webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Memasang Array

Karena kesesuaian dimensi ini dengan asal mula Chaos, penstabilan Inti Kekacauan Asheel juga tertunda, yang mengakibatkannya harus tinggal di dunia ini lebih lama lagi. Tapi jika dia keluar dari dimensi ini, keadaannya bisa lebih parah karena hubungannya dengan Chaos menjauh, yang akibatnya bahkan bisa membuatnya lepas kendali.

Asheel, Sera, Ophis, dan Merlin segera sampai di suatu tempat yang indah.

Itu merupakan sebuah gunung yang menjulang tinggi hingga menembus langit. Gunung itu terletak di antara pegunungan, dengan dibawahnya adalah padang rumput yang indah, banyak bunga dan serangga bermain disana.

Asheel puas dengan pilihannya, setelah melihat tempat itu sekali lagi, dia tidak bisa tidak berkata, "Apakah aku harus membangun sebuah sekte disini? Fengshui tempat ini sangat bagus."

Sera menatapnya aneh, "Kita setuju dengan pilihanmu karena kamu perlu mengisolasi dirimu sendiri."

"Itu tidak masalah, kan? Aku juga butuh gaya," Asheel sedikit mengeluh atas tanggapannya.

"Terserah kamu," Sera hanya mengangkat bahu.

Mereka lalu mendaki gunung itu dan menyusuri hutan yang tumbuh di atasnya. Setiap Asheel melangkah, dia akan membuat tangga jalan untuk memudahkan mereka naik jika saja mereka turun gunung.

Di pintu masuk tangga juga dipasang sebuah Gerbang Tori, dengan puncak tangga juga dipasang gerbang yang sama.

Segera, mereka sampai di puncak gunung. Setelah memasang Gerbang Tori lain, Asheel melambaikan tangannya dan sebuah pedang muncul.

Melihat itu, Sera mengerutkan kening sebelum ekspresinya berubah, "Jangan bilang-"

Itu terlambat karena Asheel sudah menebas pedangnya ke depan. Dia segera mendorong kepala Ophis dan Merlin ke bawah.

Slash!

Cahaya pedang memotong secara horizontal dari ayunan serangan Asheel. Itu menyebabkan serangan yang dahsyat namun rapi.

Seluruh gunung bergetar saat burung-burrung terbang dari pohonnya. Itu terus bergetar selama beberapa detik hingga seluruh tanah tumpah ke bawah.

"Aneh, padahal aku hanya menggunakan sedikit tenaga," Asheel menggaruk kepalanya saat melihat dampak serangan yang dihasilkannya.

Sejauh mata memandang, itu datar dengan tanah! Gunung yang awalnya indah menjadi gundul dan tumpul.

"Idiot!" Sera langsung memukul kepalanya dari belakang. "Bisakah kamu memberi aba-aba terlebih dahulu ?!"

"Aku sudah tahu jika kamu akan bereaksi cepat," kata Asheel sambil memegangi kepalanya, wajahnya terlihat tidak menyesal.

"Idiot!" Sera memukul kepalanya lagi.

"Serangan skala itu tidak akan membuat kukitmu tergores, kan?" tanya Asheel sambil memasang wajah bingung.

"Tetap saja, itu akan memotong pakaianku!"

"Baguslah...."

"Bagus pantatmu!"

"....."

Ophis tetap tanpa ekspresi dan sepertinya tidak pernah bosan dengan interaksi mereka berdua sementara Merlin memiliki mata berbinar di wajahnya

...

Beberapa saat telah berlalu setelah Sera dan Asheel bertengkar di antara mereka sendiri.

Asheel telah memulihkan sebagian hutan gunung yang tumpul dengan menciptakan berbagai batu dan pohon, serta memindahkan seluruh tanah yang tumpah akibat tebasan pedang sebelumnya.

Selanjutnya, dia menciptakan beberapa bangunan di atas tanah yang telah dipulihkan.

Bangunan itu benar-benar alami dan sangat cocok dengan suasana pegunungan.

Dengan paving yang sudah di pasang di antara rerumputan, sumur mata air, gudang, dan bangunan lain yang tampak seperti bangunan tradisional Jepang dan Cina.

Di halaman belakang terdapat paviliun untuk minum teh dan kolam berisi ikan.

Alasan bangunan itu juga disebut kuil (shrine) karena tepat didepan pintu utama kuil terdapat sebuah kotak dengan tepat diatasnya adalah sebuah lonceng.

Kotak itu untuk melempar koin dan berdoa, dengan lonceng juga masuk dalam prosesnya. Tepat di atas tempat untuk berdoa terdapat sebuah papan dengan simbol Chaos.

Di dekat gerbang tori kedua yang letaknya berada di sebelah puncak tangga terdapat sebuah paviliun kecil dengan ember air untuk seseorang menyucikan diri. Di Gerbang Tori itu juga terpasang papan bertuliskan Chaos Temple.

Yah, itu semua muncul dengan sendirinya hanya dengan Asheel memikirkannya. Seperti yang dikatakan sebelumnya, dia bisa menciptakan apapun yang dia inginkan hanya dengan pikirannya.

"Apakah ini bangunan sekte atau kuil...?" Sera tidak bisa tidak berkata setelah melihat bangunan tradisional didepannya.

