webnovel

Perkumpulan meja besar

Nathan dalam amarahnya pergi meninggalkan kota tempat dia bertugas, pemecatan secara tidak hormat membuat pemuda itu memiliki dendam yang sangat mendalam.

"Kota S ..!!!

Suara kondektur bus mengagetkan Nathan dan dalam kebingungan tinggi Nathan menaiki bus dan ikut menuju kota S.

"Anak muda , kau mau kemana.???" Tanya kondektur pada Nathan.

"Dan berikan ongkos mu.!"

Nathan memberikan sejumlah uang sebanyak yang di minta oleh kondektur itu dan Nathan duduk dengan tenang.

"Perempuan tak ada otak, apa kau tak berpikir jika hidupku itu aku yang menentukan.???"

Suara teriakan keras dalam bus seperti bertengkar memaksa semua mata melihat ke arah suara keras itu termasuk Nathan.

"Heyy kalau mau bertengkar jangan dalam bus dong..!"

"Nanti saja di rumah." ucap salah satu penumpang memberikan nasehat, tapi nasehat yang mencibir.

"Diam kau, urus saja urusanmu"

"Atau kau memang suka mengurus urusan orang lain.??" Bentak lelaki yang memarahi perempuan di dekatnya.

"Kau di bilang melawan, apa kau tak memikirkan kenyamanan penumpang bus.??" lelaki memperingatkan tak mau kalah.

"Diam kau..!!" bentak lelaki itu dan berdiri berjalan ke arah lelaki yang memberikan nasehat.

"Kau merasa jantan, hahh.???"

"Kau merasa kuat.??" bentak lelaki itu.

Bersaman dengan bentakan itu tangan lelaki pemarah itu memberikan Bogeman mentah di wajah lelaki yang memberikan nasehat membuat lelaki itu jatuh terjerembab.

"Sebaiknya kau diam jika tak memiliki kemampuan."

Tangannya kembali memberikan pukulan ke wajah lelaki itu, tapi satu tangan kekar menahan gerakannya.

"Sudah cukup, kau sudah memberikannya pelajaran bukan.??"

"Jika kau belum puas, aku hadapi." kata orang yang memegang tangannya tak yang tak lain adalah Nathan.

"Apa yang kau banggakan.???" ucap lelaki itu meremehkan Nathan.

"Bukkkkk"

Belum selesai ucapannya mulutnya sudah berdarah dan itu pukulan keras dari Nathan.

"Bukkkk.!!"

Kedua kalinya Nathan memberikan pukulan ke wajahnya dan membuatnya jatuh tak tertahan, jatuh berbaring di lantai bus.

"Dan itu untuk kemarahan mu pada perempuan itu."

"Sebaiknya kau sadar jika perempuan itu bukan untuk di sakiti.!?" ucap Nathan dan tanpa peduli kembali duduk ke kursinya.

Untuk sejenak keadaan dalam bus tenang sampai bus berhenti untuk istirahat. Nathan yang juga merasa penat memilih sebuah meja dan memesan minum untuk dirinya.

"Aku Jack, siapa namamu tuan pembela.??" seorang lelaki dengan tampang yang cukup sangat dan tubuh berotot datang berkenalan dan memberikan tangannya untuk bersalaman dengan Nathan.

Nathan tersenyum dan menyambut salaman tangan itu.

"Nathan .. Nathan Arcansas." ucap Nathan menyebutkan namanya.

"Nama yang cukup jantan menurut ku, boleh aku duduk menemanimu.??" kata Jack.

"Silahkan tuan Jack, aku juga memiliki kawan.!" kata Nathan yang senang hati mendapatkan kawan baru.

"Apa pekerjaanmu tuan Nathan.??" Tanya Jack.

"Saat ini tidak ada, apa kau akan memberikan aku pekerjaan.??" Tanya Nathan bercanda.

"Hahaha ... tergantung keseriusan mu tuan Nathan.!"

"Ini kartu nama saya, jika ada waktu hubungi aku." kata Jack dan meninggalkan Nathan sendirian.

Nathan melihat jika Jack tak kembali masuk ke dalam bus tapi pergi entah kemana.

"Siapa dia.??"

"Dan ini apa.??"

Nathan melihat kartu nama yang diberikan oleh Jack, dan Nathan melihat jika itu kartu nama yang memiliki banyak arti.

"Perkumpulan meja besar.??" gumam Nathan.

Nathan tak pernah mendengar nama perkumpulan itu, tapi Nathan berpikir suatu hari akan mencari tahu apa perkumpulan meja besar itu.

***

Beberapa hari berlalu dengan cepat, dan Nathan sudah memulai hidup baru, menutupi statusnya sebagai seorang mantan tentara yang di pecat secara tidak hormat.

