webnovel

Part 11

     Terlentang pasrah dengan kedua tangan diatas kepala. Sebelah kakinya terlipat ketengah dan yang satunya lagi melebar menguasai kasur. Rambut blondenya sudah menutupi bantal dimana kepalanya bersandar. Bahkan sebagian rambutnya terlihat menyelip di sela bibir manisnya. Dengkuran halusnya sesekali berubah menjadi kicauan alam bawah sadarnya. Saking nyenyaknya ia bahkan tidak menyadari selimut yang tak lagi menyelimutinya. Dan yang pasti, Yoona benar-benar terlihat kacau.

     Sehun yang baru saja tiba dirumah setelah melakukan jogging ikut kaget melihat kondisi gadis itu. Ia berniat mengambil pakaiannya di koper, tapi ketika melihat mahkluk yang ada di atas kasur kamar itu, kakinya langsung melangkah balik keluar dari kamar. Menggelengkan kepalanya tak percaya. Jika mengingat penampilan Yoona ketika pertama kali mereka bertemu, sangat tidak bisa dipercaya. Kini Yoona benar-benar sangat kacau. Efek stress mengelola butik barunya yang tenar diluar perkiraan.

     Sehun memilih duduk santai di halaman belakang rumahnya. Mengamati tingkah lucu Sora yang tengah mengganggu aktifitas para pekerja di kebun. Similir angin sejuk menghempas tubuhnya pelan. Angin dingin yang sejuk itu hingga masuk melalui cela jaketnya yang tak ia kancing. Kaos putih polos yang ia gunakan sudah basah akan keringatnya. Tapi perlahan mengering berkat angin yang terus menerpa tubuh tegapnya.

     Ibunya ikut duduk disampingnya dengan membawakannya secangkir teh hangat dan roti panggang buatannya. Sehun menikmati sarapannya dengan nikmat. Sesekali menyuapi Sora yang menghampirinya dan meminta secuil roti panggang miliknya. Berdua mengobrol akrab setelah sekian lama tak memiliki waktu untuk melakukannya.

     Banyak hal yang telah terjadi padanya. Tepatnya setelah kedatangan Sora dalam hidupnya. Ia sama sekali tidak menyesali itu. Mengingat perkataan Soomi—wanita yang ia cintai, dulunya—yang mengatakan bahwa Sora adalah anaknya. Pada awalnya Sehun memang terpaksa menerima keberadaan Sora. Dan mau tidak mau membawa Sora ikut bersamanya ke Seoul.

     Padahal pada saat itu adalah tepat ketika karirnya tengah naik. Pasang surut dalam karir sempat ia rasakan. Ya, karena kehadiran Sora tentunya. Sehun sama sekali tidak menutupi identitas Sora, bahkan jika para wartawan menanyakan mengenai putrinya itu, ia akan mejelaskan sebaik mungkin. Tetapi jika wartawan bertanya mengenai siapa ibunya, Sehun akan langsung bungkam dan berusaha untuk pergi dari hadapan mereka.

     Syukurnya kondisi yang tak mengenakan itu tak berlangsung lama. Prestasinya di bidang olahraga berhasil menepis semua isu buruk tentangnya. Perlahan publik tak lagi membicarakan mengenai ibu biologis putrinya. Mungkin juga dikarenakan Sora yang semakin tumbuh menjadi putri yang manis dan menggemaskan. Gadis kecil yang tak bersalah itu berhasil mengambil hati publik. Mereka yang dulunya mencaci malah berbalik menyayanginya. Sejak saat itulah karir Sehun semakin membaik dan membuatnya semakin terkenal. Tentu juga dikarenakan wajah tampannya yang bak pangeran.

     Namun walau begitu, kepergian Soomi tetap memberatkan pikirannya. Tidak tahu apakah ia masih mencintai wanita itu, tapi ia benar-benar ingin mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi. Ia memang menerima Sora dan menjaga malaikat kecilnya itu dengan sangat baik. Hanya saja ia merasa sesuatu menjanggal batinnya. Soomi tak pernah mengatakan itu secara langsung padanya. Wanita itu hanya menitipkan Sora pada orangtuanya lalu pergi begitu saja tanpa pamit padanya.

     Syukurnya sejak kedatangan Soomi kemarin, Sehun mengalami banyak perubahan. Dulunya ia sangat tertutup pada orangtuanya, bahkan mengenai hal kecil sekalipun. Hanya Shindong lah yang mengetahui semua yang ia alami di Seoul. Tapi kini, setelah kebenaran itu terungkap. Beban yang selama ini menghimpitnya perlahan meringan dan membuatnya merasa tenang. Walau kekecewaannya pada sahabatnya itu—yang pernah ia cintai—tak akan membaik. Ia merasa berat untuk memaafkan wanita itu.

     "Jadi apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" tanya ibunya di tengah obrolan mereka.

