webnovel

The Alchemists: Cinta Abadi

Finland adalah gadis paling kesepian di dunia, yang harus berani menghadapi dunia yang sulit di Singapura sendirian setelah lulus dari universitas dengan beasiswa. Setelah dibesarkan sebagai anak yatim dalam kemiskinan di pinggiran Jakarta dan selalu dibully gadis-gadis kaya di sekolahnya, ia sangat kuat membentengi dirinya agar tidak disakiti oleh orang lain. Secara kebetulan, Finland bertemu Caspar, seorang alchemist generasi kedua yang telah hidup selama 438 tahun dan sebenarnya abadi. Caspar telah menumpuk kekayaan, pengetahuan, dan kesempurnaan di dalam hidupnya (yang sangat panjang). Ia tidak pernah jatuh cinta dan bergonta-ganti kekasih sebulan sekali, sampai akhirnya karma membalas Caspar ketika dia bertemu satu-satunya gadis yang tidak peduli pada ketampanannya dan kekayaannya yang luar biasa, dan pada gilirannya membuatnya jatuh cinta setengah mati. Copyright: @2019 Missrealitybites *** Follow FB Page "Missrealitybites" untuk ngobrol dengan saya tentang novel-novel saya: 1. The Alchemists 2. Kisah Cinta Ludwina & Andrea 3. Katerina 4. Glass Heart : Kojiro - Nana 5. 1912-1932 6. Altair & Vega 7. Pangeran Yang Dikutuk 8. Finding Stardust / Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang Lihat visual novel ini di Instagram @casparthealchemist Instagram @missrealitybites

Missrealitybites · Fantasy
Not enough ratings
1144 Chs

Bertemu Billie Yves

Jean memandang Caspar dan Finland lalu ke arah Katia bergantian. Ia tampak heran melihat wajah-wajah mereka yang terkejut. Seharusnya ia yang terkejut melihat mereka semua ada di tempat yang sama.

"Kau masih mau ketemu Billie?" tanya Jean kepada Finland. "Dia akan segera pulang."

Seketika wajah Katia dan Finland tampak menjadi lega. Sepertinya Jean tidak mendengar perkataan Katia barusan. Mereka tidak perlu kuatir.

"Hallo, Jean. Sedang apa kau di sini?" tanya Katia dengan suara ramah.

"Oh, aku menggantikan manajer Billie Yves malam ini. Kau diundang oleh tuan rumah juga?" tanya Jean.

"Benar. Kami kebetulan ada di komunitas yang sama," jawab Katia. "Aku juga penggemar Billie. Aku sudah menonton konsernya tiga kali."

"Apakah kau mau ikut dengan kami ke belakang panggung dan bertemu Billie?" tanya Jean lagi.

"Uhm, tidak usah. Aku sedang kurang sehat. Sampaikan saja salamku kepadanya." Katia menggeleng. Ia sedang tidak ingin melihat Finland berlama-lama, apalagi mengikutinya ke belakang panggung.

"Maaf, aku mau bertemu Billie sebentar," Finland mencium pipi Caspar lalu permisi kepada yang lain. "Senang bertemu kalian."

Caspar menggenggam tangan Finland sebentar sebelum melepasnya pergi. "Aku tunggu di sini."

"Baiklah, sampai nanti."

Pemandangan itu membuat hati Katia sakit dan ia harus berpegangan pada Alexei agar tidak terhuyung.

"Kami datang mau mengucapkan selamat, tapi ternyata mempelai perempuan pergi dengan laki-laki lain." sindir Alexei. "Kalau begitu kami permisi dulu."

"Aku juga permisi," kata Katia dengan suara lemah. Ia menggandeng Alexei dan mengajaknya pergi meninggalkan Caspar. Sophia menyusul mereka.

Caspar tinggal sendirian di tempatnya, melihat Katia yang berjalan dengan Alexei dan berusaha menduga-duga apa hubungan di antara keduanya. Aldebar lalu datang menghampirinya dan mengajak Caspar ke mejanya untuk menikmati makanan.

***

Jean berjalan sambil menggandeng Finland ke belakang panggung untuk bertemu Billie Yves. Ketika mereka tiba di sana Billie tampak sedang menikmati cocktail bersama band pengiringnya dan berbincang-bincang dengan suara pelan.

"Billie, perkenalkan ini sahabatku." Jean menghampiri Billie yang segera bangkit merangkul Finland tanpa meletakkan gelasnya.

"Hei... apa kabar? Jean banyak cerita tentangmu." Billie tampak sangat ramah untuk ukuran seorang penyanyi sangat terkenal. Finland tak percaya ia sedang berdiri di hadapan idolanya yang barusan merangkulnya. Tubuhnya seketika gemetar.