Untuk sementara Nathan masih tinggal tinggal di sebuah losmen dengan bayaran yang masih bisa Nathan bayar, tapi akan sampai berapa lama.

Beberapa toko di kota itu sudah Nathan datangi, tapi tak ada satupun yang mau memberikannya pekerjaan, mereka melihat Nathan bukan ingin bekerja, tapi ingin membobol toko mereka.

"Dibutuhkan seseorang untuk menjaga TK ini"

Nathan tersenyum saat membacanya dan itu tertulis jelas di pagar sebuah TK.

"Disinilah aku tinggal." ucap Nathan dan masuk ke dalam sekolah khusus anak itu.

Setelah bicara panjang lebar akhirnya Nathan di terima dan menjadi penjaga sekolah itu.

"Apakah kadang kadang aku boleh mengajari mereka.??" Tanya Nathan.

"Ohh silahkan, kami tak akan melarang mu."

"Itu sebuah keuntungan juga bagi kami.!" jawab pemilik sekolah TK itu.

Dan dari sinilah dimulai kehidupan baru dari Nathan Arcansas.

***

Tiga bulan berlalu dan Nathan sudah betah di menjadi penjaga sekolah TK itu, sampai suatu hari kabar mengejutkan pada Nathan memaksanya untuk mencari pekerjaan yang menghasilkan uang yang banyak.

"Apa..????"

"Ibu sakit.???"

"Sakit apa ayah.??" tanya Nathan begitu dia mendapatkan kabar dari ayahnya.

"Darah tinggi ibumu kumat saat mendengarkan dan mendapatkan kabar pemecatan mu, ada apa sebenarnya.??" tanya ayah Nathan.

"Semua itu hanya permainan ayah, aku membunuh seorang gembong narkoba."

"Dan atasan tak menyukainya, itu alasan yang di buat-buat."

"Membunuh gembong narkoba???"

"Dan kau di pecat.??"

"Bagaimana bisa.??" Ayah Nathan juga bingung dengan jawaban dari putranya itu.

"Tapi itulah kenyataan ayah, dan sekarang aku sudah menerimanya.!" kata Nathan.

"Sekarang kau dimana.???"

"Apa pekerjaanmu.??"

"Aku berada di sebuah kota ayah, dan aku memiliki pekerjaan?!" jawab Nathan.

"Kalau begitu kirimkan uang untuk berobat ibumu, ayah sudah kehabisan uang."

"Baik ayah, tapi tunggu dua Minggu lagi.!"

"Nathan belum gajian." jawab Nathan berbohong, padahal dia tak tahu darimana dia harus mendapatkan uang untuk berobat ibunya.

Nathan semalam berpikir harus mencari uang dari mana, dan itu membuatnya tak bisa tidur.

"Nathan, kau kenapa.??"

"Apa kau kurang tidur.??"

"Bu Seila, mengangetkan saja ibu.!" kata Nathan pada perempuan muda yang tiba-tiba sudah ada di dekat Nathan.

"Kau memikirkan apa.??"

Seila duduk dan bertompang dagu di depan Nathan.

Mata Nathan melihat wajah gadis itu, Nathan tahu jika Seila masih gadis dan belum menikah.

"Tidak ada Bu, aku permisi."

Nathan tak pernah menanggapi jika Seila bicara.

"Jack.???"

Nathan teringat pada orang yang berkenalan dengannya saat di bus, dan itu adalah Jack.

Nathan membongkar semua pakaian dan tasnya untuk mencari kartu nama yang diberikan oleh Jack.

"Aku menemukannya, aku harus menghubungi, siapa tahu pekerjaan yang dia berikan akan membantu ibu.!" gumam Nathan.

Berkali-kali Nathan mencoba menghubungi nomor yang diberikan oleh Jack, tapi tetap tak ada yang menerimanya.

Sampai tengah malam.

"Ini siapa.??"

Terdengar suara yang begitu menakutkan.

"Aku Nathan, apakah kau masih mengingatku.??" Tanya Nathan.

"Nathan.?? aku sudah lama menunggu kau menghubungi aku.!" ucap Jack.

"Apa pekerjaan yang akan kau berikan padaku.?" tanya Nathan.

Jack tak menjawab seperti menimbang kebenaran dari kata-kata Nathan.

"Aku ingin mengajakmu menjadi bagian dari perkumpulan meja besar."

"Apa kau tertarik.??"

"Perkumpulan meja besar.??"

"Apa itu.??" Tanya Nathan penasaran.

"Jika kau ingin tahu, kita harus bertemu.!"

"Katakan kapan dan dimana.!"

***