webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Oshiro-sama

"Heh, penipu, ya? Setelah kita mengobrol empat mata seperti ini, mungkin kita bisa akrab." kata Asheel sambil mengeluarkan senyum main-main.

"Akrab? Huh, aku tidak akan tertipu lagi dengan penampilanmu!" Zora mendengus.

"Kakak...!"

Suara imut terdengar di telinganya saat dia menoleh ke sumber suara. Dia sedikit terkejut saat melihat Asheel berada tepat di depannya.

'Sejak kapan?'

Dia menjadi frustasi karena tidak bisa mengikuti kecepatan Asheel, karena dengan begitu akan menjadi bukti jika dia bisa dibunuh kapan saja olehnya.

Saat dia sedang dalam konflik batin, dia mendengar suara imut lagi.

"Kakak..."

Asheel memasang wajah memelas sambil menarik-narik ujung pakaian Zora.

Zora tertegun dan linglung sejenak sebelum dengan keras menggelengkan kepalanya dan menepuk-nepuk pipinya. "Lepaskan, aku tidak akan tertipu lagi!"

Zora segera mencengkram tangan mungil Asheel.

"Ahh, sakit kakak! Kamu menggenggamnya terlalu keras!" Tubuh Asheel tersentak saat matanya berkaca-kaca, air mata mengancam akan jatuh.

Zora yang melihat ekspresi wajahnya merasa hatinya telah retak. Dia mengerti jika yang didepannya adalah wujud kejahatan dan penipuan, tapi tetap saja...

'Sangat imut!' Zora berseru dalam pikirannya, tapi segera menggelengkan kepalanya sekali lagi. 'Tidak, tidak, sadarlah Zora! Kamu tidak akan tergoda dengan belas kasihan terhadap setan kecil di depanmu!'

Dia segera mendengus, "Hmph, meskipun kamu memasang wajah yang lebih menyedihkan, aku tidak akan terpengaruh sedikitpun. Aku sudah tahu wajah alsimu, percuma saja!"

Mata Asheel melebar saat dia menangis, "Waaaaa, kakak menggertakku. Waaaaa..!"

"Aiyaaa, jangan nangis. Jangan khawatir, kakak ada disini. Ehh, apa yang kulakukan !?"

Ekspresi Zora berubah-ubah saat dia mencoba menghibur Asheel, tapi keraguannya yang tinggi membuatnya terhambat.

"Waaaaa...!" Asheel masih menangis.

Zora benar-benar panik saat ini, 'Sial, aku akui caramu benar-benar ampuh, tapi... tapi..."

Saat dia bingung, matanya secara tidak sengaja menangkap seorang prajurit Celestial yang sedang menuju kemari.

"Waaaa....!"

'Apa yang harus kulakukan?! Aku tidak bisa membiarkan orang itu melihatku bersama dengan seorang bocah yang sedang menangis. Apa yang terjadi jika dia salah paham dan mengira jika aku menggertaknya?'

"Aku akui aku kalah saat ini," Zora menggetarkan gigi. Tanpa pilihan lain, dia segera memeluknya dan mengubur kepala Asheel ke dalam dadanya.

Dia lalu mengangkat Asheel dan membawanya ke sisi lain bongkahan batu besar di dekatnya.

"Diamlah, ada seseorang yang akan datang." Sera berbisik sambil memeluknya.

"Kakak tidak akan jahat padaku lagi...?" Asheel mengangkat kepalanya dengan mata berkaca-kaca.

"Situasinya sudah berubah, kenapa kamu masih bermain peran anak kecil?" Zora berkata seperti itu karena sudah tidak tahan lagi.

"Tapi, kakak membenciku... Aku tidak ingin dibenci oleh kakak. Kakak, bisakah kamu memaafkanku....?" Wajah memelas dan memohon Asheel terlihat sangat alami hingga orang lain tidak akan bisa membedakan jika dia sedang berakting.

"Apa yang kamu katakan? Tentu saja itu..." Zora ingin mengatakan jika dia membencinya, tapi melihat ekspresi Asheel saat ini membuatnya ragu-ragu.