"A.. aku sangat senang bertemu denganmu. Aku selalu mendengarkan lagu-lagumu" Finland tampak salah tingkah, "Karena sekarang aku sudah bekerja dan punya uang, aku selalu membeli musikmu dengan legal..."

Billie tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Terima kasih. Aku senang mendengarnya. Jean sudah punya beberapa CD dengan tanda tangan, kusiapkan untukmu."

Finland mengangguk senang. Jean menyerahkan sebuah kantong kertas kepadanya berisi semua CD yang dimaksud dan membuat gadis itu sumringah.

"Kita harus foto bareng," kata Jean kemudian. Ia mengeluarkan ponselnya dan meminta salah seorang kru untuk mengambil foto mereka bertiga. Finland tampak senang sekali. Ia tak menyangka hari terakhirnya di tahun ini ditutup dengan bertemu salah satu idolanya.

Ia sangat menyukai Billie Yves sejak ia masih SMP. Saat itu Billie yang memulai debutnya di usia 17 tahun mengeluarkan lagu-lagu yang seolah ditulis khusus untuknya. Semua liriknya mengena bagi gadis itu. Finland yang tidak punya teman di sekolah dan tidak punya orangtua selalu merasa kesepian. Di saat ia sendiri lagu-lagu Billie-lah yang menjadi temannya.

Ia tak menyangka 10 tahun kemudian ia akan dapat melihatnya di konser pesta pribadi seperti ini dan bahkan berbincang-bincang seperti teman. Tak terasa air matanya meleleh, membuat Jean dan Billie kaget.

"Kenapa sedih?" tanya Jean cepat. Ia mengusap-usap punggung Finland berusaha menenangkannya.

"Ini bukan airmata kesedihan... Ini air mata bahagia," kata Finland di sela isaknya, "Aku tidak pernah menyangka suatu hari akan dapat bertemu Billie... Sejak pertama kali mendengar lagumu yang berjudul 'You Are Enough' 10 tahun yang lalu, aku sudah merasa seolah kau adalah teman yang mengerti diriku. Lagu-lagumu membuatku merasa bahwa aku tidak sendirian..."

Billie tersenyum haru. Ia merangkul Finland lagi dan mengucap terima kasih.

"Aku bahagia mendengar bahwa laguku telah menjadi teman bagi seseorang. Kita harus ketemu lagi dan ngobrol lebih lama. Kalau kau ke Amerika, dan aku sedang tidak tur, silakan datang ke studio atau ke rumahku. Jean tahu alamatku."

Jean mengangguk. "Kapan-kapan kita mesti traveling ke LA dan main ke tempat Billie."

Finland mengangguk berkali-kali, ia sangat terharu. "Ini adalah pesta tahun baru terbaik dalam hidupku."

Mereka ngobrol beberapa menit lagi sebelum akhirnya Billie harus pamit. Ia dan krunya akan merayakan tahun baru mereka sendiri di klub di pusat kota. Jean yang bertindak mewakili manajernya harus pergi juga.

"Aku akan mengantarmu kepada Caspar..." kata Jean. Ia memberi tanda kepada yang lain, "Aku nanti langsung ke mobil. Kalian tunggu aku di sana."

Jean dan Finland berjalan kembali ke tempat terakhir mereka meninggalkan Caspar. Jadeith yang melihat mereka lalu membawa keduanya ke meja Caspar dan Aldebar yang sedang menikmati wine sambil mengobrol.

"Kalian sudah kembali?" tanya Caspar. Ia segera berdiri dan membukakan kursi untuk Finland, lalu memberi tanda kepada seorang pelayan untuk datang. Ia kemudian bertanya kepada Finland dengan suara lembut. "Mau minum apa?"

"Red wine atau sampanye, apa saja," jawab Finland.

"Sampanye," kata Jean.

Caspar menoleh ke arahnya dengan pandangan heran. Ia tidak merasa menawarkan Jean untuk duduk dan minum bersama mereka karena ia tahu Jean harus pergi bersama rombongan Billie.

"Bukannya kau harus pergi?" tanyanya.

"Sebentar lagi," jawab Jean. "Aku tak bisa pergi tanpa mengucapkan selamat kepada sahabatku atas pernikahannya."

Tepat saat itu pelayan sudah tiba dengan nampan berisi minuman.

Jean segera mengambil dua gelas sampanye dan memberikan satu kepada Finland. Gadis itu sangat terkejut dan hampir menjatuhkan gelas yang diberikan kepadanya.

"Jean... aku..." Ia kehilangan kata-kata. Jean ternyata tahu Caspar dan Finland telah menikah!

Jean mencoba tersenyum tetapi matanya tidak bisa berdusta. Finland tak tega melihat pandangan mata Jean yang terluka seperti itu. Ia tahu Jean merasa sedih karena ia tidak diberi tahu, dan tidak dilibatkan dalam salah satu momen terpenting di hidup Finland..

