webnovel

TPST - Tidak Takut Marah?

"Yeay! Masuk," ucap Aksena yang terlihat begitu kegirangan dengan hal ini, karena pada akhirnya bola yang dia lemparkan bisa tepat pada sasarannya—ring.

Brandon menganggukkan kepalanya. "Sekarang lo coba sendiri," seru Brandon dengan santai sambil memberikan bola yang baru saja dia pungut.

Setelah itu, Aksena menerima bola itu dan berjalan ke tempat di mana dia akan shooting, dia merasa deg-degan, apalagi saat melihat ternyata sudah banyak orang yang berada di sekeliling lapangan.

Bersiap-siap dengan posisi yang sudah dia ingat dan beberapa kali membenarkan posisi tangannya saat memegang bola, dia melihat lurus ke arah ring sampai pada akhirnya dia melakukan shooting.

"Bagus," ucap Brandon disertai dengan sebuah tepukan, dia merasa senang melihat Aksena yang penuh dengan kebahagiaan, karena bisa melakukan shooting tepat pada sasaran.

"Makasih ya Kak," ucap Aksena dengan nada bicara yang begitu senang.

Brandon mengangguk. "Masih mau lanjut main atau mau istirahat?" tanya Brandon.

"Aku udah cape sih Kak," jawab Aksena penuh dengan kejujuran.

"Ya udah yuk istirahat," ajak Brandon dengan enteng.

Aksena menganggukkan kepalanya sampai pada akhirnya dia berjalan ke pinggir lapangan bersama dengan Brandon, pandangannya mengedar ke sembarang arah, sampai pada akhirnya dia melihat seseorang yang tengah memperhatikan dirinya dengan tatapan yang penuh keseriusan, bahkan terkesan tajam.

Buset tuh orang punya masalah apa sama gue sampai liatin gue kayak gitu?

Aksena kebingungan sendiri dengan alasan kenapa orang itu memperhatikan dirinya dengan tatapan yang tajam dan terlihat tidak suka.

Siapa orang itu?

Meski Aksena menyadari hal itu, tapi dia tidak begitu memedulikannya, dia tahu kalau ada banyak cewek yang suka pada Brandon, sehingga bukan sebuah hal yang aneh jika ada orang yang tidak suka saat Brandon bersama dengannya.

*****

"Lo mau makan apa?" tanya Brandon dengan menggunakan nada bicara yang santai sambil memperhatikan wajah Aksena dengan tatapan yang terlihat betah.

Sejenak Aksena berpikir. "Eh ... apa ya? Bingung aku," ucap Aksena penuh dengan kejujuran.

Entah memang bingung dengan makanan yang ada, entah karena dia yang tengah bersama Brandon, sehingga dia kebingungan menjawabnya.

"Jangan makan yang berat ya, baru selesai banget lo olahraga." Brandon menginginkan hal ini menggunakan nada bicara yang santai.

Mendengar hal itu membuat Aksena menganggukkan kepalanya, dia begitu nurut dengan apa yang sudah Brandon ucapkan, tapi percayalah dia menurut bukan sepenuhnya tahu akan aturan kesehatan, melainkan dia mendengarkan siapa yang berucap.

Sepertinya siapa yang melakukan memang cukup penting, karena jika orang itu bukan orang yang dikenal atau dekat, tidak akan mungkin kita nurut begitu saja pada apa yang dia ucapkan.

Sambil menunggu apa yang mereka pesan, terlihat santai kalau mereka tengah berbincang, bahkan setengah bercanda santai. Terlihat jelas kalau mereka begitu asyik saat bersama.

Di lain dari Aksena dan juga Brandon yang tengah berbincang santai, bahkan terlihat begitu akrab, ada banyak yang melihat mereka dengan pandangan yang menunjukkan kalau mereka tidak suka pada apa yang terjadi.

Seorang laki-laki melangkahkan kaki dengan santai sambil mengedarkan pandangannya dan kemudian tak sengaja melihat pemandangan yang sama sekali tidak dia sukai.

Melihat hal itu dengan begitu jelas beberapa saat membuat dia merasa tidak suka sampai pada akhirnya, tangannya mengepal kuat menahan emosi yang ada dalam dirinya.

Lo mau apa sebenarnya?

Laki-laki itu merasa begitu kesal dengan apa yang sekarang tengah dia lihat. Ingin rasanya dia langsung menghampiri mereka, tapi ada sebuah hal yang membuat dia mengurungkan niatnya.

Siapa dia?

*****

"Cie yang abis main basket sama Kak Brandon, keliatannya happy banget ..." goda Winda yang didukung dengan tawaan teman-temannya.

Melihat mereka yang seperti ini, membuat Aksena terdiam sejenak sambil berpikir. "Lo semua tahu?" tanya Aksena yang merasa kurang yakin dengan hal ini.

"Gimana gak tahu coba kalau mainnya di tempat umum dan di pusat Sekolah ini?" tanya Jeje yang mengingat kalau mereka bermain di Lapang Basket langsung yang sudah pasti bisa membuat banyak orang tahu akan hal ini.

Tidak ingin memperdebatkan hal ini, sehingga Aksena hanya tersenyum dan kemudian melangkahkan kaki dengan santai menuju ke arah di mana tempat duduknya berada.

"Lo main sama Kak Brandon terang-terangan kayak gitu, apa gak takut?" tanya Listi sambil menatap Aksena dengan tatapan yang serius.

Kening Aksena mengernyit mendengar hal itu dan kemudian dia memilih untuk bertanya, "Takut kenapa?" Aksena merasa tidak mengetahui hal apa yang mengharuskan dia merasa takut.

"Kalau sampai cowok lo tahu, apa dia gak akan marah?" tanya Listi.

Pertanyaan yang cukup masuk akal, bahkan mereka juga menjadi mengangguk-anggukkan kepalanya. Mereka setuju dengan pertanyaan yang baru saja Listi ucapkan.

"Cowok gue yang mana?" tanya Aksena dengan begitu enteng yang dia tidak teringat pada Mervin.

"Buset deh Na, lo tanya cowok yang mana, memangnya ada berapa cowok lo?" tannya Jeje sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Mervin Na, apa lo gak takut kalau sampai dia marah karena melihat lo bersama dengan Kak Brandon?" tanya Listi yang memperjelas pertanyaan ini.

Mendengar hal itu, membuat Aksena terdiam beberapa saat. Aksena menjadi memikirkan hal tersebut dengan penuh keseriusan.

Kalau dia marah gimana ya?