webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Penolakan Ophis-chan

Dunia Iblis.

Di sebuah tahta, seorang raksasa dengan baju besi duduk diatasnya. Siluetnya yang gelap, jenggot keritingnya yang besar, serta semua kerutan di wajahnya. Di samping tahta, terdapat sebuah pedang besar dan panjang.

Sosok itu adalah salah satu Dewa di dunia ini, Raja Iblis!

BAM!

Melalui hubungannya dengan hewan dan tumbuhan di Britannia, Raja Iblis dapat melihat melalui panca indera mereka. Pandangannya menangkap seluruh bencana alam yang terjadi di Britannia.

Dia mengelus janggutnya, "Apakah Dewa Tertinggi menginjak tanah Britannia?"

Wajah merenungnya tidak terlihat oleh siluetnya yang gelap serta semua kerutan di dahinya.

"Tidak, jika wanita tua itu benar-benar melakukannya, aku pasti akan merasakannya."

Dia berkata pada dirinya sendiri dan kembali merenung, setelah beberapa saat merasakan dan menganalisis, dia membuka mulutnya sekali lagi, "Ini adalah sesuatu yang lain. Britannia akan bereaksi seperti saat ini saat kekuatan setingkat Dewa menginjak tanahnya. Apakah terlahir Dewa yang baru?"

Setelah mengatakan itu, dia tiba-tiba membelakakan matanya, suaranya sedikit tertegun saat mengucapkannya, "Tidak mungkin Chaos, kan.....?"

Chaos adalah entitas kuno yang menciptakan dunia, para Dewa dan lima ras dari ketiadaan. Itu muncul dalam bentuk sementara yang dikenal dalam legenda sebagai Mother of Chaos atau Ibu Kekacauan, dengan semua monster dilahirkan darinya.

Di masa lalu, Raja Iblis dan Dewa Tertinggi bekerja sama untuk menyegel Chaos di penjara lumut.

Jika Chaos bisa menciptakan Raja Iblis, Dewa Tertinggi, dan Pohon Suci berturut-turut, dia juga bisa menciptakan eksistensi yang keberadaannya sama dengan mereka, kan?

Itulah yang ada di pikirannya.

Raja Iblis segera berdiri dari tahtanya, "Candler, Cusack!" Dia memanggil.

"Ya!" Seketika dua orang berlutut di hadapannya.

Yang pertama adalah seorang pria tua pendek yang mengenakan satu set pakaian dan cincin yang cocok untuk bangsawan dengan desain yang rumit. Dia memiliki rambut runcing hijau, jenggot, dan kumis.

Dengan yang lain adalah pria tinggi dan sangat berotot dengan rambut merah yang memiliki poni memanjang untuk menutupi mata kanannya dan diakhiri dengan kuncir kuda yang dikepang panjang. Dia juga memiliki kumis yang sangat panjang yang mencapai bagian dada dan janggut kecil.

"Pergilah ke Britannia dan selidiki apa yang terjadi disana," Dia mengutus sebelum duduk di tahtanya sekali lagi.

Saat dia duduk, Chandler dan Cusack telah menghilang dari tempatnya.

Bukan hanya Raja Iblis, Dewa Tertinggi juga merasakan dan memikirkan hal yang sama.

...

Di tempat yang tidak jauh.

Meliodas sedang menegur sekutunya karena menyerang desa manusia.

Di depannya adalah para anggota Stigma dari Klan Raksasa dan Klan Peri.

Saat dia berceramah dam mencoba mbuat mereka menyesal, dia tiba-tiba mendongak ke langit. Matanya juga menangkap semua fenomena aneh yang terjadi di seluruh Britannia.

Seketika, ekspresinya berubah menjadi serius, "Sulit dipercaya, apakah Ayah menginjakkan kakinya ke Britannia, ataukah itu Dewa Tertinggi?"

Dia lalu menyapu pandangannya ke para raksasa dan peri yang berdiri di depannya, "Kalian pergilah ke markas terlebih dahulu, aku akan pergi ke suatu tempat."

Mereka semua mengangguk, tapi salah satu dari mereka bertanya, "Apakah Anda tahu apa yang sedang terjadi pada Britannia saat ini?"

Orang di sebelahnya juga bertanya, "Apakah itu kekuatan Raja Iblis?"

Meliodas merenung sejenak sebelum menjawab, "Aku tidak tahu pasti, tapi aku memikirkan skenario terburuk."

Bukan hanya Meliodas, para penyihir di Belialuin juga gelisah, pemimpin Klan Raksasa dan Klan Peri merasakan hal yang sama, dan banyak tokoh kuat lagi yang khawatir akan sesuatu.

Diantara mereka semua, sebuah kesadaran yang menaungi sebuah danau tertentu membuka matanya. Kesadaran itu memikirkan hal yang berbeda karena yang ada dipikirannya hanyalah Tuannya.

"Tuan kita telah kembali..."

