webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Pendewaan

Setelah Dewa Tertinggi muncul, pengepungan Outsider bisa diatasi di sisi medan perang lain. Tidak hanya Dewa Tertinggi, prajurit Klan Dewi juga itu muncul dengan kembalinya pencipta mereka.

Bahkan dengan itu, jumlah tersebut masih belum bisa menandingi banyaknya Outsider yang menyerbu ke segala arah. Dewa Tertinggi dan Naga Emas langsung disibukkan kembali.

Kedua Dewa itu akan melawan makhluk yang lebih kuat, ditambah lagi Dewa Tertinggi menggunakan teknik cuci otaknya agar Outsider saling menyerang satu sama lain.

Untuk hadiah Asheel sebelumnya, pada akhirnya Ban yang menggunakannya, dan dengan demikian dia menjadi abadi sekali lagi. Melascula yang Asheel bebaskan sebelumnya tidak banyak membantu karena keahliannya dalam mengekstrak jiwa lawannya tidak aktif pada Outsider. Outsider kali ini sebenarnya lebih kuat jika dibandingkan dengan invasi sebelumnya. Selain itu, meski Outsider yang mereka lawan adalah binatang buas, jiwa mereka jauh melampaui kualitas jiwa penduduk Britannia, yang membuat Melascula sama sekali tidak bisa mengekstrak jiwa mereka. Karena keahlian yang paling dibanggakannya tidak berguna, Melascula hanya bisa bertarung dengan mengndalkan racun korosifnya.

Tujuh Dosa Mematikan dan yang lainnya juga ikut bertarung sambil memantau situasi di langit. Saat itu, Asheel sedang bertarung dengan seorang wanita cantik.

Apalagi, pandangan pertarungan itu sangat menakjubkan. Wanita itu menciptakan berbagai jenis es dari ketiadaan dan melemparkannya ke Asheel, tapi yang terakhir bahkan tidak perlu menghindarinya.

Pertarungan keduanya sangat membuka mata bagi penduduk Britannia.

Saat itu, ledakan tiba-tiba terjadi dari arah Danau Calisbury. Bayangan raksasa melonjak satu persatu dan menampilkan sosok mereka sepenuhnya. Segera, langit dipenuhi oleh makhluk humanoid yang melayang dengan berbagai bentuk. Masing-masing kekuatan makhluk bayangan itu sangat menindas, hingga seolah-olah mereka terasa seperti prajurit para dewa.

"Itu...!"

Meliodas, Elizabeth, Melascula, dan Dewa Tertinggi membelakakan matanya. Zeldris, Mael, Ludociel, Gloxinia, dan Drole yang berada di tempat lain juga sama.

"Pria kegelapan itu ... orang yang telah mengakhiri musuh terkuat Outsider di masa lalu!"

"Orang itu di pihak mana?!"

Mereka panik, lagipula kekuatan itu mampu menghidupkan orang mati. Tidak bisa dibayangkan berapa jumlah pasukan bayangan yang dikumpulkan pria kegelapan itu pada invasi terakhir.

"Merlin, kau tahu orang itu, kan?" tanya Elizabeth dengan khawatir.

"Dia adalah Ashborn, kurasa di pihak kita." Merlin menjawab, kemudian mengalihkan pandangannya ke Sera.

Sera yang ditatap hanya mengangkat bahu. Dia berdiri disini hanya sebagai pajangan. Seperti biasa, dia terlalu malas untuk terlibat dalam masalah ini.

Dia lebih khawatir tentang Asheel, karena itu dia menggunakan sebagian besar fokusnya di sana, mengawasi tindakannya saat bertarung melawan kultivator wanita itu.

Tiba-tiba Sera sedikit melebarkan matanya, "Itu...!"

Clap!

Es merambat dengan kecepatan yang sangat menakutkan, meluas menyelimuti seluruh dunia, hingga gelembung yang membungkus Britannia ditumbuhi oleh bunga es yang suhunya sendiri sangat dingin.

Dalam sekejap, seluruh dunia membeku, termasuk Outsider yang menyerbu, mereka semua tidak bisa bergerak karena ruang dan waktu benar-benar telah berhenti berfungsi.

