webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Perang Suci Baru

Beberapa mil jauhnya dari lokasi pertempuran Tujuh Dosa Mematikan dan para Iblis lainnya.

Gloxinia dan Drole merasakan kegelisahan dunia yang menandakan terjadinya Perang Suci baru, dan mereka langsung bergerak ke arah dimana terjadinya pertempuran paling intens.

Dengan langkah lebarnya, Drole berlari menyusuri gunung dan hutan, mengacaukan sebagian daratan dalam prosesnya. Gloxinia selalu terbang di sebelahnya.

Mereka saat ini memasang ekspresi serius di wajahnya, dengan tekad siap mati seperti yang dialami keduanya dalam Perang Suci terakhir kali.

"Hei, Drole-kun. Apakah kita benar-benar telah menyesal?" Gloxinia mulai bertanya untuk memecah ketegangan.

Mereka berdua telah terlepas dari pengaruh mantra «Perintah», dan Gloxinia sedang mempertanyakan keputusannya sekali lagi apakah yang mereka lakukan sudah benar atau tidak. Lepasnya mereka dari mantra «Perintah» bisa terlihat dari hilangnya tanda Iblis dan mata mereka yang kembali normal.

"Entahlah, aku tidak merasakan perasaan benci itu lagi. Klan Dewi dan Klan Iblis, mereka secara tidak langsung pernah menjadi pahlawan bagi Britannia saat menghadapi para Outsider. Perasaanku campur aduk." Drole menjawab saat dia terus melanjutkan langkahnya.

"Hee, jadi kau merasakan hal yang sama. Meski merasa tidak enak saat kekuatan Raja Iblis menempel pada jiwa kita, tapi tetap saja mereka pernah menjadi rekan yang berjuang bersama-sama. Momen saat kita menghadapi hidup dan mati secara serempak, itu masih terus mengenang di pikiranku."

"Kita mati saat ini pun sudah sangat memuaskan, apakah itu yang ingin kau katakan?"

"Hahaha, Drole-kun. Apa kau juga merasakan hal yang sama?"

"Penerusku di era ini, gadis raksasa Diane, dan penerusmu, Raja Peri generasi ketiga, Harlequin. Aku bisa mengatakan jika kita sama-sama puas dengan mereka, tapi aku merasa kita belum memenuhi peran kita yang sebenarnya di dunia ini." Drole menjawab.

"Aku tahu, aku tahu. Tapi, Drole-kun. Menurutmu apa itu?" Gloxinia tiba-tiba menunjuk ke langit, dimana tempat mereka berada saat ini dihujani oleh bulu-bulu putih yang jatuh secara perlahan.

Secara otomatis, keduanya juga berhenti melanjutkan perjalanannya.

"Bulu ini ... sayap dari Klan Dewi?" Drole tertegun.

"Kecuali manusia menumbalkan tubuh fisiknya, tidak mungkin Klan Dewi bisa ada di Britannia. Apakah segel mereka melonggar?"Sempat terbesit dipikiran Gloxinia jika itu adalah Elizabeth.

Pertanyaan itu tidak terjawab karena sebuah suara merdu yang terdengar indah bisa dirasakan oleh indera mereka melalui angin semilir, memanjakan telinga keduanya.

"Kembalilah, Raja para Raksasa, Drole, dan Raja Peri Pertama, Gloxinia. Kami yang akan memenuhi peranmu saat ini. Dalam waktu dekat, Britannia akan berada dalam ancaman serius. Kami membutuhkan bantuanmu."

Drole dan Gloxinia tertegun setelah mendengar ucapannya.

"Apa maksudmu?"

"3000 tahun yang lalu, kalian sebagai orang yang berpatisipasi secara langsung, pasti mengetahuinya. Aku ingatkan, orang itu akan muncul lagi, dan kembalinya orang itu bersamaan dengan datangnya para penjajah dari dunia luar."

"!?" Gloxinia langsung mengerutkan kening. Drole bergetar dalam ketakutan.

