webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Dunia Lain

"Apakah disini?"

Setelah keluar dari Dimensional Gate, yang menyambut mereka adalah tanah hijau dengan bebatuan dan hutan.

Asheel, Sera, dan Ophis setelah tinggal di Alam Dewa dalam beberapa waktu, mereka langsung menuju ke dimensi yang tercipta dari kekuatan Asheel yang terbuang.

"Aku penasaran dunia apa ini," kata Sera sambil melihat sekeliling. Saat pandangannya menyapu Asheel, dia melihatnya sedang berdiam diri diam dan menutup mata.

"Ada apa, Asheel?"

Dalam keadaan itu sejenak, Asheel membuka matanya dan meremas tangannya sendiri untuk memeriksa tubuhnya. Dia lalu menoleh ke Sera, "Sejak aku melangkah ke dunia ini, aku menjadi merasa ringan dan maha kuasa. Mungkin proses penstabilan Inti Kekacauan-ku bisa tertunda."

Sera memiringkan kepalanya, "Apa maksudmu?"

"Aku akan mendemonstrasikannya," Asheel melihat sekeliling untuk mengecek medan. "Gunung," Dia hanya mengatakan satu kata.

Setelah kata itu jatuh, bumi bergetar hebat dan tanah melonjak ke langit. Seolah sesuatu yang besar akan keluar, bumi memuntahkan semua isinya.

Itu adalah tanah yang baru saja tercipta entah dari mana, tanah dan bebatuan terus mengembang ke atas sampai menjadi sebuah...

Gunung!

Sera dan Ophis tetap merasa tenang setelah melihat itu. Sera terdiam dan memikirkan spa yang istimewa tentang itu, "Bukankah semua orang dengan Dao Penciptaan juga bisa melakukan itu? Dengan kekuatanmu, adalah sepotong kue untuk melakukannya."

"Bukan itu," Asheel menggelengkan kepalanya.

"Apa?"

"Aku baru saja melakukannya hanya dengan kehendakku."

Sera tertegun sejenak dan berkata, "Kekuatan itu seperti milik Ayah."

"Ayah mempunyai kekuatan itu karena dia memiliki otoritas di Abyss. Bahkan Chaos yang mengandung wawasan dari Bumi Utama bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang baru saja kulakukan," Asheel mengangkat bahu dan melanjutkan, "Tapi yah, tidak semudah aku."

"Kamu menjadi seorang Tuhan disini," Sera mengatakannya dengan bercanda.

"Seperti itu, aku bahkan bisa menciptakan jiwa dengan bebas di dunia ini," Asheel tertawa.

"Aku tidak akan kaget lagi."

Mereka bertiga mengobrol sejenak dan membahas apa hal baru yang bisa dilakukan Asheel.

Pada dasarnya, Asheel bisa melakukan apa saja dan menciptakan apapun hanya dengan memikirkannya, dan BOOM, itu akan terwujud dengan sendirinya.

Dia adalah keberadaan tertinggi di dimensi ini karena kekuatannya sendirilah yang telah menciptakannya. Hanya dengan kata-katanya dia bisa memengaruhi seluruh dunia ini.

Mereka bertiga mengobrol sebentar sebelum melanjutkan untuk menjelajah wilayah sekitar.

"Ayo kita pergi ke timur, aku merasakan beberapa hawa keberadaan disana."

Sera dan Ophis mengangguk lalu mengikutinya.

Mereka memustuskan untuk menjelajahi dunia ini sejenak dan melihat apa yang menarik dari dimensi ini. Hal itu juga yang menjadi pilihan akan menghancurkan dimensi ini atau tidak setelah Asheel selesai menstabilkan Inti Kekacauan-nya.

Tapi saat mereka melewati hutan, mereka melihat seseorang berlari kelelahan saat dibelakangnya adalah makhluk besar yang sepertinya sedang mengejarnya.

Orang itu terus berlari dan mencoba untuk keluar dari hutan, dengan napasnya terengah-engah.

"Seorang gadis kecil?" Asheel mengerutkan kening saat melihat orang yang dikejar oleh makhluk besar itu.

"Aku tidak bisa membiarkan seorang gadis kecil terluka. Aku menjunjung keadilan untuk gadis kecil!"

Tanpa menunggu dua lainnya, dia langsung bergegas ke depan.

Sera dan Ophis yang ditinggal disana saling memandang dan menghela nafas.

"Dasar lolicon!" Sera mengutuk.

Pada akhirnya, mereka juga mengikuti dibelakangnya.

...

Di hutan.

Seorang gadis kecil dengan rambut hitam pendek dan tahi lalat di bawah mata kirinya sedang berlari menyusuri hutan dengan dibelakangnya adalah seorang Iblis merah mengejarnya.

Tentu saja ada alasan kenapa dia melarikan diri dari makhluk itu.

Semuanya berawal ketika dia kabur dari tempat tinggalnya.

Merlin memutuskan untuk kabur dari Belialuin karena muak dengan kehidupannya yang seperti penjara. Hidupnya dikekang dan dirinya diperlakukan sebagai subjek uji dengan dalih meneliti sihir ultimate.

Sebenarnya dia sangat haus akan cinta dan kasih sayang, karena itu dia berusaha mencarinya. Untuk melarikan diri dari nasib yang mengekangnya, dia kabur dari tempat kelahirannya.

Orang-orang dari Belialuin mengejarnya tapi sebagai anak paling jenius di kota, dia berhasil menghindar dari pengejaran.

Saat dia melintasi hutan, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Iblis. Itu hanya satu Iblis, yaitu Iblis merah.

