webnovel

Part 15

"Ini yang kau sebut sarapan?" Tanya Sehun mencoba mengamati makanan itu dari berbagai macam sudut. Ia tetap tidak menemukan jawaban yang pantas untuk benda itu.

"Jika tidak mau ya tidak usah dimakan!" Racau Yoona yang langsung melahap telur rebus miliknya.

"Setidaknya kau buat menjadi omelet. Bukannya telur rebus yang bahkan bentuknya saja sudah tak mulus." Akibat tak ahli mengupas.

"Sini buatku saja!" Tapi si telur rebus sudah lebih dulu masuk kedalam mulut Sehun.

"Dari pada tidak sarapan." Gumam Sehun.

--

     Yoona sudah rapi walau menggunakan pakaian yang sama. Wajah polosnya yang tanpa makeup juga tampak bersih berseri. Berbeda dengan Sehun yang tampak murung karena akan ditinggal olehnya. Duduk di sofa di hadapan televisi. Tidak menghiraukan Yoona yang hendak melangkah pergi.

"Aku pergi ya.." Tegur Yoona. Sehun tak menyahutnya. Masih duduk disana, Berlaku seakan tengah serius menyaksikan siaran televisi. "Yak, Kau tidak mau mengantarku sampai depan?" Dan tetap tidak ada jawaban. "Arraso." Hanya bisa tersenyum walau tidak dihiraukan seperti itu. Karena baginya kini Sehun terlihat imut. Yoona buka pintu apartemen itu. Tidak bisa. Dicobanya lagi. Tetap tidak bisa. "Yak, Kenapa pintunya tidak bisa dibuka?" Teriaknya masih berdiri di tempat.

"Aku kunci." Balas Sehun pelan tapi masih dapat didengar Yoona.

"Mwoya.. Cepat buka. Aku harus pulang."

"Shiro." Tangkas Sehun. Dengan geram Yoona kembali melangkah menghampirinya. Berdiri dihadapannya menghalanginya yang tengah menonton televisi—entah benar atau tidak.

"Cepat buka.." Masih mencoba lembut. Dan Sehun kembali bungkam. "Baiklah, akan kubuka sendiri." Ia melangkah menuju monitor dimana untuk mengakses layanan kunci mengunci.

"Aku kunci dengan ini." Ujar Sehun seraya menunjukkan remote kecil yang ada ditangannya. Entah apa kegunaan remote itu. Yoona merasa tidak yakin dengan perkataannya dan tetap mengotak-atik layar monitor itu. "Percuma saja." Sambung Sehun yang tengah bangkit dari sofa lalu melangkah santai menuju lemari es.

"Kau ini apaan sih?" Frustasi karena tak berhasil membuka kuncinya. "Cepat buka pintunya. Aku harus melanjutkan pekerjaanku."

"Kau bisa lanjutkan besok." Meraih sebotol jus orange lalu menyeruput pelan. Semakin membuatnya geram. Dengan langkah kesal ia hampiri Sehun di dapur.

"Aku tidak bisa menundanya.. Cepat buka!" Mengacak pinggang mencoba bertahan untuk tak membentak—sebagaimana yang selama ini sering ia lakukan.

"Shi...ro." Sambar Sehun menatapnya santai seakan tak bersalah. Yoona mengerang merasa kesabarannya sudah diujung tanduk. Mulutnya bergetar sudah siap memaki. Cup! Tapi malah mendadak kalem akibat kecupan singkat dari Sehun. Dengan senyuman penuh kemenangan Sehun kembali ke sofa.

     Menampar pelan pipinya agar segera sadarkan diri. Dapat ia rasakan wajahnya yang memanas. Tidak, Aku tidak bisa lemah seperti ini, Itu hanya kecupan! Im Yoona! Kau harus kuat! Erangnya dalam hati. Dengan mantap melangkah mendekati Sehun. Duduk di samping Sehun.

"Berikan padaku remotenya." Pintanya setengah memaksa.

"Jangan ribut.." Karena kini tengah menyaksikan berita.

"Berikan padaku! Aku harus pulang!" Mencoba merampas langsung. Tangannya menjulur menuju kantong celana Sehun.

"Kubilang jangan ribut.." Sehun mengingatkan tetap dengan tontonanya.

"Aku harus pu.." Masih berusaha meraih remote tersebut.

"Haruskah kubuat kau diam?" Ancam Sehun yang tengah meliriknya. Yoona diam sejenak dalam aksinya. Im Yoona! Jangan  takut! Itu hanya ancamannya saja! Pikirnya dalam hati.

"Aku tidak takut dengan ancamanmu.. Cepat berikan remotenya.." Otot rahang Sehun menegang mendengar jawaban Yoona.

"Aa.. Jadi kau tidak takut padaku?" Entah dari mana kekuatan pria itu. Seketika tubuh Yoona sudah berada di pangkuannya. Bahkan Sehun merubah posisi Yoona hingga membuat gadis itu mengangkanginya, Dengan kedua lutut Yoona yang menengkuk di atas sofa. Blushing. Yoona mematung karena Sehun menatapnya intens.

