webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime & Comics
Not enough ratings
289 Chs

Ambisi baru

"Asheel."

Sebelum Asheel benar-benar pergi, dia dipanggil oleh orang yang sama sekali tidak dia duga. Kali ini, Merlin memanggil namanya dengan penuh kasih sayang.

"Meskipun telah mengetahui semua keburukanmu sekalipun, aku ... masih tidak sanggup membencimu. Aku masih menyukaimu, tidak, perasaan aneh ini terus berkembang. Saat mengetahui kau akan pergi, aku dilanda kecemasan yang perlahan-lahan menenggelamkanku. Aku tidak tahu apakah ini akan menyakiti hati seseorang atau malah membuatku menyesal...."

Merlin mendekati Asheel dengan melayang didepannya. Tiba-tiba, dia mengambil inisiatif untuk mencium tepat di bibirnya.

"Mmmhhh..!"

Sebenarnya itu hanya kurang dari tiga detik, dan Merlin sudah melepaskannya. Bibirnya bergerak secara perlahan:

"Aku mencintaimu."

Bip!

Merlin menghilang karena dia berteleportasi menjauh dari tempat ini.

Sementara itu, Asheel memiliki ekspresi cukup linglung di wajahnya saat setengahnya lagi, dia tampak merenungkan sesuatu. Setelah beberapa saat, dia menghela napas: "Pada akhirnya, dia tidak melihat kepergianku. Sungguh kejutan yang istimewa~"

Seperti biasa, Sera tidak mengatakan apa-apa saat dia hanya menatap Asheel. Setiap terdapat seorang wanita yang mesra dengan Asheel didepannya, Sera selalu memasang wajah seperti ini.

Itu sebenarnya membuat takut Asheel setiap kali merasakan tatapannya, tapi Sera seperti mengatakan jika dia bisa melanjutkan.

Meski Asheel tidak tahu apa yang ada dipikirannya, tapi dia tahu jika Sera membiarkannya begitu saja.

"Lord Asheel, Sera-sama, sekali lagi, aku mendoakan kesejahteraanmu." Flora memimpin saudari itu saat dia mengucapkan perpisahan.

Asheel dan Sera berbalik sambil melambaikan tangannya tanpa melihat mereka. Pada saat yang sama, sebuah pintu dengan dekorasi yang sangat indah muncul.

Meski indah dengan berbagai permata di bingkainya, peradaan menindas yang dipancarkan dari pintu bahkan membuat kedua saudari Celestial tidak berani menatapnya.

Tidak ingin mereka menderita lebih lama lagi, Asheel dan Sera segera memasuki pintu itu.

Cahaya menghilang, dan tidak ada siapa-siapa lagi disana kecuali saudari Celestial yang perlahan-lahan menenangkan diri sambil terengah-engah.

"Sepertinya, kehidupan kita akan menjadi sepi sekali lagi..."

Flora tidak membalas perkataan adiknya saat dia terus duduk sambil menyatukan tangannya seolah sedang berdoa.

...

"Ikatan manusia, itu misterius ya..."

Sera yang mendengar perkataannya, berbalik menatapnya. "Jangan terkejut dengan tindakan Merlin-chan. Meski seperti itu, dia sangat mencintaimu. Aku tidak akan memaafkanmu jika sekali-kali mencoba menjauh dari Merlin-chan..."

"Aku tidak akan melakukannya, janji!" Asheel meyakinkannya.

Bahkan setelah beberapa saat kemudian, Sera memperhatikan ekspresi Asheel yang masih tenggelam pada perasaan sebelumnya. Dia hanya bisa menghela napas, "Yah, beradaptasilah dengan perasaan yang tiba-tiba, dengan cepat kau pasti akan terbiasa."

"Tidak, aku hanya terkejut..."

Sera menggelengkan kepalanya dan hanya bisa membiarkan Asheel tenang dengan sendirinya.

Setelah bangun dari menstabilkan intinya, Asheel kehilangan semua ingatan akan emosi dan perasaannya. Dia lupa bagaimana marah, sedih, dan kesal.

Sejak kehadiran Meido yang menyambutnya, Asheel mampu membangkitkan emosinya yang terkubur jauh dalam kekacauan. Tapi hanya itu saja. Dia masih harus merasakannya lagi emosi yang kembali secara tiba-tiba.

Oleh karena itulah dia tertegun lama setelah apa yang dilakukan Merlin padanya.

Tanpa sadar, Asheel menjilati bibirnya saat dia tersenyum. "Rasanya sangat enak."

Sera meliriknya, mengerutkan kening tapi tetap tidak mengatakan apa-apa. Memikirkan jika Asheel juga bisa bosan dengannya membuatnya takut, tapi setelah dipikir-pikir, jika itu benar-benar terjadi, maka Omniverse akan benar-benar mengalami masa kehancuran.

Sera sangat yakin dengan rasa cinta Asheel terhadapnya. Ini hanya perumpamaan, misal saja, jika Asheel menunjukkan kemunduran dengannya, maka saat itu, dia akan habis-habisan.

Tidak peduli apa yang dikorbankan, selama bisa membiarkan Asheel tetap di sisinya, bahkan jika itu melibatkan anggota keluarganya, dia akan menanggung semuanya selama dia masih bisa bersama Asheel.

