webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Fcking Twintail

Asheel saat ini sedang berdiri di depan cermin sambil meneguk susu segar, setelah memindai dirinya berkali-kali, dia mengerutkan kening karena mengetahui jika tidak ada peningkatan apapun pada tubuhnya.

"Kenapa tinggi badanku tetap sama? Dan juga, kenapa aku masih terjebak dalam wujud ini?!" Asheel mengeluh sendiri di depan cermin.

"Kenapa cemberut seperti itu? Aku tidak keberatan jika kamu tetap berada dalam wujud itu, kok." Sera terkekeh saat meliriknya.

"Aku yang keberatan!"

"Tapi memang benar, selama ini kamu terus menunjukkan kestabilan dalam dirimu. Sudah berapa tahun kamu tetap dalam wujud itu?"

"Entahlah," Asheel tidak mau mengakuinya. "Merlin sekarang sudah 12 tahun, beberapa tahun berlalu sejak aku bangun dalam wujud ini."

"Benar juga..." Sera menghela napas tapi tidak ada ekspresi khawatir di wajahnya. "Tenang saja, aku akan berusaha bertingkah sebagai Ibumu saat kamu berada dalam mode shota-mu itu."

"Yang benar saja..."

Setelah dia meletakkan gelasnya, Asheel lalu menghampiri Sera yang sedang duduk sofa. Seperti kebiasaan, Sera langsung mengambil tubuhnya dan membawanya ke pangkuannya.

"Haruskah aku membuat beberapa kekacauan agar aku bisa kembali menjadi dewasa lagi? Jika seperti ini terus..."

"Logika macam apa itu?" Sera terdiam sejenak sebelum mengangguk, "Tapi yah, itu sepertinya patut dicoba karena Chaos Distraction sangat tidak terduga."

Sera menyusuri rambut Asheel dan menikmati betapa halusnya itu. "Aku tahu kekhawatiranmu, dengan kamu yang memupuk kemanusiaan di dalam dirimu, kamu khawatir karena jika seperti ini terus, mentalmu bisa berubah menjadi mental seorang bocah."

"Yah, itu juga..." Asheel menghela napas saat dia membiarkan Sera bermain dengan rambutnya.

"Mungkin kamu harus jalan-jalan ke luar dari gunung ini?" Sera menyarankan.

"Apakah ada yang menarik di luar sana? Hanya peradaban kolot dan makanan yang tidak bervariasi, apa yang bisa dinikmati dengan itu? Bahkan belum ada sebuah budaya di antara masyarakat manusia, mereka masih hidup dalam ketakutan akan kekuatan empat ras lain."

"Mungkin menonton Perang Suci akan menenangkanmu? Perang masih termasuk dalam kategori kekacauan," Sera mengusulkan sambil menyisir rambutnya.

"Apa yang menarik dari itu? Semua perang sama saja," Asheel mendesah saat dia menyandarkan tubuhnya ke tubuh Sera.

"Jangan banyak omong, keluar ya keluar. Tenang saja, aku akan menjaga rumah ini." Sera mengelus rambutnya lebih cepat.

"Mencurigakan..."

"Selesai!" Sera tiba-tiba berdiri dan menaruh Asheel di sofanya. "Nah, aku akan mandi, bermainlah dengan Merlin-chan dan Ophis-chan!"

Sera langsung berjalan menuju kamar mandi, meninggalkan Asheel yang sedang berpikir.

"Huh, terserah. Aku akan turun ke bawah," Asheel menghela napas sebelum bangkit dan berjalan keluar ruangan.

Dia sampai di luar kuil dan membuka pintu tertentu di sana. Setelah itu, dia berjalan melalui tangga dan turun ke ruang bawah tanah.

Saat kakinya menapak lorong batu, pencahayaan dinyalakan di area lorong secara otomatis, membuat pandangan sekitar menjadi lebih jelas.

Dia berjalan selama beberapa saat sebelum sebuah pintu canggih muncul di depannya. Melangkah ke samping pintu, dia menyalurkan kekuatannya pada layar kotak yang terpasang di dinding.

