

"Haha, Asheel-san. Tolong maafkan kami atas kunjungan kami yang begitu tiba-tiba." Pria paruh baya itu yang merupakan ayah Irina berkata. Dia tersenyum melihat interaksi Asheel dan anaknya.

Asheel akhirnya mengalihkan perhatiannya ke pria paruh baya itu yang sosoknya terasa familiar baginya. "Tidak apa-apa paman..."

Dia merasa canggung karena tidak mengetahui namanya.

"Saya Shidou Touji dan ini Istri saya..." Touji memperkenalkan dirinya dan juga Istrinya.

Asheel memperhatikan bahwa Touji terlihat tidak sehat, kulitnya lebih pucat, dan seperti kurang tidur.

'Mungkinkah dia terlibat dalam insiden tadi malam?'

Pemikiran itu muncul di dalam benaknya. Dia tahu sedikit tentang Touji, seorang pengusir setan yang ditugaskan di kota ini oleh gereja. Dia tidak tahu apa yang dilakukan Diablo padanya sampai membuat keadaannya seperti ini.

"Paman Shidou, apakah ada keperluan untuk datang mengunjungi saya?" Asheel bertanya dengan sopan. Lagipula, ini bukan hal baru baginya untuk berinteraksi dalam masyarakat manusia dan dia harus mengakui bahwa itu menyenangkan.

"Tidak apa-apa, hanya sedikit hal kecil. Keluarga kami akan pindah ke Inggris karena pekerjaan saya dan kami disini untuk berpamitan dengan Anda."

Ekspresi Irina langsung merosot setelah mendengar hal ini. Dia memutuskan untuk diam dan terus mengunyah biskuitnya.

"Saya disini juga menyampaikan rasa terima kasih karena telah menjaga Irina selama ini," kata Touji sambil menepuk kepala Irina untuk menghiburnya.

"Tidak apa-apa, saya juga terhibur dengan adanya Irina disini."

Mereka berbincang-bincang selama setengah jam sebelum Keluarga Shidou memutuskan untuk pamit karena mereka masih harus berkunjung ke Keluarga Hyoudou.

"Irina akan merindukan Anda, Asheel-kun." Nyonya Shidou berkata sambil tertawa. Daripada Touji, dia lebih sering berinteraksi dengannya karena dia sendiri sering berkunjung ke kafenya.

"Benarkah? Irina akan merindukan paman ini?" kata Asheel menggodanya.

Irina cemberut sekali lagi. Lagipula dia sudah lama mengenal Asheel dan dia sudah nyaman dengan tempat ini, tapi tiba-tiba pindah begitu saja. Tentu saja dia akan merasa kecewa.

"Anda semua disambut di kafe kami jika kapan-kapan kalian memutuskan untuk berkunjung ke Jepang." Asheel berkata sambil menepuk kepala Irina.

Touji dan Nyonya Shidou tersenyum dan berpamitan kepada Asheel, lalu pergi.

...

Asheel kembali ke lantai atas dan menemui Narberal yang terlihat lelah. Memikirkannya kembali, dia merasa bahwa dia tidak adil terhadap Shalltear karena besok dia akan berkencan dengan Narberal. Padahal Shalltear lebih sering merayunya daripada yang lain, tapi karena orangnya sendiri agak aneh, dia juga merasa aneh terhadapnya.

Dia duduk di sebelah Narberal yang memiliki ekspresi tak berdaya di wajahnya.

"Apa yang terjadi denganmu?" Asheel memutuskan untuk bertanya.

"Tidak ada, hanya Solution yang terlalu berlebihan..."

"Oh? Kamu sepertinya akrab dengan saudarimu." Asheel kembali tiduran di pangkuan Narberal.

Seperti biasa, Narberal sedikit tersentak di tubuhnya karena dia tidak terbiasa dengan ini.

"Asheel-sama?" Narberal bertanya setelah beberapa menit menenangkan dirinya.

"Ya?"

"Apakah kita benar-benar akan pergi berdua besok?"

"Tidak apa-apa jika kamu menolaknya. Apakah kamu memiliki kegiatan lain di jadwalmu?" Asheel tidak berpikir bahwa Narberal akan menolaknya.

"Tidak, hanya saja... aku merasa tidak adil untuk saudariku." Narberal berkata dengan ekspresi ragu.

Sebelum mereka bertransmigrasi di dunia ini, padahal Narberal dan Asheel sering pergi bersama. Reaksi Solution menyadarkannya bahwa bukan dia sendiri yang ingin terus berada di sisi Tuannya, dan dia tidak tahu harus berbuat apa.