Konsepnya sama seperti sebuah mesin yang dipaksa untuk membeku, karena dengan begitu sistem yang menjadi proses jalannya mesin itu bekerja tidak akan bisa berfungsi karena macet. Ruang dan waktu Britannia juga sama, fungsinya telah sepenuhnya dibekukan hingga tidak ada satupun makhluk yang mampu bergerak. Sungai waktu benar-benar telah dibekukan oleh seseorang!

Bahkan Ophis, Naga Emas, Dewa Tertinggi, Ashborn, dan Merlin juga ikut membeku.

Makhluk Trascend seperti mereka memang sudah sepenuhnya terbebas dari kekangan ruang dan waktu, tapi mereka tetap akan terpengaruh jika teknik tertinggi seperti ini dilancarkan.

Ashborn mungkin yang paling malang. Dia baru saja menaiki panggung tapi semua pergerakan dan prajurit bayangannya ikut membeku, dia bahkan tidak menyadari jika waktu ruang ini telah terhenti.

Sera mengerutkan kening.

Kemudian, dia menyentuh bahu Ophis yang juga tetap diam disampingnya.

"Uh?" Ophis mengedipkan matanya beberapa kali sebelum melihat sekeliling dengan terkejut. "Apa kali ini?"

"Seseorang membekukan ruang dan waktu, sepertinya pelakunya adalah wanita itu." Sera memberitahu sambil menunjuk Shen Ying yang saat ini berusaha melarikan diri, tapi tidak berhasil karena ruang Omniverse area ini telah diblokir.

"Baguslah," Ophis menyuarakan pendapatnya. Lagipula, dengan begini dia tidak perlu bertarung lagi.

Toh sejak awal, Ophis tidak akan bertarung kecuali Sera yang menyuruhnya.

Serahkan saja pada Naga Emas yang haus pertempuran, dia cukup bisa diandalkan.

Naga Emas adalah fusi dari keempat Saint Beast, tapi dia juga bisa mewujudkan dirinya sendiri tanpa mereka. Saat ini, dia berada dalam wujud fusi, tapi meski dengan itu, dia tetap membeku.

Sera kemudian juga menyentuh Merlin, dan dengan begitu Merlin juga ikut terbebas dari pembekuan waktu.

Setelah mendengar apa yang terjadi dari mulut Sera, Merlin kemudian melihat langit dengan sangat terkejut.

Dia bisa melihat jika gletser seukuran alam semesta sedang melayang tepat di atas Britannia, tapi beberapa saat kemudian gletser itu pecah menjadi serpihan sebelum tersapu oleh badai yang terjadi di kehampaan.

"Pandangan kita terdistorsi saat melihat kehampaan. Atau apakah itu pembiasan? Asheel masih bisa terbebas setelah terkurung dalam gunung es sebesar itu." Merlin mengungkapkan keheranannya. Setiap kata yang dia ucapkan mengandung kekaguman.

"Bukan hanya pandangan kita yang terdistorsi, ruang dan waktu juga. Sebenarnya, waktu disini berjalan lebih cepat daripada diluar. Selain itu, ukuran itu benar-benar nyata. Gunung es itu lebih besar dari alam semesta." Sera menjelaskan.

"Sebesar itu? Tapi bukankah itu tampak lebih kecil?"

"Seperti yang kamu bilang sebelumnya, Merlin-chan. Pandangan kita terdistorsi. Asheel yang tampak dekat, sebenarnya berada sangat jauh dari kita. Sedangkan gunung es yang besarnya tampak normal, sebenarnya lebih besar dari alam semesta." Sera tersenyum kecil.

Merlin mengangguk, dan setelah keheningan sesaat, dia membuka mulutnya: "Sera-nee, bisakah kamu juga membebaskan mereka?"

Merlin menunjuk ke arah teman-temannya, peliharaannya, dan juga Dewa Tertinggi. Dia melanjutkan, "Jika mereka beristirahat di waktu yang membeku ini, mereka bisa melanjutkan pertarungan dengan lebih bertenaga setelah waktu kembali berjalan."

"Sebelum itu, tidakkah kamu penasaran bagaimana kamu bisa begitu eksis saat ini?" Sera bertanya sambil tersenyum padanya.

"Eh?" Merlin tiba-tiba ingat kejadian tadi malam saat Asheel menghentikan waktu. Dia lalu berbicara dengan tergagap, "A-Aku tidak bernapas!?"

"Tepat sekali, kamu menggunakan energi dewa untuk bisa hidup di waktu yang membeku ini."