     "Apa maksud ibu?"

     "Mengenai hatimu.." sambung ibunya.

     "Omoni, Aku sedang menikmati ketenangan ini." sahutnya lembut.

     "Bagaimana dengan gadis itu?" dan Sehun tahu betul kemana arah pembicaraan ibunya. Ia diam sejenak memikirkan itu. "kau itu anakku, dan ibu tahu betul bagaimana perasaanmu. Terutama perasaanmu padanya." Sehun masih saja diam. "kau yang kasar bisa melembut padanya. Apa kau masih ingin mengelak juga? Bahkan dia yang rada aneh seperti itu.." ibunya tertawa kecil memikirkan tingkah aneh Yoona. Sejenak suara batuk Yoona terdengar berbisik dari dalam rumah. "tapi yang tak luput dari perhatian ibu. Dia bersikap baik pada Sora. Dia menyayangi Sora dengan caranya sendiri. Semua perlakuannya terhadap Sora terlihat alami. Yoona.. Dia adalah gadis yang tepat untukmu. Juga untuk Sora." desir hangat menggelitik Sehun. Perkataan ibunya meyakinkan dirinya. Sehun sependapat dengan ibunya.

     "Omoni, Aku belum tahu mengenai perasaannya padaku." tangkas Sehun setelah berpikir lama.

     "Aish.. Kau ini benar-benar payah. Apa mengambil hati wanita sesulit itu?" Sehun tersenyum lucu. "kau itu Oh Sehun.. Dengan wajah tampanmu ini, tidak mungkin dia tidak menyukaimu.. Semua gadis mendambakanmu.. ibu sangat yakin bahwa.."

     "Yak Oh Sehun!!! Dimana kau?!!!!!!!" dan teriakkan Yoona menghentikan perkataan ibunya. Keduanya mematung kaget mendengar suara melengking Yoona yang berteriak dengan nada tertingginya.

     "Omoni, Dia berbeda." gumam Sehun pelan kepada ibunya.

     "Oh Sehun.. Cepat kemari..!!!!!!" teriak Yoona lagi.

     "Aku pergi dulu." pamit dengan ibunya. Langkah malasnya bergerak pelan menuju kamar mereka. Dilihatnya Yoona yang sedang duduk di tepi tempat tidur, dengan ponsel ditangannya yang bergetar berkat digenggam geram olehnya. "mwoya?" tanyanya malas.

     "Lihat ini!!!" masih berteriak. Sehun ikut duduk disampingnya. Melihat kearah layar ponsel gadis itu yang selama ini bersemedi di dalam koper. OMG!!! Mata Sehun melebar melihat itu. Keningnya mengkerut tak percaya. "apa yang sebenarnya telah terjadi? Bagaimana bisa ada foto seperti ini?" tanya Yoona tanpa jeda. Sehun masih diam memikirkan itu. "Cepat jelaskan padaku! Aish.. Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun?!!" Yoona mengacak rambut blondenya yang sudah berantakan sejak tadi. "yak cepat katakan padaku! Tunggu!" gadis itu diam sejenak. "mereka sudah tahu tempat persembunyian kita?????" lucunya, kini Sehun terlihat santai. Ia malah menarik kopernya yang ada disamping tempat tidur. Membongkar isi kopernya untuk mengambil setelan pakaian yang tadinya tak jadi ia ambil. Ia hendak melangkah keluar kamar untuk mandi, tapi Yoona mendadak berdiri dihadapannya yang pada akhirnya gagal membuka pintu kamar itu.

     "Apaan sih kau ini. Pikyeo!" ujarnya geram. Yoona naik pitam melihat dirinya yang terlihat santai seperti itu.

     "Kau gila? Yak! Foto kita sudah tersebar dimana-mana dan kau masih bisa santai seperti ini?! Dan, Foto yang tersebar.." sulit untuk mulutnya mengatakan itu.

     "Foto kita sedang berciuman?" sambar Sehun tenang. Blushing. Pipi Yoona mendadak memerah. Gadis itu langsung menunduk malu. Sehun menatapnya dengan sorot mata gemas. "biarkan saja, lagi pula mereka kan tahu bahwa kita berpacaran." sikap santainya membuat Yoona tak nyaman. "bukankah seperti itu yang publik ketahui saat ini? Bahwa kita berpacaran?" jelasnya lagi. Membuat Yoona kembali menatapnya. Kini tatapan gadis itu terlihat menyelidik.

     "Jadi.. Tadi malam kau menciumku?" Degg! Sehun mendadak gugup. "di artikel itu tertera tanggal pengambilannya. Dan itu adalah tadi malam." sambung Yoona menatapnya menunggu jawaban. Sehun mendengus pelan dalam tatapan itu.

