webnovel

The Exciled Queen

"Sudah ku bilang, dia bukanlah seorang ratu!" "Tidak ada seorang yang pantas disebut ratu jika ia berani membunuh suaminya sendiri!" "Kau pantasnya disebut ratu kegelapan!" teriakan kesal para rakyat Andora untuk Ratu Alice. Ratu Alice yang mentalnya telah dihajar habis-habisan pun menyerah dan menuruti keputusan para rakyatnya. Ia dituntut pengasingan diri di sebuah hutan belantara oleh rakyatnya karena dituduh telah membunuh Raja Albert, suaminya sendiri. Bagaimana rasanya difitnah setelah kehilangan suami tercinta? Bagaimana bisa ia bertahan sendiri dalam fitnah sekejam itu? Sementara ia merasakan kesedihan mendalam karena kehilangan suaminya. "Aku ikuti kemauan kalian semua, meskipun ini semua bukan ulahku!" "Ini fitnah!" "Kini kalian mengasingkan seorang ratu yang tidak bersalah!"**** Pengasingan diri itu dijalani oleh Alice selama bertahun-tahun lamanya. Selama pengasingan, dia terus menuntut keadilan untuk dirinya sendiri sampai akhirnya ia pun memiliki dendam terhadap Kerajaan Andora. Hal itu menyebabkan perubahan drastis pada Alice, ia menjadi wanita penyihir yang penuh dendam serta menjadi pemuja kegelapan. Ia bersumpah suatu saat akan kembali ke Kerajaan Andora, yang dimana itu adalah tempat dibawah kekuasaannya dulu. Ia bersumpah akan membawa si pelaku pembunuh dari suaminya itu di hadapan rakyat Andora serta merebut kembali kekuasannya.

Yutaandra0 · Fantasy
Not enough ratings
9 Chs

Bertemu Raja Andora

"Jika kau tidak dapat menemukan buku di dalam rak, maka tulis lah buku itu sendiri."

Alice Sandara, 1974.

"Tolong aku, Nona! Aku terjebak!"

Rupanya ada seorang laki-laki yang tengah terjebak di dalam sumur itu. Alice pun kebingungan mencari cara untuk mengeluarkan laki-laki itu. Namun saat dilanda kebingungan, tiba-tiba laki-laki itu berteriak lagi dari dalam sumur.

"Nona! Jika kau mau menolongku, cari lah pedangku yang terjatuh di tanah! Pedang itu sakti! Ia bisa mengeluarkanku dari sini!" teriak laki-laki itu.

Tanpa pikir panjang, Alice pun langsung mencari keberadaan pedang milik laki-laki itu. Dan setelah beberapa saat, akhirnya pedang itu pun terlihat oleh Alice dengan penuh kilauan cahaya. Alice langsung mengambilnya dan segera menolong laki-laki yang tengah panik terjebak di dalam sumur.

"Bagaimana cara menggunakannya, Tuan? Aku tidak mengerti." teriak Alice dari atas sumur

"Pejamkan saja matamu! Lalau katakan dalam hati jika kau ingin mengeluarkanku! Cepat, Nona!"

Mendengar ucapan itu, Alice segera mengikuti perintah dari laki-laki itu. Ia kemudian menutup matanya dan mengucapkan permintaanya dari dalam hati sambil terus memegang erat pedang tersebut.

Saat membuka mata, ia terkejut melihat sosok laki-laki yang tadinya terjebak di dalam sumur kini sudah berada di depannya. Ia langsung menatap paras tampan nan gagah dari laki-laki itu, begitupun sebaliknya, laki-laki itu terkesima melihat kecantikan serta aura Alice yang begitu terpancar.

"Ambil ini!"

"Si-siapa kau?"

Alice langsung mengembalikan pedang sakti itu kepada pemiliknya.

"Kau tidak mengenalku, Nona? Aku adalah Raja Arllot, pemimpin dari Kerajaan Andora termasuk penguasa hutan ini." ujar laki-laki itu.

Rupanya, laki-laki misterius yang ia tolong itu adalah seorang raja dari Kerjaan Andora. Kerajaan Andora adalah keraajan terbesar dengan pemimpin yang sangat disegani, yaitu Raja Albert. Alice masih tidak menyangka jika ia bisa bertemu dengan seorang pemimpin dari kerjaan besar.

"Ma-maafkan aku, Yang Mulia. Aku tidak tahu jika kau adalah seorang raja, maaf jika aku kurang sopan kepadamu." Alice membungkukkan badannya dihadapan Raja Albert.

"Tidak masalah, Nona. Justru aku berterima kasih padamu karena telah menolongku. Tapi bagaimana bisa kau tidak mengenalku? Semua orang di wilayah ini tahu aku adalah raja tapi kenapa kau tidak?"

Alice pun kemudian menceritakan semuanya kepada Raja Albert, termasuk menceritakan kisah pilunya terhadap perbudakkan yang ia dapat dari Valeria. Alice juga memberitahu Raja Albert tentang gelang sihir pemberian Valeria dan cara memusnahkannya. Mendengar cerita Alice, sang raja itu pun kemudian bersedia membantu Alice untuk bisa menyelamatkan diri serta masa depannya dari jebakan Valeria.