Jelas, setelah menjalani hidup selama ratusan tahun, penduduk Nazarick yang sebelumnya hanya berupa NPC, sekarang memiliki sedikit perubahan berupa emosinya yang telah bertambah kompleks. Mereka sudah bisa memikirkan dirinya sendiri, masa depannya, orang terdekatnya, dan masalah dirinya. Perkembangan itu sudah seperti yang diharapkan pada siklus kehidupan. Pada awal mereka memiliki kehidupannya sendiri, hidupnya benar-benar seperti sudah disetting sedemikian rupa, sehingga mereka hanya memikirkan tugas awal mereka diciptakan. Beberapa orang masih ada yang memiliki pemikiran tersebut, seperti Narberal disini. Dia terus-menerus mempertanyakan kelayakan dirinya, yang Asheel bahkan tidak terlalu memikirkannya.

"Kamu memang saudari yang baik, ya.." Asheel berkata sambil menutup matanya. "Jadi menurutmu, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus bersikap sama pada semua saudarimu seperti sikapku padamu? Apakah aku harus menemani mereka satu persatu?"

Asheel berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Sebenarnya, aku pun tidak tahu apa yang harus kulakukan pada semua saudarimu. Apa yang bisa kulakukan untuk kebaikan mereka?"

Asheel sudah lama dibuat bingung dengan itu. Setiap dia bertanya apa yang mereka inginkan, mereka akan menjawab bahwa mereka ingin terus melayaninya. Mereka tidak mengharapkan imbalan apapun setelah menjalankan tugasnya, hanya setelah dia sendiri memaksanya, mereka akhirnya membuat permintaannya, yang masing-masing dari mereka agak aneh untuknya, seperti Solution yang menginginkan seorang manusia untuk disiksa secara pribadi, dll.

Seperti kata Momonga padanya; memikirkan kesejahteraan bawahan adalah tugas seorang atasan. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan bawahannya, dan cara mengetahuinya adalah dengan berkomunikasi terhadap mereka. Dia tidak seperti Momonga yang berusaha tampil baik di depan bawahannya, dia sendiri memiliki sikap yang terbuka terhadap mereka.

Mungkin itu karena pengalamannya saat dia masih menjadi penguasa Iblis di High Abyss, sehingga dia bisa menerimanya dengan mudah saat tiba-tiba menjadi pemimpin secara nyata, membuatnya bisa dengan mudah berkomunikasi dengan para bawahannya. Padahal terdapat perbedaan jauh antara saat dia masih menjadi penguasa Iblis dengan dia memimpin Nazarick.

Narberal tetap diam dan tidak tahu harus berkata apa sebagai responnya.

"Walaupun begitu, aku senang kalian ada bersamaku sebagai sebuah keluarga. Maka, jadilah diri kalian sendiri dan jangan ragu-ragu untuk mewujudkan keegoisan kalian padaku. Karena pada akhirnya akulah yang bersyukur dengan adanya kalian yang menemaniku." Asheel mengakhiri perkataannya.

"Asheel-sama..." Narberal bingung ingin berkata apa, dia ingin menghiburnya tapi mengetahui bahwa itu tidak pantas.

"Apakah kamu ingin menghiburku?" Asheel berkata padanya, seperti dia tahu apa yang dipikirkan Narberal.

"Y-ya! Jika itu memungkinkan..." Narberal mengatakannya dengan gugup.

"Kalau begitu, usaplah kepalaku." Kata Asheel dengan santai.

"Itu...."

"Tidak apa-apa." Asheel meyakinkannya.

Narberal akhirnya meletakkan tangannya di kepala Asheel dan mengusap rambutnya dengan lembut.

"Aku selalu merasa senang diperlakukan seperti ini..." Kata Asheel dengan ringan. Sebelumnya, Yasaka yang melakukannya dan rasanya menyenangkan saat itu.

"B-benarkah?"

"Ya, apalagi jika itu kamu, Narberal. Menambah nilai plus."

Mereka berdua dalam keadaan itu sejenak, menikmati kebersamaan dan ketenangan yang alam berikan.

Asheel akhirnya bertanya, "Jadi bagaimana dengan kencan besok?"

"...." Narberal menghela nafas saat dia menguatkan tekadnya, "Akan saya lakukan!"

"Kamu sangat bersemangat."

"....." Narberal terlalu malu untuk menjawabnya.

Thx

Nobbucreators' thoughts