     "Jadi kau benar-benar tidak ingat apapun? Bahkan semua yang telah kau katakan padaku?" tanya Sehun dengan lembut. Yoona menggeleng polos. Sehun kembali mendengus penuh kekecewaan. "sudahlah, Lupakan saja dan jangan hiraukan berita itu." mendorong tubuh Yoona kesamping lalu membuka pintu kamar itu. Yoona terbodoh di ambang pintu. Jadi dia benar-benar menciumku? Ia tersenyum tersipu. Menepuk-nepuk pipinya pelan, kakinya bergerak nyaris terlihat menari. Yoona tampak senang.

--

     "Jadi besok kalian akan kembali ke Seoul?" tanya ayah Sehun. Sehun dan Yoona mengangguk bersamaan. Mereka tengah menyantap makan siang bersama. Tadinya suasana masih sangat baik, tapi ketika Sehun mengatakan bahwa mereka akan kembali ke Seoul esok hari, kedua orangtuanya langsung terlihat muram.

     "Aku harus kembali bekerja.. Dan juga, dia juga harus kembali ke butiknya." jelas Sehun seraya menunjuk Yoona dengan sumpit yang ia pegang. Sumpitnya nyaris mengenai ujung hidung gadis itu. Syukur Yoona tak kembali berteriak.

     "Kau akan membawa Sora?" kali ini ibunya yang bertanya. Sehun mengangguk tak tega. Ibunya langsung memeluk Sora yang pada saat itu berada di pangkuannya. Seakan memahami situasi itu, Sora menggenggam tangan neneknya dengan erat.

     "Halmoni, Sora pasti akan kembali kesini." ucap anak itu mencoba menghibur neneknya. Ucapannya membuat mereka semua tersenyum simpati.

     "Aku juga pasti akan kembali kesini.." seru Yoona yang malah membuat yang lainnya diam menatapnya. "waeyo? Tidak boleh?" cemasnya.

     "Haha.. Tentu saja boleh.." Tawa ibu Sehun melihat raut cemas Yoona. "kesininya dengan Sehun ya.." goda wanita tua itu. Yoona hanya berdehem pelan guna menghilangkan rasa gugup yang mendadak mengganggunya.

     "Pokoknya Omoni dan Aboji tenang saja. Kami pasti akan kembali lagi kesini.." imbuh Sehun dengan santai. Kami? Kami? Dia bilang kami? Pikir Yoona yang tengah melirik Sehun malu-malu. "wae?! Bukankah tadi kau bilang ingin kembali kesini?!" sambar Sehun yang menyadari tatapan malu-malu gadis itu. Tak menjawab. Yoona hanya menggaruk-garuk batang hidungnya yang tak gatal.

     "Baiklah, akan kami tunggu." jawab ayahnya dengan senyum ramahnya. "aa, hampir terlupakan. Yoona-a, kau pasti belum ke labirin buatanku." nada bicara ayahnya mendadak bersemangat. "disana benar-benar indah.." matanya berbinar ketika mengatakan itu. "seperti yang pernah Sehun ceritakan. Selama ini kau sudah sangat kelelahan di butikmu. Labirin bisa membuat semua penatmu menghilang. Percayalah padaku." sejenak Yoona berpikir, memangnya dia cerita apa saja tentangku?

     "Aboji, Labirinmu hanya akan membuatnya tersesat seharian disana.." celutuk Sehun sembari mengunyah malas.

     "Kau ini! Ya kau temani dia. Kau kan sudah sangat mengenal jalurnya." kata ayahnya memukul pelan lengan Sehun. "pergilah, bawa dia kesana."

--

     Duduk disamping Sehun yang tengah asik menyaksikan berita di televisi. Bahkan sore sudah menjelang Sehun masih saja betah duduk disana. Begitu dengan Yoona yang tak lelah membujuknya agar dibawa ke labirin seperti yang ayah pria itu katakan tadinya. Tapi Sehun terus menolak ajakannya. Alasannya simpel, MALAS.

     "Yak.. Ayolah.. Besok pagi kita sudah kembali. Kapan lagi aku bisa melihat labirin.. Bahkan waktuku di Sydney aku tidak pernah melihatnya." bujuknya tanpa henti.

     "Aish, jangan menggangguku." tolak Sehun lembut.

     "Ayolah.. Kau tega sekali padaku!" geram melihat Sehun yang tak juga menghiraukan permintaannya.

     "Pergi saja sana sendiri.." kata pria itu masih serius pada berita di televisi. Yoona menggerutu kesal menatapnya penuh amarah.

     "Kau jahat!" bentak gadis itu yang sudah bangkit dari duduknya. Melangkah kesal keluar dari rumah itu. Langkahnya bergerak kesal melewati halaman samping rumah itu hingga tiba di halaman belakang. "aish, kenapa aku harus mutar dari depan." gumamnya yang terus melangkah.