"Aku hanya meminta dibukakan pintu.." Gumam Yoona pelan.

"Aku tidak ingin kau pulang." Menatapnya lembut namun menjerat.

"Tapi aku harus pulang. Pekerjaanku.." Cup! Kembali dikecup. "Yak.." Senang dan kesal bercampur menjadi satu.

"Aku masih sangat merindukanmu. Jika kau pergi sekarang, Aku tidak tahu kapan lagi bisa bertemu denganmu." Ya, Itu memang benar. Yoona juga sependapat dengannya. Yoona sentuh wajah tampan itu dengan jemarinya. Dimulai dari alis, Bulu mata pria itu, hidungnya, lalu turun ke bibir. "Menggodaku, huh?" Bisik Sehun. Yoona tersenyum simpul. Geram dipermainkan seperti itu, Sehun lumat bibirnya. Sedikit rakus tapi masih terasa lembut.

Ting Tong..

     Sayangnya ciuman panas itu tak bisa berlangsung lama. Yoona terpaksa menahan wajah Sehun untuk menyudahi ciuman itu. Sehun terlihat enggan namun tidak bisa berbuat apa-apa. Yoona turun dari tubuhnya lalu berdiri guna merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan. Diliriknya jam dinding, Mungkin Shindong—pikir Sehun. Managernya itu pasti tidak bisa membuka pintu—yang biasanya dapat dengan mudah ia buka dengan password—karena Sehun mengunci dengan remote rahasianya.

     Dengan malas juga kesal ia melangkah menuju pintu apartemennya. Menekan sesuatu dari remote kecilnya. Cklek! Pintu pun terbuka. Betapa kagetnya dirinya ketika yang dilihatnya bukanlah Shindong melainkan Soomi. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu, Dengan sangat berani ia langsung menerobos masuk kedalam. Sehun yang masih sangat kaget tak sempat menahannya.

"Oo? Kau sedang ada tamu?" Ucap Soomi ketika bertemu pandang dengan Yoona. "Tunggu, bukankah kau si disainer itu? Yang digosipkan berpacaran dengan Sehun?"

"Keluarlah." Sehun menariknya agar segera keluar dari apartemennya. Tapi Soomi menghempas tangannya dengan kuat.

"Aku kesini untuk bicara baik-baik denganmu." Tangkas gadis itu. Sehun lirik Yoona, Dapat ia lihat ekspresi tak nyaman di wajah Yoona.

"Kalau begitu aku pergi dulu." Dengan gerakan cepat Yoona melangkah melewati Soomi dan Sehun.

"Yoona-a.." Panggil Sehun seraya mengejarnya. Soomi menahan tangannya membuat Sehun terhenti sejenak. Penuh amarah Sehun tepis tangan itu. Tak ingin ditahan pria itu, Yoona sampai berlari sekencang mungkin lalu menghilang dari balik pintu lift. Sehun mengerang kesal mengamati pintu lift yang tertutup rapat itu. Dengan amarahnya yang memburu ia kembali ke apartemennya. Dilihatnya Soomi yang sudah duduk santai di sofa. "Bagaimana kau bisa mengetahui tempat tinggalku?" Berdiri dihadapan gadis itu dengan gelisah.

"Duduklah.." Malah bersikap santai. Tak seperti Sehun yang sudah terbakar amarah.

"Cepat jawab pertanyaanku!" Bentaknya. Soomi sampai tersentak kaget mendengar teriakannya.

"Managermu yang memberi tahuku. Tadi aku menghubunginya." Jawabnya santai. Membuat Sehun semakin kesal melihat sikap santainya itu.

"Dari mana kau dapat nomornya?" Desak Sehun tak suka.

"Kau tidak perlu tahu," Soomi menatapnya hangat yang dibalas tatapan tajam darinya. "Mianhae Sehun-a.." Ujarnya setelah itu. "Aku bersalah padamu." Sehun merasa itu sudah sangat terlambat.

"Jika itu yang ingin kau katakan. Kau bisa pergi sekarang. Aku sudah melupakan semua itu." Soomi tampak terguncang. Tapi tak merubah ekspresi kesal di wajah Sehun.

"Aku masih mencintaimu.." Dapat Sehun rasakan kesungguhan di tiap kata yang Soomi ucapkan.

"Tapi aku tidak." Tangkas Sehun. Soomi menatapnya sendu yang sedetik kemudian meneteskan airmata.

"Apa karena gadis itu?" Tebaknya diiringi isak tangisnya.

"Ya."

"Kalian sungguh berpacaran? Kau mencintainya?" Airmata semakin membanjiri wajahnya.

"Sangat mencintainya."

--

     Sore menjelang dan Yoona belum juga berhenti bekerja. Dirinya masih fokus dengan disain dan jahitan-jahitannya. Dibantu Hyeri mereka bekerja ekstra malah kelewat serius. Baekhyun yang sudah membawakan mereka makan siang bolak-balik masuk kedalam ruang kerja Yoona. Tapi makan siang mereka belum juga tersentuh hingga sore tiba. Sebenarnya Hyeri sudah sangat lapar, Tapi dia merasa segan jika membiarkan kakaknya bekerja sendiri. Karena itu ia rela menahan lapar dan mengikuti cara kerja Yoona yang benar-benar mendesak.