Pintu terbuka secara vertikal saat tempat yang membuat mata mengkilap muncul di baliknya.

Teknologi canggih.

Semua yang ada dalam ruangan itu adalah teknologi canggih dari masa depan. Semuanya terbuat dari logam dan kaca, dengan mesin virtual dan hologram.

Alasan Asheel membuat laboratorium tepat di bawah kuilnya adalah untuk menciptakan tubuh fananya. Tubuh fana miliknya sebelumnya sudah hancur karena Ophis meninjunya, walaupun dia mempunyai banyak cadangannya, tetap saja itu semua tidak sempurna saat pukulan Ophis mampu menghancurkannya dalam sekejap.

Kali ini, dia akan menciptakan tubuh fana berkualitas tinggi untuk bisa eksis di Low Abyss. Karena itulah dia mengambil daging Naga Yukane sebelumnya.

Tidak perlu omong kosong bloodline Naga, Phoenix, Void, God, Emperor untuk membuatnya, dia akan mencampur semua bahan yang ada di inventarisnya dan membuat beberapa inti energi yang akan dia tanam ke tubuh barunya.

Karena itulah terdapat sebuah tabung raksasa yang terbuat dari kaca yang 90% isinya adalah cairan, dengan di tengahnya adalah tubuh humanoid yang mengambang.

Itu adalah tubuh fisik dengan penampilan yang sama persis dengan Asheel, namun tidak ada alat reproduksi pada tubuh itu.

Tentu saja dia akan menggunakan penis aslinya untuk berhubungan seks, sialan! Menggunakan penis palsu sama saja dengan selingkuh, dan dia tidak akan pernah melakukan itu.

"Apakah kamu begitu putus asa untuk kembali ke wujud dewasamu sampai membuat tubuh palsu ini?"

Sebuah suara gadis terdengar dan Asheel menoleh ke arahnya. Dia bisa melihat Merlin yang mengenakan jas lab dengan permen sunduk di mulutnya. Merlin tersenyum sambil mengamati tubuh baru itu, dengan tubuhnya sendiri mengambang di udara.

Rupanya Merlin menggunakan sihir uniknya, Infinity, dan menerapkan sihir terbang ke tubuhnya sendiri. Dengan bantuan Ophis, dia dapat mengatur aktif atau tidaknya sihir itu karena Ophis sendiri mampu mengendalikan ketidakterbatasan pada tubuhnya.

Asheel menghela napas saat melihat Merlin yang telah tumbuh menjadi gadis cantik berusia 12 tahun, sementara dirinya masih terjebak pada tubuh 7 tahun ini.

"Ah, Merlin-chan. Bukan begitu, aku hanya menciptakan tubuh baruku untuk bisa bergerak bebas di berbagai dimensi. Intinya, aku butuh sebuah tubuh fana untuk bisa eksis di dunia ini," Asheel menjelaskan lebih lanjut.

Merlin mendengarkan dengan cermat, tapi kemudian menatapnya dengan aneh sebelum menahan tawanya.

Asheel yang melihat ekspresi aneh pada Merlin menjadi cemberut, "Huh, kenapa? Apa ada sesuatu di wajahku?"

"Kahahaha!" Merlin tidak tahan lagi sebelum tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat dia menjadi tenang dan mengacungkan jempolnya ke Asheel, "Jangan khawatir, kamu sangat cocok dengan gaya itu!"

"Gayaku?" Asheel memiringkan kepalanya sebelum merasa rambutnya jatuh ke bahunya. "Hmm?"

Dia buru-buru melambaikan tangannya dan sebuah cermin muncul di tangannya. Dia melihat wajahnya sendiri dan tidak ada yang salah, tapi gaya rambutnya....

"F*ckinh twintail!" Dia mengutuk tanpa sadar kemudian mengutuk kembali sekeras yang dia bisa, "SERA !!!!"

"Kahahaha!" Merlin hanya tertawa saat melihat itu karena gaya rambut Asheel saat ini adalah twintail.