Jika dilihat, itu adalah sebuah sekte, jika diperhatikan sekali lagi, itu adalah sebuah kuil. Tapi sekte tidak akan disebut sekte jika tidak ada kumpulan orang didalamnya.

"Sama saja, kan? Terserah kamu akan menyebutkannya apa," Asheel tidak mempermasalahkannya.

"Itu hebat!" Merlin tiba-tiba berseru dari samping dan matanya berbinar saat melihat bangunan yang belum pernah dia lihat dalam hidupnya.

"Aku ingin membangun sebuah kastil disini," Ophis tiba-tiba berkata.

Mereka semua tidak bisa berkata-kata. Semua kerajaan di dunia ini dibangun dengan gaya kastil istana, termasuk Belialuin. Itulah kenapa Merlin adalah yang paling menolak saran itu.

"Tidak bisa, aku menyukai bangunan ini!" Merlin berseru.

Ophis hanya menatapnya dan tidak mengatakan apa-apa.

"Merlin-chan sangat bersemangat," Sera tersenyum melihatnya.

Baru saat itulah Merlin tersadar dan dia menjadi malu. Kepalanya menunduk saat dia mencoba untuk menyembunyikan rona merahnya.

"Kalau begitu, aku akan memasang beberapa penghalang terlebih dahulu," kata Asheel sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang.

"Bisakah kamu menciptakannya secara instan?" tanya Sera.

"Yah, aku tidak tahu. Yang ini sepertinya harus satu persatu," jawab Asheel dengan pose mengukur.

"Terserah, aku mau masuk dulu." Sera tidak menunggu Asheel merespon dan langsung masuk rumah tradisional itu sambil mengulet, "Ahh~, sangat melelahkan terbang sepanjang hari, dan juga harus bertengkar bodoh dengan pria penuh kebencian ini membuatku semakin lelah."

Asheel hanya melihat punggungnya sebelum menggelengkan kepalanya, 'Dia kembali ke dirinya yang biasa.'

Setelah itu pun, dia juga pergi untuk menyiapkan beberapa hal. Tanpa diduga, Merlin mengikutinya dari belakang sambil bertingkah malu-malu.

"Akan membosankan melihatku memasang array, tidak apa-apa?" kata Asheel saat melihat Merlin kecil.

"Tidak apa-apa, aku juga ingin belajar semua hal dari Asheel!" kata Merlin dengan semangat.

Asheel tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Mereka berjalan memutari seluruh kuil dan berhenti sejenak di setiap sisi gunung. Setiap dia mencapai titik yang ditentukan, dia akan menciptakan sebuah patung batu dengan berbagai macam bentuk hewan.

Di sisi utara, dia akan menciptakan patung batu berbentuk kura-kura hitam dengan ular emas yang melilitnya.

Di sisi timur, dia akan menciptakan patung batu berbentuk Naga Azure bersisik biru dan hijau.

Di sisi selatan, dia akan menciptakan patung batu berbentuk burung vermillion yang mirip phoenix.

Di sisi barat, dia akan menciptakan patung batu berbentuk harimau putih yang terlihat gagah dan mengintimidasi.

Asheel mengambil referensi dari Empat Binatang Mitos dari mitologi Jepang, atau yang sering disebut Empat Dewa Penjaga Arah Mata Angin.

Keempatnya adalah Genbu (Kura-kura & Ular), Seiryu (Naga), Suzaku (Phoenix), dan Byakko (Harimau Putih).

Karena dia memiliki otoritas tertinggi di dimensi ini, dia juga bisa menciptakan sebuah jiwa. Keempat binatang buas penjaga itu tercipta dari jiwa ilahi, yang membuat mereka menjadi Empat Penjaga Binatang Ilahi.

Keempat binatang itu adalah pertahanan terakhir gunung ini, yang mana menjadi penjaga di setiap sisi kuil. Masing-masing dari mereka bisa setara dengan Dewa dunia ini jika mereka menggunakan kekuatan penuhnya.

"Kenapa kamu membuat patung-patung ini, Asheel?" Merlin bertanya dengan mata penasaran saat melihatnya menciptakan keempat patung dari udara tipis.

"Tunggu saja, ini akan menjadi sebuah kejutan." Asheel hanya tersenyum saat dia memasukkan jiwa ilahi lain ke dalam patung.

"Aku sudah tidak sabar...!" Merlin bergumam dengan suara rendah, dia tetap menunggu selama ini dan tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.

Patung-patung itu bukanlah patung biasa, melainkan patung yang terbuat dari material terkeras yang dapat menampung jiwa dan mana. Selain itu, material itu juga bisa menyerap energi apapun secara otomatis sebagai pemasok untuk menggerakkan array.

Jadi, jika seseorang ingin menggunakan array, pengguna tidak perlu menggunakan energinya sendiri untuk menyuplai energi karena patung itu bisa menyimpan energi terbatas didalamnya.

Dengung!

Seolah keempat patung itu sudah berada pada tempatnya, itu mengeluarkan suara dengungan yang merdu. Masing-masing patung bersinar dengan warna mereka sendiri, yang melambangkan elemen yang mereka kendalikan.

Segera, keempat sosok raksasa muncul. Itu mangambang di setiap sisi gunung.

Keempatnya adalah; Genbu, Suzaku, Seiryu, dan Byakko!

Saya tidak bisa memikirkan array yang lebih baik.

Thx

Nobbucreators' thoughts