"Apa kau serius?! Lagian, kenapa kami harus percaya padamu?!" Gloxinia mendesak untuk bertanya.

Dalam teriknya cahaya yang membutakan mata di langit, perlahan-lahan dua buah siluet humanoid bersayap semakin tampak dari penglihatan Gloxinia dan Drole. Kedua wanita bersayap itu turun dan mengungkapkan penampilannya pada mereka.

Semua perasaan negativ yang ada dalam diri Gloxinia dan Drole langsung lenyap hanya karena terkena cahayanya, dan keduanya langsung membelakakan matanya setelah melihat kecantikan yang sangat memesona itu.

"Semua yang terjadi di dunia telah berada pada kehendaknya. Kita sebagai makhluk ciptaannya tentu saja tidak boleh menentangnya. Tapi jangan khawatir, penjajah kali ini bukan karena orang itu." Flora dikelilingi oleh serbuk cahaya saat tubuhnya perlahan turun ke tanah, tepatnya pada sebuah dataran tinggi yang membuatnya dapat melihat Drole dan Gloxinia dari atas. "Aku ingin kalian memimpin para Raksasa dan Peri untuk menghentikan amukan Iblis bernama Estarossa. Kawan kalian, Monspeet dan Derieri harus menjadi korban karena tindakannya."

"Hah...."

"Kuingatkan sekali lagi, tanah Britannia akan menjadi medan perang untuk kedua kalinya."

...

Seperti biasa yang terjadi pada akhir-akhir ini, umat manusia hidup dalam ketakutan akan datangnya Klan Iblis di tanah Britannia. Untuk Iblis kuat seperti Sepuluh Perintah Tuhan, mereka bisa mengubah manusia menjadi Iblis dengan mudah.

Banyak Iblis yang baru saja terlahir langsung menghampiri pemukiman manusia untuk memenuhi rasa lapar mereka.

Oleh karena itu, banyak warga desa bersama-sama mengungsi menuju tanah suci.

Pihak Liones mengerahkan Ksatria Suci mereka untuk mengawal para warga, tapi kekuatan Ksatria Suci sangat lemah jika dibandingkan dengan Iblis.

Kelompok ksatria Pleiades of Azure Sky yang tersisa, mantan Ksatria Suci Agung, yaitu Hendrickson dan Dreyfus, serta Ksatria Suci dibawahnya memimpin pasukan untuk menghentikan gerombolan Klan Iblis yang terlihat akan menyerbu Liones.

Dengan bantuan dua Malaikat Agung, yaitu Sariel dan Tarmiel, mereka bisa dengan mudah memberantas gerombolan Iblis.

Namun saat itulah Estarossa datang saat dia menjadi gila setelah menelan langsung mantra «Perintah» milik Monspeet, Derieri, dan Galand dengan sebagian besar merebutnya secara paksa.

Kekuatan cahaya yang terpendam dalam dirinya mulai berkontraksi, menyebabkan kekacauan pada kekuatan dalam tubuhnya, yang pada akhirnya mengakibatkan kehilangan akal sehatnya dan menjadi gila.

Sariel dan Tarmiel bahkan tidak mampu menghentikannya meski mereka telah memindahkan Estarossa ke dalam kombinasi dimensi ciptaannya.

Ruang yang menjebaknya pecah, menyebabkan kedua Malaikat Agung itu harus terluka.

Itu terjadi pada waktu yang bersamaan dengan terjadinya pertempuran antara Tujuh Dosa Mematikan dan Klan Iblis elite lainnya.

Karena tidak ada lagi yang mampu menghentikan Estarossa, para pasukan manusia harus dihadapkan oleh keputusasaan atas kekuatannya yang luar biasa.

Estarossa bahkan mengklaim dirinya sebagai Meliodas, dan berkata akan merebut Elizabeth menjadi miliknya.

Saat itulah Gloxinia dan Drole datang untuk menghentikannya, bersama dengan para Raksasa dan Peri di bawah pimpinan keduanya.