'Sungguh pemikiran yang berbahaya.' Sera menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran-pikiran itu.

Mereka berjalan dalam terowongan tiada akhir, dan setelah beberapa saat, cahaya muncul dari ujung pandangan mereka.

"Kita sampai."

Asheel menghirup udara dalam-dalam. "Seperti biasa, energi disini sangat kental."

"Ya, ya..."

Sera mengabaikannya saat dia terus melangkah. Alam Dewa Omniverse masih sama, dengan suasana perkotaan yang nyaman karena angin sepoi-sepoi menyegarkan sering lewat, tidak seperti kota manusia pada umumnya.

Hanya saja, penduduk di sini sangat sedikit, jadi mereka tidak banyak melihat orang berkeliaran. Penduduk di alam ini disibukkan dengan pekerjaan yang sudah diatur masing-masing dari mereka.

"Mau kemana dulu?" Asheel bertanya.

"Aku akan pulang ke rumah, kau pergilah temui Ayah." Sera menjawabnya tanpa berbalik.

"Apa kau baik-baik saja sendiri?" Asheel bertanya dengan khawatir.

"Bukankah kau yang sebenarnya khawatir pada dirimu sendiri karena sendirian?" Sera balik bertanya.

"Yah, benar juga." Asheel mengangguk.

"Hh, reaksimu mengesalkan." Sera cemberut, tapi kemudian dia menyadari Asheel sedang menatap wajahnya lama. "Ada apa?"

"Tunggu saja, setelah ini aku akan memanjakanmu sampai kau puas."

"Heh, besar sekali perkataanmu. Tapi aku menantikannya!" Sera tersenyum saat dia mengambil jalan lain.

Melihat kepergiannya, Asheel tetap berada di tempat sejenak sebelum dia mulai berjalan lagi ke kantor Supreme One.

Setelah berjalan selama beberapa menit, dia sampai di tempat tujuannya.

Masih gedung kamuflase yang sama.

Menggelengkan kepalanya dengan ringan, dia melangkah masuk. Saat itu, dia melihat seorang kenalan disana, yang membuatnya memutuskan untuk menyapanya.

"Alyssa-san."

"Oh, Asheel-san! Apakah Anda sehat?" Alyssa memperhatikan dan balik menyapanya.

"Aku baik-baik saja." Asheel melambaikan tangannya dengan santai.

Alyssa tampak menghela napas lega, "Syukurlah Anda baik-baik saja. Omong-omong, pemimpin ada di atas, kamu mau menemuinya?"

"Ya."

Alysaa mengangguk mengerti, "Kalau begitu, aku tidak akan menghalangimu."

"Terima kasih, sampai jumpa lagi."

Asheel berjalan melewatinya dan melambaikan tangannya tanpa melihatnya. Dia masih memiliki kesan baik pada wanita itu, jadi dia harus menyapanya.

Alyssa juga tidak mengganggunya dan melanjutkan pekerjaannya di lantai bawah.

Berjalan sekali lagi, Asheel akhirnya sampai di ruangan Supreme One. Tanpa mengetuk pintu, dia langsung membukanya.

"Akhirnya kamu menghadiahiku seorang cucu." Supreme One tersenyum menyambutnya.

Asheel memutar matanya, "Dikatakan oleh seorang kakek tua yang sudah memiliki banyak cucu."

Saat itu, pandangannya menangkap sosok lain yang berdiri di samping Supreme One.

"Perkenalkan, ini adalah putraku yang paling kubanggakan." Supreme One memperkenalkannya sambil tersenyum puas.

Pemuda itu memperhatikan Asheel sejenak sebelum membuka mulutnya, "Namaku Zerdite Ollgod."

"Oh." Asheel tidak peduli dan hanya menaruh fokusnya pada Supreme One.

Mata Zerdite tampak bergetar untuk sesaat, tapi kembali normal lagi dengan wajahnya yang tabah.

"Apakah aku masuk di waktu yang tidak tepat?" Asheel bertanya karena ternyata ada orang lain di ruangannya.

"Tidak, kamu datang di waktu yang trpat, urusan kita juga sudah selesai disini. Ahh, aku hanya ingin kalian berdua berkenalan." Supreme One masih memiliki senyum di wajahnya saat berbicara. Kemudian, dia memperhatikan tatapan Asheel padanya yang tampak aneh. "Ada apa? Apakah ada sesuatu di wajahku? Oh, aku tahu! Kau terpana dengan ketampananku, kan? Haha!"

Asheel menurunkan pandangannya sebelum menatap kepalan tangannya sendiri, "Sudah kuduga, aku tidak bisa terbiasa dengan wajah menjengkelkanmu itu."

"Bilang saja jika kau iri saat aku menjadi lebih tampan!"

"Tidak, semangat juangku untuk mendaratkan pukulan tanganku ini di wajahmu meningkat pesat."

Supreme One menggaruk pipinya dengan canggung, "Uhh, Asheel-kun. Itu hanya lelucon, kan?"

Asheel mengabaikannya saat dia terus memasang wajah serius, "Kurasa ... aku ... telah menemukan tujuanku yang baru. Mendaratkan pukulan di wajahmu!"

maaf, sebelumnya salah volume

Nobbucreators' thoughts