     Mengikuti arahan dari ayah Sehun tadinya. Ia melangkah ke tengah perkebunan, melewati para pekerja yang tengah bersiap-siap untuk pulang. Sesekali menyapa mereka yang melihat kearahnya. Ia terus melangkah menelusuri kebun itu, melewati beberapa rumah kaca yang terlihat tersusun bak perumahan. Lalu terlihat sebuah tanaman menjalar yang terlihat rimbun dalam sebuah rangka yang terbuat dari kayu. Bunganya yang berwarna ungu muda menyelip dari daun hijaunya. Pertama kali Yoona melihat itu. Karena selama ini ia tidak melangkah sejauh ini.

     Kali ini pepohonan yang memiliki ketinggian rata-rata 2 meter seakan menuntun langkahnya. Bukan sekedar pohon, sebenarnya itu pohon sakura yang ayah Sehun tanam disana. Masih terlalu kecil dan tentu saja belum ada bunganya. Batang pohonnya juga masih kecil apalagi rantingnya. Namun karena jumlah pohonnya yang banyak dan tersusun rapi seakan membentuk sebuah jalan, pemandangan disana semakin terlihat indah berkat keberadaan pohon sakura itu.

     "Oo?" dan akhirnya terlihat oleh Yoona. Sebuah dinding yang terbuat dari tanaman menjulang setinggi 8 kaki dengan panjang bak ular berliku. Sebuah cela seperti pintu masuk menyambut Yoona. Kakinya berhenti sejenak didepan labirin itu. Sesaat tulang punggungnya merinding melihat tembok tanaman itu, mengingatkannya pada film The Maze Runner. "apa aku akan dikejar-kejar dengan Griever? Ah, Bagaimana jika ada Crank yang haus darah itu? Aish.. Apa labirin ini benar buatan ayahnya? Bukan buatan WICKED? Aku tidak sudi bertemu Monster tukang ngences itu. Apalagi Crank yang mirip Zombie. Lebih baik aku bertemu Thomas oppa, Si tampan Dylan O'Brien." ia malah berceloteh tak jelas disana.

     "Kenapa kau masih disini? Cepat masuk." Sehun melewatinya begitu saja. Yoona terperanjat kaget karena tengah asik dalam imajinasi. "cepat kesini sebelum kutinggal jauh!" teriak Sehun kuat yang terus melangkah menelusuri labirin itu. Reflek Yoona langsung berlari kencang mengikutinya.

--

     "Apa masih jauh?" tanya Yoona mengikuti Sehun dari samping.

     "Tidak."

     "Tapi kenapa belum sampai."

     "Sebentar lagi."

     "Dari tadi kau bilang begitu."

     "Aish! Kalau begitu kita kembali saja!" Yoona langsung menarik lengan Sehun.

     "Arraso.." ucapnya menyerah. "ayahmu bilang disini sangat indah. Tapi kenapa yang terlihat hanya dinding tanaman?" celotehnya lagi.

     "Kubilang kan sebentar lagi. Sebentar lagi kau akan dapat jawabannya." jawab Sehun lembut penuh kesabaran. Siapapun yang menghadapi Yoona mungkin akan mendadak ketus.

     "Aku tidak yakin." Sehun menghentikan langkahnya. "arraso.. Arraso.. Aku akan berhenti bicara." mendorong tubuh Sehun agar pria itu kembali melangkah. "Kenapa ayahmu membuat ini?" tanyanya yang sudah melanggar janjinya secepat itu. Sehun menggeleng pelan.

     "Untuk menghukumku." Yoona langsung menoleh kearahnya. "dulu, Sebelum aku menginjakkan kakiku di Seoul. Yang kulakukan disini hanya bermain bersama teman-temanku bahkan nyaris lupa pulang. Ayahku kesal melihatku yang kelewat lasak, jadi dia membuat labirin ini. Untuk menghukumku." Yoona terus menatapnya seraya menyamakan langkah mereka. "ia memintaku untuk masuk kesini dan mencari jalan keluarnya." mereka terus melangkah dengan kaki Sehun yang menuntun perjalanan itu. "butuh waktu hingga dua bulan lamanya untukku bisa mendapatkan jalan keluarnya. Ya sebelum itu, ayahku selalu menghampiriku yang tersesat didalam sini. Seperti yang kau lihat, jalurnya panjang sekali."

     "Ternyata kau patuh juga." gumam Yoona pelan yang masih dapat didengar Sehun.

     "Awalnya aku membenci labirin ini. Tapi setelah aku menemukan jalan keluarnya, aku malah kesini setiap harinya."

     "Lalu kenapa kemarin-kemarin kau tidak kesini?" sela Yoona.

     "Banyak kenangan masa laluku disini." jawab Sehun santai. Tapi membuat Yoona muram. Dan Sehun menyadari perubahan itu. Yoona tak lagi menatapnya. Sebenarnya Sehun tak berniat mengatakan itu, ia hanya terbawa suasana.  "kita sudah sampai." tegur Sehun membuat Yoona yang menunduk mendongak ke hadapannya.