"Berikan tanganmu, Nona." ujar Raja Albert.

Tanpa basa-basi, Alice pun mengulurkan tangannya di hadapan Raja Albert. Pedang sakti milik sang raja itu kemudian ia sentuhkan ke gelang sihir yang dikenakan oleh Alice. Seketika saja pedang sakti itu memancarkan sinar yang begitu terang hingga Alice tak kuasa menatapnya.

"Buka matamu, Nona." Raja Albert pun memegang pundak Alice sambil tersenyum.

Alice kemudian membuka kedua matanya dan terkejut ketika mendapati gelang sihir itu telah sirna. Ia merasa begitu senang ketika menyadari jika kini dirinya telah bebas dari jeratan Valeria. Karena terbawa suasana, Alice tanpa sengaja memeluk Raja Albert dengan erat. Raja Albert yang pun hanya tersenyum tanpa membalas pelukan Alice. Menyadari hal itu, rasa canggung dan malu pun tak bisa dihindari oleh Alice.

"Ma-maafkan aku, Yang Mulia. Aku sangat senang sampai lupa jika aku lancang sudah memelukmu." ujar Alice.

Raja Albert pun kembali tersenyum ke arah Alice. Mereka saling terpanah dengan tatapan masing-masing.

"Bagaimana jika kau ikut denganku ke istana, Nona?"

"Ah! Berhenti memanggilku Nona, Yang Mulia. Namaku Alice Sandara, panggil saja Alice. Tidak etis rasanya jika seorang raja sepertimu memanggilku Nona." ujar Alice lembut.

"Baiklah, Alice. Aku menawarimu untuk ikut pergi ke istana bersamaku. Bagaimana?" tanya Raja Albert kepada Alice.

"A-apa? Ke istana? Apa yang akan orang-orang katakan nanti ketika melihat rajanya membawa seorang wanita lusuh sepertiku, Yang Mulia." Alice merasa sedikit malu dengan ajakan sang raja.

"Semua rakyatku selalu mendukung apapun yang aku lakukan, Alice. Mereka tidak akan berani berkomentar ataupun menilaimu hanya karena kau lusuh. Jika sudah denganku, kata lusuh itu lepas darimu." jawab Raja Albert meyakinkan Alice.

Alice pun mengiyakan tawaran Raja Albert untuk ikut bersamanya ke istana. Sang raja pun memejamkan matanya dan dalam sekejap mata seekor kuda putih pun muncul di hadapan mereka. Alice tercengang dengan kekuatan ilmu dari sang raja, hanya memejamkan mata, seekor kuda pun muncul begitu saja. Mereka pun akhirnya pergi ke istana bersama dengan menunggangi kuda putih itu. Selama perjalanan, Alice hanya bisa canggung dan masih merasa malu saat mengingat sikapnya tadi memeluk tubuh sang raja.

'Ayah ... aku tahu ini pertolonganmu untukku. Kau tidak mau putrimu terus-terusan menjadi budak si penyihir jahat itu lalu kau kirimkan seorang raja yang baik hati padaku, Ayah.' ucap Alice dalam hatinya dan mengingat almarhum ayah tercintanya.

"Yang Mulia, apa yang terjadi dengan Valeria setelah kau musnahkan gelang sihir itu?" Alice kemudian menanyakan perihal Valeria dan gelang sihirnya.

"Valeria tidak akan bisa menemukanmu lagi, Alice. Ia sudah kehilangan jejakmu karena gelang itu sudah musnah. Namun, Valeria itu adalah seorang penyihir jahat yang sudah lama berada di kawasan Andora. Ia akan melakukan apapun demi tujuannya. Dia bisa saja mendapatkan jejakmu kembali dengan sihirnya itu. Maka dari itu, ku putuskan untuk menetapkanmu di istana selamanya agar kau selamat." Sang raja menjelaskan apa yang akan Valeria alami.

"Ti-tidak, Yang Mulia. Rakyat macam apa aku ini? Bisa-bisanya dengan mudah tinggal di istana mewahmu." jawab Alice.

"Anggap saja ini sebagai imbalanmu karena kau telah menyelamatkan nyawaku, Alice. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kau tidak datang. Bisa saja pedang sakti milikku diambil orang lain lalu aku kehilangan kesaktianku dan aku tidak bisa menjadi raja lagi."

Rupanya kehadiran Alice saat itu tidak sekedar menyelamatkan hidup Raja Albert, namun ia juga menyelamatkan masa depan dari Raja Andora itu.

****

   Di satu sisi, Valeria yang berada di rumahnya kini merasa panik dan kebingungan dengan apa yang telah terjadi pada Alice. Benar saja, Valeria kehilangan jejak dari Alice dan tidak bisa menemukannya sama sekali. Sihirnya kini seakan tidak kuasa untuk menyentuh serta menjangkau Alice.

"Sial! Dimana gadis itu berada sekarang? Jangan-jangan gelang sihirku itu telah berhasil ia musnahkan! Arghh!" Valeria kemudian murka dan marah besar saat itu juga setelah mendapati Alice yang sudah tidak bisa ia jangkau.