"Energi dewa? Aku?" Merlin memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Ya, pasti kamu sudah merasakannya sendiri. Suatu kekuatan asing yang baru-baru ini mendiami tubuh dan jiwamu."

"Ini..? Ini kekuatan dewa!?" Merlin berseru dengan terkejut. Apakah dia akan menjadi dewa?

Hanya memikirkannya saja dia menjadi sangat bersemangat. Apakah akhirnya dia bisa bersanding dengan Ophis, Asheel, dan yang lainnya?

Sera terkekeh, "Lihatlah, kamu tampak begitu bahagia. Kamu mungkin pernah tidak enak badan sesekali, tapi itu salah satu gejala umum yang timbul saat seorang fana tiba-tiba mengalami proses pendewaan. Pada kasusmu, sepertinya kamu cepat beradaptasi dengan kekuatan dewamu yang baru tumbuh itu."

Merlin terdiam sejenak, sebelum menatap tangannya sendiri dengan seksama. "Jadi inilah kekuatan Dewa? Luar biasa! Rasanya seperti aku bisa menyelimuti seluruh dunia dengan kekuatanku!"

"Fufu, itu perasaan terobosan yang luar biasa, tapi memang sangat umum terjadi saat seseorang mencapai terobosan tertentu. Perasaan menjadi tak terkalahkan setelah mendapat kemampuan baru. Selamat, Merlin-chan. Kamu bisa merasakannya."

"Eh?" Merlin tertegun, sebelum tersipu malu sambil menggaruk kepalanya. Apakah tindakannya baru saja terlihat aneh? Dia menggelengkan kepalanya sebelum bertanya, "Bagaimana aku bisa mengalami proses pendewaan?"

"Hm, itu pasti kamu sering berinteraksi dengan Ophis-chan. Dengan naluri dan bakatmu dalam manipulasi energi langit dan bumi, kamu bisa menyentuh energi dewa. Terlebih lagi, tubuhmu sudah pernah merasakannya sendiri, dan selama 3000 tahun, itu terus mencoba beradaptasi dengan energi baru."

Hanya mendengarnya sekali, Merlin langsung tercerahkan. Dalam beberapa pertempurannya, dia kadang-kadang akan menggunakan ular milik Ophis untuk mengisi energinya. Kalau begitu, mungkinkah Escanor juga bisa menjadi dewa?

Lagipula, tubuh Escanor versi sebelumnya pernah menerima energi dewa milik Ophis, dan itu juga menyembuhkan jiwanya yang dikorbankan untuk menggunakan teknik «The One: Ultimate». Sekarang, tubuh Escanor mengalami rekonstruksi, atau lebih tepatnya telah diciptakan ulang. Jiwanya juga masih sama setelah ditambal oleh kekuatan dewa milik Ophis.

Semua faktor itulah yang membuat Merlin berpikir jika Escanor juga bisa menjadi dewa. Tapi, apakah menjadi dewa itu mudah? Bahkan jika pernah bersentuhan dengan energi dewa, seseorang tidak akan bisa menjadi dewa begitu saja. Kalau tidak, dewa akan menjadi seperti sayuran di pasar, dapat ditemukan dimana-mana.

Mungkin jika itu Mid Abyss atau Low Abyss, itu memang masih mungkin. Tapi tempat ini adalah Low Abyss, yang mana keberadaan jiwa berkualitas yang dapat mengalami pendewaan di tingkatan alam ini termasuk sedikit.

"Tapi, Merlin-chan..." Nada yang keluar dari mulut Sera tiba-tiba menjadi berat dan serius. "Aku lebih suka jika kamu tetap menjadi manusia."

"Hah?!" Merlin terkejut, sebelum buru-buru bertanya dengan mendesak: "Kenapa?"

"Menjadi dewa berarti kamu meninggalkan kemanusiaanmu. Yah, mungkin itu tidak terlalu terasa pada awalmya, tapi pandanganmu saat melihat makhluk yang lebih rendah akan terkesan berbeda. Kamu akan melihat manusia seperti binatang ternak, dan kamu tidak akan pernah bisa mengakui mereka lagi tidak peduli pada kenyataan seberapa hebat mereka. Jika saja terdapat seorang manusia yang melebihi harapanmu, dan kamu bertentangan dengannya, maka itu akan menjadi kutukan awalmu. Kamu tidak akan pernah bisa mengakui manusia itu, harga diri seorang dewa tidak akan membiarkan seorang manusia fana berani merendahkannya. Itulah kenapa banyak dewa dimata banyak orang terkesan munafik. Mereka memang menjadi orang munafik yang tidak masuk akal."