     "Wah.." kagumnya. Langkah cepatnya langsung melewati tirai yang terbuat dari tanaman menjalar itu, dan setelah itu. Terlihatlah olehnya danau buatan dengan jembatan yang membelah ditengahnya. Danau itu dikelilingi pohon sakura yang sama seperti Yoona lihat sebelumnya, walau masih kecil tapi sukses memperindah tempat itu. Dilihatnya Sehun yang melangkah menaiki jembatan. Yoona langsung mengikutinya.

     Pagar jembatan ditumbuhi tanaman menjalar dengan bunganya yang menyelip disela dedaunan. Lampu taman dengan tiangnya yang tinggi juga ikut ditumbuhi tanaman menjalar itu. Jembatan yang agak cembung keatas membuat Yoona dapat melihat bagian atas dinding labirin. Ketika itu, seperti sebuah aksi sulap. Danau yang tadinya terlihat suram mendadak bersinar akibat lampu taman yang tiba-tiba menyala. Bahkan terdapat lampu didalam air danau. Tidak hanya di sekitar danau, dinding labirin ikut bersinar oleh lampu hias yang diselipkan di sela tanamannya. Yoona tak henti-hentinya menyerukan kata 'Wow'.

     "Segitu terpananya kau?" sindir Sehun yang tengah mengamati wajahnya.

     "Bagaimana bisa ada tempat seindah ini disini?" ujar Yoona belum bisa melepaskan pandangannya dari keindahan disana.

     "Sebenarnya dulu tak seindah ini."

     "Maksudmu?" tanya Yoona cepat yang sudah menoleh pada Sehun.

     "Dulu tidak ada lampu taman." jelas Sehun menoleh padanya sesaat. Entah mengapa, Yoona mendadak diam. Tidak seperti sebelumnya yang terus berkata 'Wow'. Merasa penasaran, Sehun mencoba meliriknya. Ternyata Yoona masih menatapnya. "wae?" merasa aneh melihat sorot mata Yoona yang tak terbaca.

     "Jadi temanmu belum melihat lampu taman ini?" ucap Yoona pelan. Sehun mengernyitkan dahi. Menurutnya kata 'Teman' yang Yoona katakan mengisyaratkan ke seseorang. "tadinya kau mengatakan bahwa banyak kenangan masa lalumu disini." sambung Yoona namun terlihat tak suka untuk membahasnya. Hanya saja ia terlalu penasaran. Sehun terus menatapnya dengan sorot mata keheranan. "jika dulu kau sering kesini dengan temanmu. Maka begitu apa yang kalian lihat dulu tak seindah sekarang?" tidak terdengar seperti pertanyaan. Melainkan pernyataan dengan sebersit rasa kemenangan.

     "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?" sela Sehun yang mulai memahami arah perkataan gadis itu.

     "Aniya.. Aku hanya berpikir bahwa aku sedikit beruntung karena disambut dengan tempat yang sangat indah seperti ini." sambil tersenyum ia menjawab tenang. Sehun berdiri menyamping menghadapnya. Lengan gagahnya bersandar pada pagar pembatas dan yang sebelahnya lagi menyelip di dalam saku celananya.

     "Kau.. Benar-benar lupa dengan apa yang telah kau katakan semalam?" Yoona yang masih berdiri dengan kepalanya yang melihat kesamping berusaha tenang agar tidak perlu melepas tatapan itu. Walau sebenarnya ingin sekali memutar kembali kepalanya untuk menatap lurus kedepan. Perkataan Sehun membuat jantung Yoona berdebar tanpa alasan. Ditambah sorot mata pria itu yang semakin menancap ke dalam matanya.

     "Memangnya apa yang telah aku katakan?" tanyanya takut-takut. Sungguh, Ia benar-benar tidak ingat. Salah satu kelemahannya jika mabuk berat.

     "Haruskah aku bantu agar kau mengingatnya?" Dugg! Jantung Yoona semakin berdebar kacau.

     "Katakanlah.. Kau membuatku penasaran." berharap ia tidak mengatakan hal-hal aneh pada malam itu. Sehun tersenyum mendengar perkataannya.

     "Kalau begitu peluk aku." Dugg! Bisa-bisa Yoona mendadak terserang penyakit jantung.

     "Hah, apa maksudmu." tentu malu mendengarnya.

     "Semalam kau memelukku.." MWO! Tidak mungkin. Erang Yoona dalam hati.

     "Yang benar saja. Kenapa aku harus memelukmu." tak tahan ditatap seperti itu. Yoona memilih mengalihkan pandangannya dari Sehun.