     Tapi disamping itu semua. Kedua adiknya dapat merasakan itu. Yoona tampak berbeda. Seperti tengah memaksakan dirinya untuk menghindari sesuatu. Ia bahkan tidak mengatakan sepatah katapun. Hanya bekerja dengan cepat dan sesekali memerintahkan Hyeri dengan sekedar memberikan kode dari sorot matanya saja. Baekhyun juga ikut andil walau hanya membantu menggunting kain, Mengambil kain, Dan membuang sisa kain. Mereka terus seperti itu hingga sore berganti malam.

"Aw!" Jari Yoona tersayat gunting. Entah apa yang terjadi sehingga pisau itu menyayat jari tak bersalahnya. Darah mengalir di jarinya, Saking banyaknya hingga sampai menodai lengan bajunya. Hyeri segera berlari mengambil tisu untuk menahan darah yang mengalir. Dan Baekhyun sudah berdiri di sampingnya dengan kotak obat yang baru saja ia ambil dengan berlari sekecang yang ia bisa.

"Nuna, istirahatlah." Ujarnya seraya membersihkan jari Yoona dari darah. Diberikannya sedikit obat untuk luka itu. Lalu ditutupinya luka itu dengan plaster berwarna kulit.

"Eonni, Biar aku saja yang melanjutkannya." Sambung Hyeri yang cemas melihatnya.

"Ani, Gwenchana."

"Bos! Ada berita mengejutkan! Kau harus melihatnya!" Teriak salah satu karyawannya yang sudah berada di ruangannya. Mereka bertiga hanya bisa menelan rasa kaget karena kini rasa penasaran mereka lebih mendominasi. Dengan sigap karyawannya itu menyalakan televisi diruangan itu. Reflek mereka berkumpul di hadapan televisi. Berdiri berbaris mengamati berita yang tengah disiarkan.

     Darah didalam tubuhnya melepuh hebat. Kekecewaan menyayatnya sangat dalam. Matanya yang memerah sudah digenangi airmata. Hatinya perih bukan main melihat itu. Hyeri hendak mematikan televisi, Tapi ditahan olehnya. Walau sakit ia merasa harus menonton itu hingga tuntas.

     Dilihatnya foto-foto Sehun yang tengah menggendong Soomi keluar dari mobil. Tubuh Soomi terbaring lemah di atas tempat tidur beroda milik rumah sakit. Darah membanjiri tubuh Soomi. Raut kekhawatiran terlihat jelas di wajah Sehun. Di foto itu juga terlihat jelas, Sehun yang menggenggam tangan Soomi hingga mereka menghilang tertutupi pintu Unit Gawat Darurat.

     Setelah gambar-gambar itu selesai ditunjukan. Seorang reporter mulai berkata panjang lebar guna menjelaskan maksud dari gambar yang baru saja dia tampilkan. Dari yang ia jelaskan. Salah seorang rekannya yang kebetulan tengah berada di apartemen Sehun tak sengaja melihat Sehun, Keluar dari kamarnya dengan menggendong tubuh seorang wanita. Sehun yang tampak panik ditambah tubuh wanita itu yang dipenuhi darah membuat rekannya itu segera menghubunginya. Sesuai arahan rekannya. Mereka berkumpul di rumah sakit bersama rekan-rekan reporter lainnya.

     Berbagai foto dan rekaman video langsung menyorot Sehun. Dimulai dari mobilnya yang memasuki perkarangan rumah sakit. Lalu Sehun yang keluar dari mobil lalu menggendong tubuh wanita itu. Beberapa perawat langsung menghampirinya yang juga sudah menyiapkan sebuah tempat tidur beroda. Setelah itulah Sehun dan wanita itu tak terlihat lagi. Dan dari yang reporter itu jelaskan, Kejadian itu terjadi pada pukul 10 pagi tadi.

Brukk!

     Yoona terduduk di lantai. Airmata sudah membanjiri wajahnya. Tanpa isak tangis dan terus mengalir bebas. Hyeri menggenggam tangannya. Baekhyun mematikan televisi lalu memarahi si karyawan. Ditariknya si karyawan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Yoona dan Hyeri disana. Yoona merunduk guna menyembunyikan wajah terpukulnya. Ia tak biasa memperlihatkan keadaannya yang seperti itu kepada orang lain, bahkan keluarganya sekalipunl. Mengerti akan kondisi itu, Hyeri langsung memeluknya. Tak lama dari itu terdengarlah isak tangis Yoona. Membisik ruangan yang senyap itu.

-

-

-

-

-

Continued..

-

-

-

-

-

(Rajin2 berkomentar ya kakak.. Biar saya juga rajin updatenya..)

-

-

-

-

-

Hi kakak-kakak..

Saya baru saja terbitkan novel.

Judulnya White Romance

Jika ingin tahu, bisa cek di instagram saya @hyull

Murah kok. Rp 78.000

Dan White Romance novel terbaik yang pernah saya buat.

Siapa tahu tertarik, bisa langsung diorder.

Maaci..