webnovel

Tespek Pembantuku

Area dewasa, anak di bawah umur dilarang mendekat. "Siapa yang berani menghamili pembantuku?!" tanya Intan sambil melihat tespek yang dia temukan di tong sampah dapur.

BayuHidayat · Urban
Not enough ratings
30 Chs

Ani Benar-Benar Minta Digaruk

Ciuman Ani dan Hendri begitu panas dan menuntut. Untuk sesaat mereka melepaskan tautan bibir mereka.

Pandangan kedua mata mereka kini diliputi oleh kabut ghairah.

"Masih ada waktu sekitar satu jam setengah lagi sebelum pacarmu datang!" ucap Ani.

Hendri hanya menyimak sambil memandang ke arah Ani.

"Kamu mau tidak Hen kalau kita main sebentar?!" tawar Ani yang kedua tangannya mulai merambat ke arah baju seragam Hendri dan membuka kancing itu satu persatu.

"Boleh!" jawab Hendri.

Hendri bangkit dari duduknya begitu pun Ani.

Tangan Hendri menggeser bangku yang tadi mereka duduki agar lebih menempel ke dinding ruang pos satpam.

Tangan Hendri kini meraih koran bekas yang ada di pos ini dan dengan cepat menatanya di atas permukaan keramik lantai itu.

"Kita mainnya disini?!"

"Iya An! Kalau kita ke dalam nanti ketahuan sama Pak Steven! Kalau di pos kan aman dari jangkauan CCTV!"

"Oh"

"Sini duduk!" pinta Hendri agar Ani segera duduk.

Ani menurut dan dengan patuh duduk.

"Buka pakaian kamu An! Aku juga akan buka sendiri pakaianku!" perintah Hendri. "Aku tidak mau ada yang curiga, jadi kerapian baju harus diutamakan!" jelas Hendri.

Ani tersenyum dan takjub dengan Hendri yang sangat teliti.

Mereka melepaskan seluruh pakaian mereka dan menaruhnya di atas bangku.

Kini baik Hendri maupun Ani saling mendekat dan melanjutkan aktivitas mereka yang tadi sempat terhenti.

Tubuh Ani kini sudah roboh dan punggungnya menempel di atas koran yang diletakkan di atas keramik lantai pos ini.

Suara d*sahan mulai terdengar meski tidak terlalu lantang karena mereka tidak bisa lepas menyuarakannya.

Hendri begitu pandai melakukannya seolah-olah dia memang sudah terbiasa dengan hal ini.

Kini mereka berpindah posisi, sekarang Ani yang berada di atas tubuh Hendri dan gilirannya untuk memuaskan orang yang ada di bawah tubuhnya.

Kegiatan panas mereka telah selesai dan Hendri tersenyum senang sambil melihat ke arah Ani yang sama-sama tersenyum senang.

"Bagaimana kamu puas tidak An?!"

"Puas banget!" jawab Ani yang ikut melihat ke arah Hendri. "Ternyata seperti ini ya rasanya main dengan laki-laki muda yang tampan!"

"Enak ya!"

"Hu'um" Ani mengangguk.

"Kamu juga nikmat banget An! Pantesan saja Pak Steven selalu minta dilayani kamu!"

"Dibandingkan sama pacar kamu, enakan mana? Aku atau dia?!"

"Sama enaknya, cuma entah kenapa rasanya lebih greget sama kamu!"

"Kalau aku mau lagi! Kamu mau tidak melayani?!" tawar Ani menawarkan kesempatan-kesempatan berikutnya.

"Boleh!"

"Nanti aku hubungi kalau sudah ada waktu yang tepat!"

"Iya"

Hendri meraih kotak tisu di atas meja dan memberikannya juga kepada Ani.

"Lap keringat kamu An!" titahnya.

Ani menurut dan mengambil beberapa lembar dan mulai mengelap tubuhnya yang sudah berkeringat.

Mereka berdua kembali berpakaian setelah tubuh mereka kering dan keringat yang masih keluar setelah berpakaian mereka lap menggunakan lembar-lembar tisu yang masih banyak di dalam kotak putih itu.

Ani dan Hendri belum kembali duduk di atas bangku, mereka masih duduk di atas koran yang sudah kusut di beberapa tempat setelah dipakai menjadi alas percintaan panas mereka.

Di luar pintu pagar rumah Pak Steven, Pak Eko sedang tersenyum senang sambil memeluk hapenya dan dia kembali melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti.

***