     "Siapa dia? Diakah orangnya? Hoh, Arraso." ucap Sehun meniru perkataan Yoona pada malam itu. Yoona kembali menatapnya tak percaya. "bolehkah aku memelukmu? Jadi seperti ini rasanya memelukmu? Wae? Kenapa kau tidak membalas pelukanku? Apa hanya gadis itu yang mau kau peluk? Arraso." Yoona merinding mendengar perkataan Sehun. Sehun tersenyum sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Ne.. Aku cemburu. Aku tidak suka melihat kau memeluknya. Tadinya kau bahkan tidak melihat kearahku. Kau tidak menganggapku ada." Sehun mendadak diam dalam tatapan itu. Membuat Yoona penasaran dengan kelanjutan penjelasannya.

     "Wae? Hanya itu?" tanya Yoona yang dibalas anggukan oleh pria itu. "hah, Itu hanya ucapan diluar sadarku." dan kembali mengalihkan pandangannya dari wajah tampan itu.

     "Maksudku.. Kau berhenti berkata karena aku menciummu." seperti kilat kembali menatap Sehun. "itu karena kau terlalu berisik." tambah Sehun. "aku hanya ingin membuatmu diam." Yoona merasa tidak senang mendengar alasannya.

     "Jadi.. Kau menciumku karena aku berisik?" nada suaranya terdengar seperti bisikan. Sukses membuat Sehun terdiam sejenak. Suasana mendadak senyap. Sehun semakin menatapnya lekat hingga membuat Yoona terpenjara dalam manik kecoklatannya. Sesaat Yoona menyesali pertanyaannya barusan.

     "Kau menginginkan alasan yang lain?" Dugg! Untuk kesekian kalinya jantungnya berdegup kencang. Yoona gugup bukan main. Tapi anehnya, ia sama sekali tidak bisa melepas tatapan itu. Sorotan mata Sehun benar-benar telah memenjarakannya.

     "Memangnya kau punya alasan lain?" tanya Yoona berusaha berani.

      "Punya." ujar Sehun tenang. Rasa gugup semakin menyelimuti gadis itu. Yoona menelan ludah susah payah.

     "Apa?" sorot mata Sehun melembut.

     "Aku hanya mencium gadis yang kusukai." dapat Yoona rasakan kesungguhan ditiap kata yang Sehun ucapkan. Waktu seakan berhenti berputar, Yoona sama sekali tak bergerak. Terpana? Kaget? Senang? Tak percaya? Entahlah.

     "Termasuk wanita itu? Soomi?" dan pertanyaan itu mengalir begitu saja. Sehun mendengus pelan.

     "Bagaimanapun juga dulu aku pernah mencintainya." ungkap Sehun malas. Sesungguhnya ia enggan membahas Soomi. Dan ia tahu Yoona juga tidak suka mendengar nama itu. Yang telah gadis itu ketahui dari ibunya. Seperti yang kini ia lihat. Yoona kembali tak menatapnya.

     "Lalu bagaimana sekarang?" tanya Yoona tanpa menatapnya. "perasaanmu padanya?"

     "Apa kau harus menanyakan itu?" Yoona menatapnya kesal.

     "Wae? Kau masih mencintainya? Aa.. Dia ibu Sora. Tentu kau masih mencintainya." sepertinya Yoona benar-benar memperjelas kecemburuannya. "kalian juga sudah berteman sangat lama, pasti sulit untuk melupakannya. Tempat ini juga merupakan tempat dimana banyak kenangan masa lalumu bersamanya kan? Hah, kau pasti ingin menikmatinya sendirian. Aish.. Seharusnya aku tidak kesini. Kalau begitu nikmatilah waktumu. Aku pergi dulu." dan Yoona langsung melangkah menjauh darinya. Langkah buru-burunya membawanya hingga masuk kedalam labirin. Meninggalkan Sehun disana dengan kekesalan yang menyeruak hebat.

     Yoona sadar dengan apa yang sudah ia katakan. Ia hanya tidak mengerti mengapa ia bisa mengatakan semua itu padanya. Mulutnya terlalu sulit dikontrol hingga dirinya tak mampu menahan setiap kata yang hendak terlontarkan. Dapat ia rasakan matanya yang memanas, tidak, bahkan kini airmata mengalir manja di wajahnya. Tidak berniat menepisnya, malah terisak meratapi perasaannya. Ia terus melangkah asal melewati lorong disana. Drrrt! Kaget bukan main ketika ponsel yang berada di saku celananya bergetar singkat. Segera diraihnya dengan langkahnya yang sudah berhenti sejenak. Sebuah pesan singkat, Dari Sehun.

     "Segera temukan jalan keluar. Jangan sampai aku menemukanmu di dalam labirin ini. Saat ini aku sangat kesal. Dan aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika aku menemukanmu disini." begitulah isi pesannya. Debaran jantung gadis itu memburu. Mendesaknya hingga membuatnya berlari kecil menelusuri lorong-lorong disana. Tangannya menggenggan ponsel dengan erat. Yoona gugup bukan main, Tapi lebih merasa takut. Bagaimana ini? Memangnya apa yang akan dia lakukan padaku?

