webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Piknik di bawah Big Tree 1

Di suatu alam yang cerah.

Terdapat sebuah pohon raksasa di tengah-tengah pada apa yang tampaknya menjadi hamparan bunga. Pohon itu memiliki batang tebal, akar kuat, dan daun yang sangat lebat.

Itu adalah Big Tree, pohon sistem yang Asheel ciptakan dengan tujuan untuk mengendalikan kekuatannya yang kacau. Karena terdapat pemandangan Big Tree, maka sudah jelas jika tempat ini adalah ruang jiwa Asheel.

"Untuk seorang pria dengan harem sepertimu, seleramu terlalu girly." Sera berkomentar setelah melihat sekeliling tempat itu, dan hanya bisa melihat lautan bunga yang membentang hingga tak berujung.

"Jangan banyak bicara tentang itu, toh aku mengaturnya seperti ini karena ingin mempersembahkannya padamu." Asheel berkata dengan nada tenang.

"Berbohong?" Sera dengan mata menyipit memperhatikan ekspresi Asheel, sebelum mendengus kesal karena wajahnya sama sekali tidak bisa dibaca. "Sampai kapan kau akan menunjukkan wajah lumpuh itu?!"

"Sampai aku mengumpulkan kemanusiaanku kembali," jawab Asheel acuh tak acuh.

"Omong-omong, ini pertama kalinya kau mau mengundangku ke tempat khususmu ini. Tapi harus kuakui, kekayaan energi di tempat ini sangat keterlaluan!" Sera berseru setelah sekian lama, terkejut dengan konsentrasi energi yang sangat kental dan campur aduk, tapi mereka tampaknya terasa harmoni.

"Haruskah aku membagikannya denganmu?" Asheel menawarkan.

"Tidak perlu, aku tidak ingin overdosis energi.", jawab Sera dengan cemberut.

"Mana ada yang seperti itu." Asheel menatapnya kosong.

"Lupakan, karena kau memperlihatkanku tempat ini, pasti ada sesuatu yang penting, kan?" Sera segera bertanya.

Asheel malah membalikkan tubuhnya saat dia mengeluarkan sesuatu dari tempat penyimpanannya, yang adalah karpet. "Aku ingin mengajakmu piknik."

"Oh, terima kasih."

Setelah menggelar karpet tepat di bawah Big Tree, Asheel mengeluarkan meja, cawan, botol wine, dan perlengkapan piknik lainnya.

Keduanya segera duduk berhadapan, tapi entah karena ekspresi Asheel yang selalu sama selama ini, suasananya tampak kedinginan. Sera tidak mempermasalahkannya karena ini bukan pertama kalinya Asheel bersikap seperti ini, melainkan sudah beberapa kali setiap Asheel menyelesaikan Chaos Disctraction-nya.

Cawan sudah dituang cairan transparan, yang tampaknya adalah wine. Setelah menyesap sedikit, Sera memulai:

"Jadi?"

Asheel tidak langsung menjawabnya, tapi malah meneguk semua wine dari cawan, kemudian mengisinya lagi. Baru saat itulah dia membuka mulutnya:

"Apa kau ingin memiliki bayi denganku?"

Perkataan yang keluar dari mulutnya tentu saja mengejutkan Sera, tapi reaksinya tak terduga:

"Jadi kamu sudah sembuh dari ketidaksuburanmu?"

Crack!

Cawan di tangan Asheel langsung pecah, dahinya berkedut kesal, dan tatapannya muram saat menatap Sera.

Tapi Sera hanya melambaikan tangannya dengan bercanda. "Aku bercanda, bercanda~! Aku hanya ingin mengeluarkan ekspresimu."

Asheel menjadi tenang dan memijat pelipisnya sendiri, sebelum mengeluarkan cawan baru. "Jadi, kau mau atau tidak?"

"..." Sera terdiam, ekspresinya berubah serius, dan kemudian dia membuka mulutnya: "Pertama-tama, aku tidak menyukai caramu menawariku. Rasanya seperti kita bukan pasangan saja. Tapi tetap saja, aku ... sangat senang! Saat mendengar kau ingin membuat anak denganku, jantungku langsung bekerja lebih cepat dari biasanya. Aku sangat menginginkannya, aku bahkan ingin melompat padamu saat ini juga! Jadi, ya ... aku menerimanya!"

Asheel tanpa sadar mengekspresikan perasaannya saat ini, tersenyum.

Sera yang memperhatikannya tersenyum nakal, dia ingin menggodanya, tapi menahannya. "Kurasa tidak butuh waktu lama untuk mengembalikan ekspresimu itu."

"Aku juga merasa begitu." Asheel berkata dengan tenang, menyesap dari waktu ke waktu, dengan tatapan yang melihat Sera dengan latar pemandangan bunga. "Omong-omong, sudah lama kita tidak berhubungan seks. 3000 tahun, mungkin?"

"Oho, apakah nagamu sudah ingin menerkamku yang lemah ini?" Sera dengan wajah merah, menunjuk ke selangkangannya. Tentu saja dia merah karena mabuk.

Asheel dengan wajah polos melirik selangkangannya sendiri, sebelum mengalihkan pandangannya ke Sera lagi. "Kurasa begitu."

"...." Sera menatap kosong pada Asheel. "Jangan mengatakannya dengan wajah polos seperti itu. Aku jadi terkesan seperti wanita dewasa yang mengincar para perjaka."