Namun tentu saja, Jean-nya yang baik hati tidak akan membiarkan Finland merasa bersalah. Ia mendentingkan gelasnya ke gelas Finland lalu meminum habis sampanyenya, masih berusaha tersenyum.

"Selamat ya. Seharusnya kau bilang-bilang kalau akan menikah. Tadinya aku ingin menjadi orang yang melepasmu di altar..." Ia menaruh gelasnya di meja lalu merangkul Finland erat sekali. "Aku mendoakan kalian bahagia."

Jean melepaskan pelukannya dan kemudian menyalami Caspar.

"Aku titipkan sahabatku kepadamu." Ia memberi jeda sebelum melanjutkan kata-katanya, "Jangan pernah membuatnya menangis."

Caspar sudah tahu bahwa ia tidak boleh membuat Finland menangis, tanpa Jean perlu mengingatkannya. Ia masih ingat ketika bercanda menggunakan Famke untuk sengaja membuat Finland cemburu, gadis itu sangat marah karena Caspar membuatnya menangis dan tidak mau menerima teleponnya selama berhari-hari saat ia di Seattle. Caspar tidak mau ambil risiko lagi.

"Aku tahu," jawabnya pendek, tapi wajahnya tersenyum. Ia kemudian teringat sesuatu dan bertanya kepada Jean, "Kau mendengar ucapan Katia tadi?"

"Ya," jawab Jean. "Tapi aku tidak mau membahasnya di depan mereka. Tentu memalukan menyebut diriku sebagai sahabat Finland tapi bahkan aku tidak tahu dia sudah menikah."

"Jean... maafkan kami," kata Finland dengan suara parau. "Aku baru akan memberitahumu di Paris..."

"Tidak apa-apa, Finland sayang. Aku mengerti, kalian pasti punya alasan kuat." Jean mengacak rambut Finland dan tersenyum saat melihat pandangan cemburu Caspar. "Kita bisa bicara nanti."

"Berapa banyak yang kau dengar?" tanya Caspar dengan suara mendesak. "Apa kau mendengar semuanya?"

Jean mengangkat bahu.

"Bahwa kau dan Katia pernah bersama selama 50 tahun sebelum kau akhirnya bersama Finland?" tanyanya dengan nada acuh, "Ya, aku dengar itu."

Seketika wajah Caspar dan Aldebar berubah. Finland pun seketika menjadi pucat. Ternyata Jean mendengar semuanya. Kenapa ia tadi sama sekali tidak bereaksi??

"Kau mendengar itu?" desis Finland. "Kenapa tidak bilang?"

"Aku rasa aku tidak berhak bertanya. Kalau kau mau memberitahuku, pasti akan kau lakukan. Aku bukan tipe orang yang sok ingin tahu urusan orang." Jean tersenyum acuh dan kemudian minta diri, "Billie sudah menunggu. Aku pergi dulu. Sampai ketemu di Paris tanggal 16."

Ia berlalu meninggalkan ketiga orang yang keheranan itu. Mereka masih tak percaya Jean mendengar semuanya, dan ia tidak penasaran ataupun bertanya-tanya kepada mereka mengapa Caspar dan Katia bisa berhubungan selama 50 tahun... dan masih tetap terlihat muda.

"Temanmu itu tahu rahasia kami..." desis Caspar, sambil menatap Finland. "Tidak ada manusia biasa yang boleh mengetahui keberadaan kami."

Finland seketika meletakkan gelasnya dan memegang tangan Caspar.

"Aku juga manusia biasa dan aku mengetahui rahasia kalian... Kau tidak boleh mengganggu Jean. Kau sudah berjanji!" tukasnya segera.

Ia menatap Caspar dengan pandangan penuh tekad. Caspar tahu kalau ia bertengkar dengan Finland tentang Jean, saat ini Finland akan memilih Jean. Ia tak bisa mengambil risiko itu.

Akhirnya ia hanya mendesah, lalu menatap Aldebar.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanyanya. Aldebar menggeleng-geleng sambil mempermainkan gelasnya. Caspar mendesah lagi. "Kau tidak tahu?"

"Kita bicarakan besok saja. Sekarang sudah hampir tahun baru. Sebaiknya kita menikmati pesta dan memikirkannya besok. Aku yakin temannya Finland tidak berbahaya." Aldebar memberi tanda kepada pelayan agar datang dengan minuman lagi.

"Jean bukan ancaman. Dia tidak berbahaya! Kalian jangan mengganggunya!" tukas Finland.

Caspar hanya bisa mengangguk. Ia akan memutuskan besok pagi apa yang harus dilakukannya kepada Jean. Malam ini ia akan membiarkannya saja, ia tak mau membuat Finland marah. Tidak sekarang.