Karena rambut Asheel panjangnya mencapai leher, Sera bisa mencoba berbagai gaya rambut padanya. Itulah kenapa dia mencoba mengutuk Sera.

"Jangan tertawa, Merlin-chan!"

"Merlin-chan?" Merlin mengulangi sebelum cemberut kemudian dengan bagaimana Asheel memanggilnya sebelumnya. "Sudah kubilang, panggil aku Onee-chan! Kamu sekarang bertingkahlah seperti bocah berumur 7 tahun."

"Apa kau mengejekku?" Asheel mendengus dengan kesal sambil mengembalikan gaya rambut seperti biasanya, tapi cemberut di wajahnya itu membuat Merlin memerah di pipinya. "Dimana Merlin-chan ku yang imut dan ceria? Yang sekarang hanyalah anak pemberontak yang tidak mau mendengarkanku lagi."

"Huh, sejak aku mendalami dunia sihir lebih dalam, aku tumbuh dengan mental seorang penyihir." Merlin juga mendengus dan memalingkan muka, tapi dia kemudian berkata dengan bangga, "Artinya, aku telah menjadi wanita dewasa! Seharusnya kau terpukau padaku sekarang dan segera melamarku!"

Asheel yang mendengar hal itu menjadi terdiam sejenak dan melihat tubuh Merlin dari atas ke bawah, sebelum mengangguk.

"Hmm, tunggu beberapa tahun lagi dan aku benar-benar akan melamarmu."

"Melamarku?" Merlin terdiam sejenak sebelum mendengus, "Huh, tapi apa apaan tatapanmu tadi?! Kau hanya menginginkan tubuhku, kan?" Merlin dengan wajah merah segera menutupi tubuhnya dengan memeluknya menggunakan kedua tangannya.

"Apa apaan juga kepercayaan dirimu itu? Dadamu bahkan belum tumbuh, mungkin..."kata Asheel sambil menggaruk pipinya.

"Haa ?! Apa katamu !?" Merlin menyentak saat mendengar perkataan Asheel, "Baik, karena kau menantangku, akan kutunjukkan betapa menakjubkan tubuhku ini!"

Merlin segera melesat ke Asheel dan memeluknya, membuat wajah Asheek menempel ke dadanya.

Asheel langsung meronta saat tangannya menepuk-nepuk bahunya, "Hentikan, hentikan! Sangat keras!"

"Dasar tidak sopan!" Merlin memeluknya lebih erat, membuat Asheel lebih tidak berdaya.

'Kenapa Merlin-chan menjadi seperti ini...? Mental seorang penyihir? Omong kosong apa! Dia hanya bermain peran menjadi seorang penyihir,' Asheel mengeluh sendiri dalam benaknya.

Ckrek!

"Ufufu, kalian akrab seperti biasanya. Kamu sudah melangkah lebih maju, Merlin-chan."

Sera tiba-tiba muncul sambil membawa kamera di tangannya.

'Cepat sekali!'

Asheel bukan berseru karena kecepatan gerak Sera, tapi karena kecepatan Sera saat mandi.

"Sera-nee!" Merlin langsung melepas Asheel dan menghampiri Sera.

"Aku ingat kamu sedang mandi, tidak seperti dirimu untuk berendam secepat itu."

"Ufufu, sebenarnya itu bohong. Aku memotretmu secara diam-diam selama ini," Sera terkekeh sambil menunjukkan foto Asheel di kameranya.

"Sera!" Asheel langsung menghampirinya dengan kesal, mencoba merebut kamera itu darinya.

Tapi saat memasuki jangkauannya, Sera langsung mengangkat tubunya seperti sedang mengangkat anak kecil dan memeluknya erat-erat.

"Ahh, Asheel. Kamu menggemaskan seperti biasa~" Sera menggosok pipinya sendiri ke pipi Asheel sambil menikmatinya.

Asheel sudah pasrah karena dia sering diperlakukan seperti ini berulang kali.

Setelah Sera meletakkan Asheel di lantai, dia berkata, "Jadi bagaimana? Apakah kamu akan mempertimbangkan saranku sebelumnya untuk keluar dan melihat dunia ini?"