"Hanya perasaanmu saja." Asheel tidak menatapnya lagi, dan lebih memfokuskan pandangannya ke genangan wine dalam cawan yang merefleksikan dirinya.

"Setelah kebangkitanmu, orang-orang itu akan datang lagi. Perlukah aku turun tangan kali ini?" Sera tiba-tiba mengubah topik.

"Tidak perlu, aku ingin mencoba beberapa kemampuan baruku." Asheel menolak tawarannya.

"Kau mendapat kemampuan baru?" Sera mengangkat alisnya.

"Ya, setelah menumbuhkan pohon ini." Asheel mengelus batang pohon yang disandarinya.

"Hoo, sangat klise, ya." Sera menatap Big Tree dari atas ke bawah, sebelum meneguk cawan lagi. "3000 tahun yang lalu, kau masih mempertahankan kemanusiaanmu setelah kau tidur, tapi kenapa semuanya menghilang seketika? Bagaimana proses terjadinya?"

Sera menanyakan hal yang membuatnya penasaran selama ini.

"Yang menghapus kemanusiaan bukanlah aku, melainkan Chaos." Asheel menjawab sambil menyentuh dadanya sendiri. "Aku hanyalah sebuah jiwa manusia yang menyatu dengan Chaos."

"Manusia, ya? Tapi kau tetaplah Chaos terkuat dan paling waras di antara yang lain."

"Tentu saja, jangan bandingkan aku dengan binatang-binatang itu."

"Aku lupa jika kau adalah binatang buas sejati disini," Sera terkekeh.

"....." Asheel hanya diam dan malah memikirkan jenisnya yang lain.

Chaos sejatinya adalah binatang buas yang menggerogoti Omniverse, dengan kata lain: Parasit. Semua bentuk Chaos biasanya juga diwujudkan dalam bentuk binatang buas atau chimera, tidak ada yang humanoid seperti Asheel.

Tentu saja keberadaan Chaos sangatlah berbahaya karena masing-masing dari mereka mampu membunuh Dewa yang mengatur Omniverse sekalipun.

Keberadaan Asheel Doom yang diciptakan oleh Supreme One, salah satunya adalah untuk mengurusi populasi Chaos yang terus naik. Dengan adanya Asheel, Chaos hampir punah karena semua kekuatan yang disalurkan Alam Kekacauan menuju ke Asheel semua.

Dengan kata lain, meski Asheel adalah keberadaan yang sangat berbahaya bagi Omniverse, tapi pada saat yang sama sangat penting karena dialah yang menahan Alam Kekacauan dan Chaos Beast.

"Sudah selesai merenungkan asal usulmu?" Sera bersikap seperti peramal yang mampu membaca pikirannya.

"Ya, kurasa." Asheel mengangguk, dan kemudian dia menggali sejumput tanah disebelah dengan tangannya. Tanah yang dia ambil tiba-tiba bergerak dan membentuk sesuatu, dan dalam sekejap kelinci tercipta dari tanah itu.

"Menciptakan kehidupan dari tanah polos, ya. Hanya Dewa Pencipta seperti kita lah yang mampu melakukannya. Jika aku sih lebih ahli dalam meniadakan ciptaan." Sera berkata dengan bangga.

"Ini adalah Chaos Beast."

Boof!

Sera langsung menyemburkan wine yang dia minum dari mulutnya. Melihat Asheel basah kuyup karena itu, Sera tidak mempermasalahkannya dan malah mengonfirmasi hal lain. "Apa kau bilang?"

"Kelinci ini adalah Chaos Beast," kata Asheel lagi.

Mendengar konfirmasinya, Sera lalu menatap kelinci dengan tidak yakin. "Makhluk imut ini? Meski bau keberadaannya mirip dengan Chaos, tapi tidak menampilkan ciri-cirinya sama sekali."

"Bentuk Chaos tidak mesti binatang buas aneh atau chimera. Chaos adalah manifestasi dari kekuatan yang kacau itu sendiri, membentuk jiwa dan kehidupannya sendiri, dan hanya hidup dengan tujuan untuk menghancurkan. Karena itu, Chaos biasanya mewujudkan bentuknya sebagai binatang yang mengerikan atau makhluk aneh. Apa salahnya Chaos dalam bentuk kelici?"

Sera yang mendengar penjelasannya, tidak bisa berkata-kata. Setelah dia terdiam sejenak, tangannya terulur dan mulai membelai kelinci hidup itu.

"Aku ingin tahu bagaimana jadinya jika makhluk imut ini dilepaskan di dunia luar."

"Dimensi dunia itu akan hancur atau dimakan." Asheel menanggapinya.

Dia kemudian membuka wadah disebelahnya, dan mengambil apa yang tampak seperti biji-bijian didalamnya. Dia memberi biji-bijian itu untuk kelinci makan.

Sera tidak bergerak saat dia melongo menatap biji-bijian yang diperlakukan sebagai pakan kelinci. Suaranya bergetar saat dia menanyakan, "B-Bukankah itu Inti Dimensi?"

"Ya," Asheel hanya mengangguk.

"Dan kau memperlakukannya seperti pakan yang bisa dibuang kapan saja?"

"Apa masalahnya? Bukankah Inti Dimensi adalah makanan kesukaan Chaos?" Asheel mendemonstrasikannya dengan menelan biji-bijian itu juga. "*crunch* *crunch* Hmm, enak seperti kacang."

"....." Sera menghela napas dan menenangkan dirinya sejenak. "Kurasa aku harus mulai terbiasa denganmu sekarang."