     Belum juga lama melangkah dirinya sudah merasa lelah. Entah mengapa ia merasa melewati lorong yang sama. Pesan Sehun terus mengisi pikirannya. Membuatnya tak tenang dan berusaha melangkah walau kini ia sudah sangat kelelahan. Sesaat ia merasa seperti mendengar suara langkah yang tentunya bukan miliknya. Mata sayunya langsung membulat, bebaran jantungnya semakin memburunya. Bernafas pun jadi sulit. Dimasukkan ponselnya kedalam saku celananya. Ia siap untuk berlari. Tapi langkahnya mendadak berhenti bahkan tubuhnya ikut mematung.

     Diujung lorong tengah melangkah menujunya. Sorot mata itu menancap tajam ke tengah bola matanya. Seakan ingin mengatakan, 'Aku tidak akan melepaskanmu'. Yoona bergidik ngeri. Langkah Sehun terlihat mantap, dentuman sepatunya mengiringi langkahnya itu. Mencoba menarik nafas dan memaksa kakinya melangkah mundur. Namun belum sempat ia bergerak. Sehun sudah tiba dihadapannya. Tanpa mengatakan apapun, pria itu sudah menariknya dan langsung menciumnya.

     Tangan Yoona berusaha mendorong dada bidang Sehun. Tapi cengkraman Sehun di pinggangnya terlalu erat. Membuatnya tak bisa bergerak sedikitpun. Sehun terus menciumnya penuh kehausan. Kekesalan dan segala perasaan bercampur menjadi satu. Yoona benar-benar melemah dalam dekapan itu. Sehun menciumnya tanpa memberinya waktu untuk bernafas. Nafas pria itu memburu dan membuat Yoona berdesir takut. Hingga tak sadar Yoona kembali meneteskan airmata. Airmata itulah yang berhasil menyadarkan Sehun dan memilih menghentikan sentuhan itu.

     Dilihatnya wajah yang merunduk itu. Airmata membasahi kulit wajahnya. Sehun merasa sangat bersalah. Sebelah tangannya bergerak pelan lalu mengusap wajah Yoona dengan lembut. Yoona masih tidak berani menatapnya. Ia menghela nafasnya penuh penyesalan. Dipeluknya tubuh itu. Yoona kembali memberontak, mendorong dada bidangnya berusaha terlepas dari pelukan itu.

     "Tenanglah dan dengarkan perkataanku." bisik Sehun pelan. Ucapannya membuat Yoona sedikit tenang dan diam dalam pelukannya. Deru nafas berat Sehun terus menggelitiknya. "saat ini hanya kau yang ada didalam pikiranku." hati Yoona menghangat mendengar itu. "kau dan Sora adalah prioritas utamaku." airmata kesenangan hendak mengalir, tapi Yoona menahannya. "Jika kau bertanya mengapa begitu? Karena aku mencintaimu." dan airmata tak mampu dibendungnya lagi. "seharusnya tadinya kau tidak menyebut nama itu. Karena saat ini aku hanya ingin membuat kenangan indah bersamamu. Disini." Yoona benar-benar menyesalinya. Ia langsung membalas pelukan itu dan membenamkan tangisnya di dada bidang Sehun. "lampu taman ini aku siapkan untukmu." kontras membuat Yoona langsung mendongak guna menatapnya langsung. Sehun melonggarkan pelukannya untuk membalas tatapan Yoona. Dilihatnya mata sembab Yoona yang tengah menangis. "jangan menangis. Kau jelek ketika menangis." gadis itu masih terlalu kaget untuk marah karena ucapan tak enaknya itu.

     "Kenapa tadinya kau tidak mengatakan ini?" tanya Yoona dengan nada sendu penuh penyesalan.

     "Karena kau memilih meladeni rasa cemburumu." sahut Sehun seraya menyeka airmatanya.

     "Mianhae.." Sehun kembali memeluknya. Paling tidak ia sudah sangat merasa lega. Akhirnya ia bisa berkata jujur mengenai perasaannya yang selama ini selalu mengganggu pikirannya.

     "Sebaiknya kita pergi sekarang. Udara semakin menusuk." langsung digenggamnya tangan Yoona. Dengan mantap mengisi sela jemari gadis itu, menggenggam dengan erat penuh kehangatan.

--

     Kebun terlihat sepi tanpa pekerja juga kedua orangtuanya. Mereka melangkah serentak melewati kebun hingga memasuki rumah itu. Ketika hendak melewati ruang makan, mata Sehun melihat kearah sebuah kertas di kulkas yang terdapat tulisan disana. Kami pergi ke rumah lurah. Ada perayaan dirumahnya. Dibawah tudung saji sudah ibu siapkan makan malam untuk kalian. Mungkin kami akan pulang telat, Jadi jangan tunggu. Tenang saja, Ibu bawa kunci. Keduanya mendadak gugup.