Sesaat membuka matanya, dia melanjutkan tidurnya sekali lagi dan mengawasi apa yang terjadi di Britannia.

...

Sementara itu, dalang semua fenomena yang terjadi di Britannia memiliki tatapan tanpa ekspresi saat dia menatap kakak laki-lakinya.

Asheel juga menatap kosong ke arahnya.

"Dunia ini gelisah karena keberadaan Ophis-chan," Sera menyilangkan lengannya saat menaruh pandangannya ke Ophis.

Merlin yang melayang di sebelahnya bertanya, "Kenapa begitu? Bukankah fenomena ini terjadi saat salah satu dari dua Dewa turun ke Britannia?"

Sejak dia adalah anak dari pemimpin para penyihir di Belialuin, pengetahuannya sangat luas karena sejak dia lahir yang ada di sekelilingnya hanyalah buku dan buku. Jadi wajar jika dia tahu apa yang orang lain tidak tahu.

"Kamu tahu banyak, Merlin-chan." Sera tersenyum padanya.

"Ahh, i-itu karena aku..." Merlin panik dan menggaruk kepalanya.

"Tidak apa-apa Merlin-chan, kamu bisa mempercayai kami. Jika kamu tidak ingin mengatakannya maka tahan dulu," kata Sera meyakinkannya, pada akhirnya tidak menjawab pertanyaannya.

Asheel yang berada di sebelahnya menggerakkan bibirnya. Dia sudah terlanjur tahu saat membaca catatan Akashic tentang Merlin!

Dia tahu jika Merlin adalah seorang penyihir jenius dari Belialuin, yaitu sebuah kota yang dihuni oleh para penyihir terkemuka di seluruh dunia, yang kelompok itu tetap netral selama Perang Suci antara Klan Dewi dan Klan Iblis. Itu adalah ibu kota yang diberkati dengan kemakmuran, di mana para bijak manusia yang unggul hidup. 

Di sana, dengan dalih meneliti sihir Ultimate, tetapi benar-benar berfungsi sebagai senjata melawan Iblis dan Dewi peringkat lebih tinggi, anak-anak manusia dengan bakat sihir diuji sebagai subjek uji.

Merlin adalah salah satu subjek sihir itu, sekaligus yang paling berharga diantara mereka karena terlahir dengan sihir terkuat, yaitu Infinity.

Sera yang tidak tahu asal muasal Merlin hanya menghela nafas, "Jadi apa yang akan kita lakukan dengan ini?"

Dia dan Merlin lalu memandang sekeliling dan bisa melihat segala macam fenomena alam yang terjadi di seluruh mata memandang.

"Seharusnya aku bisa melakukan sesuatu," Asheel berkata dengan tidak yakin. "Yah, akan kucoba."

Dia lalu menutup matanya dan mencoba terhubung dengan Britannia, itu juga cukup mudah baginya.

"Jangan gelisah, Ophis adalah adik perempuanku," Dia bergumam dengan serius.

Merlin bingung dengan apa yang dilakukannya tapi tetap diam karena mengetahui jika Asheel adalah orang yang hebat, dan dia adalah pusat harapan dan kekagumannya.

Setelah Asheel mengatakan itu, Britannia langsung bereaksi saat fenomena alam yang terjadi di seluruh dunia berhenti secara perlahan.

Itu terlalu tiba-tiba karena beberapa saat sebelumnya Britannia gelisah, dan beberapa saat berikutnya Britannia mengembalikan ketenangannya.

Langit menjadi cerah dan tidak ada lagi awan hitam, petir berhenti menyambar, bencana bumi dibiarkan begitu saja, angin topan lenyap seketika, dan banyak lagi.

"Begitu saja?" Merlin dan Ophis memandanginya dengan aneh.

"Apa yang kalian harapkan, aku bisa memerintah seluruh Britannia." Asheel menghela nafas.

"Asheel, sebenarnya kamu siapa...?" Baru saat itulah Merlin tahu jika Asheel bukanlah sembarang orang kuat biasa.

Atas pertanyannya, Asheel hanya tersenyum dan menepuk kepalanya, "Suatu saat kamu akan tahu." Terakhir, dia menunjukkan senyum misterius.

Merlin melupakan kebingungan di benaknya setelah tangan Asheel mengusap kepalanya. Dia tersenyum senang dan menutup matanya saat menikmati semua kenyamanan yang dirasakan.

"Haruslah kita mencari sebuah tempat untuk kita tinggal? Aku tidak mengharapkan sebuah desa lagi," Sera tiba-tiba berkata.

Dia merasa iri pada Merlin yang terlihat senang saat diperlakukan oleh pacarnya sendiri tepat di depan matanya, tapi dia terlalu malu untuk meminta hal yang sama. Untuk itu, dia mencoba mengalihkan topik.

Asheel menghentikan tangannya dan tersenyum pada Sera, "Baik."

Mereka melanjutkan pencarian tempat tinggal untuk mereka singgah.