...

Merlin yang sedang disibukkan oleh Meliodas yang terus menyerangnya, tiba-tiba mendapatkan pesan telepati dari Galla.

"Begitu, ya. Aku paham sekarang, Estarossa ... dialah kunci untuk menghentikan Perang Suci di masa lalu." Merlin bergumam rendah, saat kemudian dia berteleportasi tidak jauh dari koordinat asalnya untuk menghindari serangan Meliodas.

"Merlin, aku menyarankanmu untuk menyerahkan semua «Perintah» yang ada ditanganmu." Meliodas menuntut.

Merlin terdiam sejenak saat matanya menatap Meliodas dengan tatapan menyelidik, sebelum membuka mulutnya: "Danchou, apakah kau tertahan oleh sesuatu? Dengan parameter kekuatanmu saat ini, kau hanya bermain-main dengan kami. Apakah itu Nee-nee yang kau sayangkan? Kau terlihat sangat menyedihkan saat ini."

"Beraninya seorang manusia sepertimu mengomentari tindakanku." Meliodas menyipitkan matanya tidak senang.

"Saat ini, sahabat priamu, Ban, telah menyusup ke Purgatory untuk menyelamatkanmu. Jangan anggap usaha kami sebagai sesuatu yang sia-sia, ya." Merlin sekali lagi bermanuver di udara dengan gesit saat dia terus menembakkan laser cahaya dari Aldan miliknya.

"Aku tidak peduli pada kalian selama Elizabeth selamat." Meliodas mendengus.

"Kalau begitu, kau hanya harus mengerahkan semua kekuatan untuk merebut Nee-nee dari kami. Atau ... kau masih memiliki rasa pada kami setelah sebagian emosimu dicabut oleh ayahmu sendiri?" Merlin mengangkat alis dengan tertarik, bertanya-tanya apakah ini yang disebut tsundere, sepatah kata asing yang pernah disebutkan Asheel untuk mengejeknya.

Meliodas hanya diam sambil berjalan ke depan secara perlahan, tidak secara membabi buta menyerangnya lagi.

Merlin yang selesai melayang dan juga mendarat di tanah, lalu melanjutkan berbicara: "Kekuatan yang mengalir dalam darahmu, aku yakin Raja Iblis bahkan kesulitan untuk mengendalikannya. Kekuatan itu adalah sesuatu yang spesial, pemberian dari sang kekacauan sejati itu sendiri. Meliodas, kau adalah orang yang diberkati olehnya. Kau harus tahu apa yang bisa dilakukan dengan kekuatan itu."

Meliodas memiliki ekspresi muram saat dia terus melanjutkan langkahnya. Dia terus melangkah sambil mendengarkan Merlin berbicara.

"Kekuatan itu telah melindungimu dari invasi pikiran yang dilakukan oleh Ayahmu. Meski kau berlagak acuh dan dingin, aku tahu kau kesepian oleh penderitaan abadi yang kau lalui selama ini." Merlin terus berkata terlepas dari jarak mereka berdua yang semakin mendekat.

Merlin sendiri tahu jika Meliodas sebenarnya tidak bisa dengan sembarangan menggunakan kekuatan Aura Kekacauan, karena meski Aura Kekacauan dapat meningkatkan parameter kekuatannya secara drastis, jika semakin digunakan maka akan menambah kerusakan pada jiwanya.

Runeball Tujuh Dosa Mematikan sebenarnya dapat menekan efek itu, tapi Meliodas tidak tahu karena selama puluhan tahun terakhir dia tidak pernah mengakses Aura Kekacauan miliknya.

"Kurasa waktunya melanjutkan praktek penelitianku," Merlin tersenyum saat mengetahui Meliodas telah masuk ke dalam jangkauannya.

Tiba-tiba, tato babi berwarna merah di leher Merlin menyala, mengaktifkan kekuatan Dosa Keserakahan yang sebenarnya.