Tapi rasa ketidakberdayaan dan ketakutan menjalar di seluruh tubuhnya. Hanya melihat monster besar itu saja, dia sangat takut di dalam lubuk hatinya.

Ini adalah pertama kalinya dia menginjakkan kaki ke dunia luar, dan dia belum pernah melihat hal-hal menyeramkan seperti itu secara langsung. Dia hanya pernah melihat Klan Iblis di buku atau mendengarnya dari mulut Ayahnya.

Pada akhirnya, dia hanya bisa menggertakkan gigi dan lari. Di sisi lain, dia juga berusaha untuk merapal sihirnya, tapi emosi negatif terus menyelimutinya yang membuatnya gagal berkali-kali.

Karena dia juga belum berpengalaman, dia harus membagi fokusnya hanya untuk merapal mantra.

Hal itu yang membuatnya merasa kesulitan saat harus merapal mantranya karena dia tidak bisa membagi fokusnya dari melarikan diri.

Iblis merah raksasa di belakangnya menggeram dan terus menerobos hutan dengan tubuh besarnya. Hutan menjadi rata hanya dengan tumbukannya, dan jejak dalam bisa terlihat dari tempat dia melangkah.

Dia mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sebelum memukulnya ke tanah.

BAM!

Seluruh hutan bergetar dan burung-burung berterbangan.

Merlin kehilangan pijakannya dan terjatuh karena kehilangan keseimbangan.

Buk! Buk! Buk!

Suara langkah kaki yang berat terdengar, dengan setiap langkahnya membuat tanah bergetar.

Merlin sangat putus asa saat dia merasakan Iblis merah berada tepat di belakangnya.

Iblis merah memandang rendah Merlin saat perbedaan ukuran dapat dilihat dari mereka berdua.

Merlin yang terjatuh di tanah seperti sedang melihat tebing menjulang. Tubuh besar Iblis terlihat sangat tinggi di matanya.

Akhirnya, Iblis merah mengulurkan tangan gemuknya dan akan meraih tubuh kecil Merlin, tapi....

Slash!

Tangannya berdarah dan terpotong secara tiba-tiba tanpa dia ketahui.

Merlin yang menutup matanya dapat merasakan sosok bayangan dari pandangannya. Membuka matanya, dia melihat punggung seorang pria.

Itu adalah pria dengan rambut hitam panjang dan mengenakan pakaian berupa kain tipis yang menggantung di bahunya. Di tangannya terdapat sebuah pedang yang belum pernah dia lihat.

Pada saat itulah benih-benih emosi muncul di hatinya. Hatinya yang selama ini gelap seakan-akan telah mekar dan berbunga.

Keputusasaan yang ada di hatinya lenyap tak tersisa, digantikan dengan suasana merah muda.

Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari punggung pria itu.

"Gadis kecil, apakah kamu baik-baik saja?"

Dia langsung tersadar dari linglung setelah mendengar suara itu. Melihat lebih jelas, dia bisa melihat pria itu tersenyum ke arahnya.

Asheel memasang senyum terbaiknya saat merasakan gadis kecil itu terus menatapnya. Dia tidak tahu apa yang ada di pikirannya, tapi sepertinya itu bukan hal yang asing.

Tunggu, apakah dia....?!

Dia menggelengkan kepalanya saat merasa dirinya sendiri terlalu percaya diri.

Mengulurkan tangannya, dia mengarahkannya ke gadis kecil itu.

Merlin tertegun dan tanpa sadar meraih tangannya. Saat dia akan berdiri, pijakannya tiba-tiba jatuh saat merasakan sakit di kakinya.

Kakinya terkilir.

Asheel merasa sedikit bersalah karena secara tidak sengaja telah melukai seorang gadis kecil.

"A-Aku tidak apa-apa," gadis kecil itu buru-buru berkata saat melihat Asheel yang menatapnya dengan khawatir.

Asheel tersenyum dan berjongkok, saat ketinggian mereka sama, dia langsung menepuk kepalanya.

"Siapa namamu?

"Aku sering dipanggil Merlin," gadis kecil itu menjawabnya.

"Baik-"

"Grrrrrr!"

Suara geraman memotong perkataan Asheel, dan itu berhasil membuatnya kesal.

Dia langsung melirik Iblis merah itu dengan mata melotot. Matanya bersinar ungu dan terlihat sangat mengancam.

Saat mata Iblis merah itu menatap mata Asheel, dia langsung ketakutan dan mencoba untuk berdiri. Tapi dia merasakan seluruh tubuhnya tidak bisa digerakkan, dan tubuhnya bergejolak dengan aneh dari dalam.

Sebelum Iblis merah bisa mengerti apa yang terjadi, tubuhnya mengembang dan membengkak seperti balon.

BAM!

Tubuh lembut itu tidak bisa menahan kekuatan asing yang memasuki tubuhnya. Akibatnya, dia meledak berkeping-keping.

Spash!

Plak!

Suara daging dan darah yang berceceran bisa terdengar oleh mereka, dan itu terdengar sangat menjijikkan.

Darah ungu membasahi tanah, dan potongan daging menyebar ke segala arah.

Merlin terkejut dengan perubahan itu sampai tidak bisa berkata-kata.

Saat itulah sebuah suara terdengar:

"Asheel, apakah kamu sudah menyelesaikan urusanmu?"

Suara Sera terdengar, dia bersama Ophis langsung menghampirinya.

Asheel langsung menyapanya dengan intim setelah mereka berdua berdekatan.

Melihat interaksi romantis itu, dunia Merlin tiba-tiba runtuh, semua kegembiraan dan cinta yang telah memenuhi hatinya redup secara perlahan-lahan.