Asheel terdiam dan mundur beberapa langkah, sehingga bisa terlepas dari pelukannya. Dia memasang wajahnya yang biasa dan melompat ke atas bongkahan batu besar di depannya.

"Apa yang kamu lakukan? Bukankah aku bilang jika ada seseorang di sekitar sini !?" Zora segera berseru setelah melihat aksi Asheel.

"Tenang saja, dia sudah pergi." Asheel melambaikan tangannya sebelum menyeringai, "Tapi aku tidak menyangka kamu akan jatuh semudah itu. Seperti yang diharapkan darimu, Faker."

"Itu karena kamu curang! Dan meskipun aku memang seorang tiruan, tetap saja aku seorang makhluk berakal. Bisakah kamu berhenti memanggilki dengan sebutan itu !?"

"Apakah ada masalah dengan namanya, Faker?"

"Kamu sangat tidak menghargaiku padahal aku adalah..."

"Aku adalah orang yang menciptakanmu?" Asheel sudah memotongnya sebelum Zora bisa menyelesaikan kalimatnya. "Ya, benar. Tapi meskipun begitu, mulai sekarang, aku ingin kamu untuk terus membenciku."

Mata Zora membelalak setelah dia mendengar hal itu, meskipun dia tidak ingin mengakuinya, tapi dia sangat terguncang di hatinya. Dia bergumam, "K-Kenapa?"

"Kamu harus tahu jika keberadaanmu ada dari pemikiran idealku tentang Sera. Jika kamu terus memenuhi harapanku, aku takut..." Asheel tidak bisa menyelesaikan kata-katanya.

Zora tahu apa yang ingin dikatakan Asheel, dan dia entah kenapa merasa sedikit sedih. Jika dia terus menunjukkan sikap baik kepadanya, Asheel takut dirinya akan jatuh pada kasih sayangnya. Bagaimana reaksi Sera jika dirinya juga mempunyai perasaan pada tiruannya?

'Tapi ini memang cocok, aku harus membencinya untuk bisa merebut Onee-sama dari tangannya. Kurasa ini adalah hubungan kita mulai sekarang, tapi sekarang ... aku merasakan kehilangan dan entah kenapa aku telah mengarah ke jalur yang tidak benar...'

Setelah menghela napas dan menenangkan diri, Asheel berkata dengan nada yang berat, "Begitulah, bahkan jika aku harus melakukan tindakan keji sekalipun agar kamu bisa terus membenciku, aku akan tetap memaksa menggunakan cara itu."

"Kamu...!" Zora menatap Asheel dengan tidak percaya. Kegelisahan di hatinya tumbuh semakin kuat. "Seperti yang aku katakan sebelumnya, kau sangat curang, Kami-sama."

"Oh, apakah kau menggodaku dengan memanggilku seperti itu?" kata Asheel dengan main-main. "Tapi aku merasa kecewa dan senang secara bersamaan. Kecewa karena kamu tidak membenciku setelah aku mengatakan itu, dan senang karena kamu masih menerimaku."

Zora terdiam karena yang dikatakan Asheel memang benar.

"Itu akan menjadi kutukanmu mulai saat ini. Kau dan aku akan terikat oleh emosi kita masing-masing. Aku akan senang jika kamu mampu membenciku, tapi juga sedih pada saat bersamaan."

Asheel mengeluarkan senyum terbaiknya yang penuh kasih. "Ini adalah senyum tulusku yang terakhir kali untukmu."

Zora menggigit bibirnya saat melihat senyuman indah dari bocah di depannya.

"Lalu untuk saat ini, kau bisa kembali. Aku masih ada urusan di tempat ini."

"Eh?" Zora yang terbangun dari rasa kekecewaan itu lalu menampilkan ekspresi bingung. "Kamu tidak datang ke sini untuk menemuiku?"

Asheel menatapnya dengan aneh, "Percaya diri sekali, aku datang ke sini untuk menemui Penciptamu."

"Penciptaku?"

Asheel tidak mengatakan apa-apa saat dia mengulurkan tangannya dan menyentuh bongkasan besar itu.