     "Hhhem." Sehun berdehem pelan. "kita makan sekarang saja. Sebelum makanannya dingin." Yoona mengikutinya yang sudah duduk di hadapan meja makan. Yoona duduk diseberangnya, menghadapnya. Tapi tak berani menatapnya.

     Mereka menyantap tanpa suara. Tak terasa keduanya sama-sama menyelesaikan santapan mereka. Yoona meraih piring kotor Sehun dan juga miliknya. Ia melangkah menuju dapur lalu mencuci piring tersebut. Dari yang ia dengar, sepertinya Sehun tengah memeriksa isi kulkas yang berada dibelakang Yoona. Didengarnya lagi suara botol minuman soda yang baru saja dibuka botolnya. Ditambah suara meneguk minuman yang seakan tengah melewati kerongkongan pria itu. Entah mengapa bebunyian itu membuatnya semakin gugup.

     "Kau mau?" tegur Sehun yang membuatnya kaget bahkan piring terlepas dari genggamannya. "waeyo?" Sehun mendadak cemas dan langsung berdiri disampingnya.

     "Ani, Gwenchana." jawab Yoona cepat.

     "Baiklah." Sehun kembali membuka pintu kulkas hendak meletakkan kembali minuman sodanya.

     "Dimana kain serbet untuk mengeringkannya?" tanya Yoona dan membuatnya dengan cepat berbalik untuk menoleh. Ternyata Yoona sudah berdiri menghadapnya.

     "Itu disana." ucapnya seraya menggerakkan dagu runcingnya ke rak yang ada diatas kepala Yoona. Yoona memandangi laci yang ada diatas kepalanya tak yakin. Terlalu lama, Sehun maju dua langkah dan tangannya langsung menarik pintu rak tersebut. Setelah berhasil meraih kain serbet ia kembali menatap Yoona berniat untuk memberikan serbet itu. Dugg! Dugg! Tak sadar ia telah menghimpit tubuh Yoona. Kakinya bergerak cepat melangkah mundur selangkah. "aku saja yang mengeringkannya." sambar Sehun yang tak sabar melihat Yoona yang terus diam kaku. Ia dorong tubuh Yoona kesamping agar ia bisa sedikit leluasa.

     "Aku kekamar dulu." ucap Yoona pelan dan langsung melenggang pergi. Kepergiannya membuat Sehun dapat bernafas lega.

     Sehun tengah menyaksikan drama korea di televisi. Bukanlah gayanya untuk menonton tontonan seperti itu, hanya saja ia merasa bingung hendak menonton apa. Dilihatnya lah drama aneh yang menampilkan sesosok putri duyung nan cantik. Lumayan juga wanita itu. Pikirnya. Sepertinya putri duyung itu akan membuatnya bertahan pada tontonan itu.

     "Yak, pindah ke MBC!" teriak Yoona yang baru saja berlari keluar dari kamar dan kini sudah melompat duduk disampingnya.

     "Mwoya! Kau mengagetkanku." kesal Sehun yang tengah asik mengamati wajah Jun Ji Hyun.

     "Cepat pindah ke MBC! Aku mau melihat drama terbarunya Nam Joo Hyuk.." rengek Yoona yang berusaha merebut remote dari tangan Sehun.

     "Shiro.." tolak Sehun lembut.

     "Yak! Kau pelit sekali!" manyun menatap Sehun yang membalas tatapannya dengan geli.

     "Ini pertama kalinya aku menyukai drakor. Jadi jangan ganggu aku."

     "Sebentar saja.. Kumohon.. Cepat dong.. MBC.. Yak!" menarik-narik lengan baju Sehun.

     "Apaan sih kau ini. Berisik sekali."

     "MBC dulu!"

     "Jangan berisik!"

     "MBC!"

     "..." Sehun menatapnya diam. Entah mengapa Yoona ikut terdiam dalam tatapan yang seakan mengisyaratkan sesuatu itu. "jangan paksa aku untuk membuatmu diam." perkataannya sedikit mengancam, tapi lebih membuat Yoona merona malu. Dengan kikuk Yoona hanya bisa duduk tenang disana. Disamping Sehun yang mulai menikmati drakor untuk pertama kalinya.

-

-

-

-

-

Continued..

(Cek cerita baruku ya. Judulnya Snowflakes atau searching aja Hyull. Bakal keluar semua ceritaku.)

-

-

-

-

-

Hi kakak-kakak..

Saya baru saja terbitkan novel.

Judulnya White Romance

Jika ingin tahu, bisa cek di instagram saya @hyull

Murah kok. Rp 78.000

Dan White Romance novel terbaik yang pernah saya buat.

Siapa tahu tertarik, bisa langsung diorder.

Maaci..