Merlin terdiam sekali lagi, "Benarkah aku akan menjadi orang seperti itu?" Dia bahkan tidak berani membayangkan dirinya yang bersikap tidak masuk akal seperti itu.

"Yah, itu terjadi pada kasus banyak orang. Tapi sepertinya kamu berbeda."

"Jadi, haruskah aku menjadi seorang dewa, ataukah mempertahankan kemanusiaanku?" Merlin mengalami konflik internal.

"Itu adalah dilemamu." Sera mengangkat bahu, sebelum mengelus dagunya. "Kemanusiaan, ya? Sebenarnya, Merlin-chan. Hanya itu saja kemanusiaan yang tersisa dalam dirimu."

"Uhh, aku sungguh sadar diri...!" Merlin merasa seperti telah dikalahkan.

Bahkan tanpa menjadi seorang dewa pun, Merlin sudah tampak tidak manusiawi. Seolah-olah kebaikan yang dia tunjukkan kepada orang luar itu hanya memberi kesan semata. Lagipula, dia adalah orang yang egois dan tidak pernah mempedulikan orang-orang yang tidak dia kenal.

Tapi berbeda dengan teman-temannya. Mungkin, itulah kemanusiaan yang tersisa dalam dirinya?

Lagipula, dia tidak perlu menjadi dewa hanya untuk mengejar keabadian. Dia sudah abadi dengan cara menghentikan pertumbuhan tubuhnya sendiri. Dia bahkan bisa berubah menjadi loli dengan sihirnya.

"Bisakah aku tetap seperti ini, setengah manusia setengah dewa. Karena dengan begitu, aku bisa menggunakan dua jenis energi pada saat yang bersamaan, yaitu kekuatan sihir dan kekuatan dewa." Merlin bertanya.

"Kekuatan dewa bisa membuat kemampuanmu meningkat, kan?"

"Ya," Merlin mengangguk.

"Apa yang kamu alami hanya reaksi awal saja. Itu karena kekuatan dewamu baru saja tumbuh. Saat kekuatan dewamu menjadi lebih banyak di masa depan, akan terjadi penindasan kekuatan dalam dirimu. Kekuatan dewamu akan mendominasi kekuatan sihir. Itu adalah reaksi alami karena kekuatan dewa adalah keberadaan energi yang lebih tinggi."

Merlin terdiam, merasa tak berdaya. "Jadi, jalan menjadi dewa sudah tak terelakan untukku?"

"Tenang saja, kamu masih punya banyak waktu untuk memikirkannya. Untuk seorang fana yang tiba-tiba mengalami pendewaan, biasanya akan membutuhkan waktu 100 tahun hanya untuk orang itu bisa menyentuh kekuatan dewa. Tapi di kasusmu, kamu bahkan sudah bisa menggunakannya. Meski begitu, proses pendewaan sudah berjalan, dan itu memotong waktumu sebelum benar-benar naik menjadi seorang dewa. Yah, aku yakin jika itu kamu, kamu pasti bisa memikirkan jalan terbaik untuk dirimu sendiri."

'Mata yang bercahaya akan keyakinan yang ditujukan padaku itu...! Uhh, sangat curang saat Sera-nee menaruh harapan besar lagi padaku. Tidak ada pilihan lain lagi, aku akan menghadapi diriku sendiri! Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri!'

Merlin merasa bertekad. Motivasi telah tumbuh dalam dirinya, tapi dia masih mengingatkan Sera:

"Umm, Sera-nee. Apakah kamu benar-benar tidak bisa membebaskan sekaligus melindungi mereka?"

Karena anggota keluarganya telah meminta tolong padanya, maka Sera hanya akan membantu. Pada akhirnya, dia menciptakan sebuah penghalang yang memisahkan ruang dan waktu agar Tujuh Dosa Mematikan dan yang lainnya bisa eksis di waktu yang membeku ini. Kemudian, pandangannya beralih ke Asheel yang sedang dipukuli saat ini.

"...."