Tiba-tiba, tanah bergetar dan bebatuan melonjak ke atas. Bongkahan itu retak seperti kaca dan terus menjalar hingga mencapai semua bagian. Dan setelah itu, bongkahan besar itu pecah dan menampilkan sesuatu yang hijau di dalamnya.

"Ngh.. Ngh.."

Seekor babi berkulit hijau delima dengan ukuran raksasa bangkit dan menapakkan kaki lucunya dengan mantap di tanah. Babi itu bernapas melalui lubang hidungnya dan mengeluarkan suara oink oink khasnya.

"A-Apa itu?" Zora bertanya dengan kaget saat tangannya sudah bersiap di gagang pedangnya untuk kemungkinan terburuk.

"Makhluk ini adalah dermawan leluhurmu, serta makhluk yang kau puja setiap tahun itu," kata Asheel sambil melipat tangannya, tapi sebuah kerutan dapat terlihat di keningnya.

Dia mengerutkan kening karena mengonfirmasi jika ada sesuatu yang salah pada babi itu.

Mendengar petunjuk Asheel, Zora berkata dengan tidak percaya, "J-Jangan bilang, Oshiro-sama ?!"

"Ya, kalian menyebutnya demikian."

Babi itu, atau yang sekarang disebut Oshiro-sama masih berdiri tegak dengan empat kakinya tanpa bergerak sedikitpun.

"Tapi itu tidak mungkin, Oshiro-sama digambarkan dengan dengan sosok indahnya yang memiliki kulit putih bercahaya!"

Asheel menatapnya sejenak sebelum menghela napas, "Bisakah kamu jangan terlalu akrab denganku, ingat kesepakatan kita sebelumnya."

"Ahh.." Zora menenangkan diri sambil mengeluh di benaknya, 'Kesepakatan apa? Kita belum setuju satu sama lain...'

Dia menggelengkan kepalanya dan merubah ekspresinya sebelum bertanya, "Bagaimana dengan pertanyaanku sebelumnya?"

"Ah, soal warna kulit itu. Jika kamu menggosok lumut hijaunya dengan keras, kamu bisa melihat putih bercahaya itu."

Zora lalu menyentuh kaki gemuk Oshiro-sama dan menggunakan kekuatan kasarnya untuk sedikit melepas lumut di tubuhnya.

Setelah berusaha beberapa saat, cahaya putih yang menerangkan bisa terlihat bahkan jika ini masih pagi hari.

"Woah, Chaos menjelma menjadi babi bercahaya. Benar-benar mengejutkan!" Asheel berseru dan memuji keunikannya, dia masih merasa agak aneh dengan fakta itu.

Sementara itu, Zora masih terkejut, "I-Itu memang Oshiro-sama!"

Lalu dia menoleh ke Asheel, "Kamu sebelumnya bilang tentang Penciptaku, apakah itu Oshiro-sama?"

"Ya, dialah yang menciptakan dunia ini sekaligus dua Dewa dan Pohon Suci secara berturut-turut."

"Tapi bagaimana itu bisa terhubung dengan arti keberadaan sejatiku?" tanya Zora dengan ekspresi kebingungan yang serius.

"Ahh, itu aku malas menjelaskan. Kamu tidak perlu tahu."

Zora hanya menghela napas mendengar itu dan mulai fokus pada Oshiro-sama. Dia sulit untuk mempercayainya jika yang menciptakan dunia ini telah menjelma menjadi seekor babi besar.

Asheel lalu melangkah ke depan dan membuka mulutnya, "Induk Kekacauan, bisakah kamu memberitahuku kenapa kamu tidak lengkap? Sisi kehancuran dan kejahatanmu telah hilang, bagaimana itu bisa terjadi? Dan juga, aku ingin kamu memberitahu tentang kunci kebangkitanmu."

"Ngh.. Ngh.."

"Jadi begitu," Asheel mengelus dagunya dengan ekspresi berpikir. "Lady of the Lake, Pedang Suci, dan Cath Palug, ya? Dunia ini benar-benar mengambil referensi dari Legenda Arthurian."

Sementara Asheel masih merenung, Zora menatap mereka berdua dengan aneh. "Benar-benar percakapan para dewa, aku bahkan tidak bisa memahami apa yang Oshiro-sama katakan."