webnovel

TPST - Sekalian Dengarkan

"Tapi lo gak boleh sama dia," larang Mervin dengan begitu serius.

"Kenapa?!" tanya Aksena yang malah juga semakin mentang Mervin.

"Karena lo milik gue!" tekan Mervin yang mengingatkan Aksena akan hal ini.

Kali ini bukan kalimat yang pertama kalinya keluar dari mulut Mervin, seharusnya Aksena sudah bisa ingat akan kalimat yang tidak terdiri dari banyak kata ini, tapi mempunyai sebuah makna yang begitu jelas.

Di sini terlihat begitu jelas ketidaksukaan Mervin saat melihat Aksena bersama dengan Brandon, bahkan dia juga sudah melihat hal itu secara langsung. Jadi, dia marah bukan semata-mata hanya mendengar kabar dari Bella saja.

Sepertinya Mervin memang sudah suka pada Aksena, sehingga dia tidak ingin cewek yang dia sukai dekat dengan cowok lain, apalagi kedekatan mereka begitu terlihat jelas.

"Bagaimana gue bisa betah sama lo, kalau sikap lo seperti ini?!" tanya Aksena dengan nada bicara yang begitu tinggi.

Aksena terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya seolah sebuah jawaban yang menunjukkan kalau dia sama sekali tidak merasa betah bersama dengan laki-laki seperti Mervin.

Selain dari Aksena yang masih belum terima dengan sikap Mervin yang mengklaim dia sebagai ceweknya, sekarang dia semakin tidak suka sebab Mervin menjadi berbicara menggunakan nada tinggi saat bersama dengannya.

"Lo tahu kalau gue sama dia, karena lo liat gue sama dia?" tanya Aksena terlebih dahulu, dia ingin memastikan hal ini dan sepertinya ada sebuah alasan tertentu di balik hal ini.

Mervin menganggukkan kepalanya penuh dengan kejujuran. "Lo sudah tidak bisa mengelak lagi, karena gue sudah melihat semua itu dengan jelas."

Pantas saja emosinya bisa begitu tinggi, karena dia sudah melihat dengan jelas setiap kedekatan dari cewek yang sudah dia akui sebagai ceweknya dan sudah menerima tantangan untuk menjadi ceweknya.

Tidak berniat mengelak, Aksena mengangguk-anggukkan kepalanya. Pada akhirnya apa yang dia inginkan menjadi kenyataan dengan Mervin yang mengakui hal itu, maka dia akan lebih mudah menyampaikan semuanya.

"Kalau lo melihat, kenapa gak sekalian lo mendengarkan apa yang gue dan juga dia bicarakan, biar lo tahu kalau nada bicara dia tidak seperti lo!" jelas Aksena yang merasa tanggung jika Mervin hanya sekedar melihat kedekatan dia dengan Brandon.

Benar saja.

Ada sebuah alasan di balik Aksena yang meyakinkan hal ini dengan penuh dan Aksena langsung mengungkapkan semuanya secara terang-terangan di hadapan cowok yang dimaksud.

*****

Saat Aksena melangkahkan kakinya, Mervin saat itu juga menarik tangan Aksena dengan cukup kuat yang membuat Aksena tertarik dan berhadapan kembali dengannya.

"Lepasin tangan gue!" pinta Aksena yang sudah kesal bersama dengan Mervin yang sedari tadi kasar pada dirinya.

Mervin menggelengkan kepalanya. "Gak, gue belum selesai ngomong sama lo." Mervin memberikan sebuah alasan kenapa dia menarik Aksena saat dia akan pergi.

"Sedari tadi lo hanya bentak-bentak gue, bukan ngomong sama gue!" tekan Aksena yang lebih memperjelas apa yang sudah terjadi.

Emosi dalam diri Mervin semakin memuncak, bahkan deru napasnya mulai terdengar kasar, bahkan raut wajahnya sudah jauh dari kata cool, sudah terlihat memerah seperti Angry bird.

"Au, sakit!" teriak Aksena saat merasa kalau cengkraman tangan Mervin semakin kuat di pergelangan tangannya.

"Lepasin tangan gue, MERVIN!" tekan Aksena yang saat itu juga menarik tangannya dan karena sebelumnya sudah melonggar sebab mendengar Aksena yang kesakitan, maka tangannya bisa lepas begitu saja.

Plak

Sebuah tamparan mendarat di pipi Mervin. Aksena sudah benar-benar kesal dengan hal ini. "Lo jahat! Gue benci sama lo!" ketus Aksena yang kemudian melangkahkan kaki meninggalkan Mervin begitu saja.

"Argh!" Mervin mengacak-acak rambutnya frustrasi, dia benar-benar kebablasan dalam emosinya sekarang.

Sepertinya rasa suka Mervin pada Aksena sudah bukan berada di batas yang biasa saja, sehingga saat melihat Aksena bersama dengan yang lain, perasaan iri yang ada dalam dirinya itu muncul, apalagi saat melihat senyuman Aksena bisa terukir dengan begitu jelas saat bersama dengan Brandon.

*****

"Na, lo kenapa?"

Teman-temannya merasa kaget saat melihat Aksena yang kembali ke Kelas dengan mata yang terlihat memerah, bahkan dari awal saja teman sekelasnya sudah bertanda tanya akan hal ini.

"Lo nangis?" tanya Winda yang kebingungan dengan hal ini.

"Siapa yang buat lo nangis?" lanjut tanya Jeje yang begitu heran melihat Aksena yang kembali dengan keadaan seperti ini.

Aksena menggelengkan kepalanya. "Gue gak papa, jangan ganggu gue." Hal yang Aksena butuhkan sekarang adalah sebuah ketenangan, sehingga dia tidak ingin jika teman-temannya terus mengganggu dirinya.

"Tapi, lo serius?" tanya Winda yang masih tidak bisa tenang jika harus mengabaikan Aksena dalam kondisi seperti ini begitu saja.

Aksena menganggukkan kepalanya, karena memang dia akan merasa jauh lebih tidak baik jika terus ditanya oleh mereka, apalagi jika dipaksa untuk menceritakan apa yang membuat dirinya menjadi seperti ini.

"Ya udah kalau gitu," ujar Winda yang pasrah.

"Kalau mau cerita, tinggal cerita ya Na." Jeje berucap dengan begitu enteng, mereka akan mendengarkan dengan santai jika Aksena ingin menceritakan hal yang membuat dia menangis seperti sekarang.

Tidak menjawab, Aksena memilih untuk melanjutkan langkah kakinya ke arah di mana tempat duduknya berada, dia menenggelamkan kepalanya ke dalam dekapannya sendiri.

Apa yang sudah terjadi tadi cukup menguras emosinya dan sekarang perasaannya benar-benar tidak baik-baik saja. Semuanya bercampur aduk, antara emosi, sedih, dan perasaan tidak suka.

Kenapa lo sekasar itu?

Hal yang membuat Aksena menjadi seperti ini, bukan sebab Mervin menarik tangannya dan dia merasa sakit, melainkan nada bicara Mervin yang cukup melukai hatinya.

Kenapa Aksena bisa sampai seperti ini, padahal jika Aksena tidak mempunyai perasaan pada Mervin, tidak perlu sampai seperti ini.

Apakah hal ini muncul karena Aksena sudah mempunyai perasaan pada Mervin, sehingga dia merasa sakit sebab dibentak oleh cowoknya sendiri?