webnovel

Terjangan Sang Superhero

Indonesia kedatangan pesawat lintas galaksi dan dimensi. Pesawat tersebut rupanya membawa serta pasukan alien dalam jumlah besar. Untuk apa pesawat alien membawa pasukan segitu besar kalau bukan untuk menguasai bumi secara besar-besaran. Hal tersebut yang menjadi sumber keresahan para penduduk bumi. Keresahan para penduduk bumi pun dijawab oleh sekelompok pahlawan super yang tergabung dalam Serdadu Hansip. Kelompok ini akan menjadi tumpuan harapan para penduduk bumi dalam menghadapi serbuan makhluk ekstrateresterial itu.

Acep_Saep88 · War
Not enough ratings
10 Chs

Masih Sedang Mengumpulkan Para Superhero

Pada siang hari yang terik itu di suatu area lapang di pinggir suatu hutan. Sesosok makhluk ekstrateresterial yang adalah Doros Tabrul sedang berjalan sembari menenteng senapan besarnya.

Ia berjalan menghampiri ke arah sosok alien lain yang memiliki penampilan seperti seorang manusia perempuan dengan pakaian serba merah serta cenderung seronok. Sosok alien perempuan berkulit biru terang serta memiliki wajah yang kecantikannya seperti seorang manusia perempuan.

"Doros Tabrul, langkahmu begitu gontai. Pasti kau sedang mendapatkan masalah serius di sini," ujar alien perempuan itu.

"Kirlita Jeli, kau benar sekali. Aku baru saja melakukan kesalahan dengan membunuh manusia pelindung bumi itu," tukas Doros kemudian menghentikan langkahnya.

Kirlita tersenyum sinis sembari menatap ke arah sosok besar yang merupakan lawan bicaranya itu.

"Jager Hakan akan menertawakanmu jika mendengar hal ini. Kesalahanmu lebih terletak pada ketidakmampuanmu mencegah manusia itu hidup kembali. Seharusnya kau lebih tanggap akan kemungkinan itu. Kau tidak mempertimbangkan kehadiran para penyihir di planet ini. Merekalah yang selama ini berupaya mencegah agar ruang antar dimensi tidak diobrak-abrik makhluk sihir yang dapat membahayakan planet mereka. Ambil saja contohnya adalah Margon. Kau tahu dia, bukan?" tukas Kirlita seraya membentangkan telapak tangan kanannya.

"Aku tidak peduli soal Margon. Aku sekarang hanya berpikir bagaimana caranya agar aku bisa membawa planet ini ke hadapan yang mulia Kaisar Ordinen Kasalga. Aku telah menanam banyak sekali benih di seluruh permukaan planet ini. Yang terbesar sudah aku tanam tepat di bawah sebuah monumen di Jakarta," tukas Doros sembari meletakkan senapan lasernya.

Kirlita tampak menyipitkan kedua matanya.

"Di Jakarta akan terjadi kerusuhan. Para pendemo yang meminta presiden mengundurkan diri akan melakukan aksi anarkis jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Kau bisa menyerap energi anarkistis dari mereka dan menyalurkannya ke dalam benih yang tertanam tepat di bawah mereka. Setelah itu, booom!" Kirlita membuka kepalan tangannya yang terangkat dengan segera.

Doros tampak tersenyum puas mendengar kata-kata Kirlita.

"Kau memang tangan kanan yang mulia yang paling cerdik, Kirlita. Baiklah, aku akan memulai pengaktifannya," ia berkata kemudian mengambil senapannya.

Kirlita tersenyum sinis kemudian menghilang bersama dengan kelebatan cahaya berwarna merah terang.

Sementara itu di suatu hari di Kota Karawang, tepat di antara kesibukkan aktivitas di dalam sebuah bank. Para teller sibuk melayani para nasabah yang hendak melakukan setor atau penarikan tunai.

Di saat itu, tepat di jalan raya di depan bank tersebut, berhentilah sebuah van berwarna biru yang dengan cepat pintu-pintunya dibuka dari dalam. Dari van biru tersebut keluarlah beberapa orang berpakaian serba hitam dan mengenakan topeng hitam yang menutupi seluruh kepala serta menenteng berbagai jenis senjata api.

Dengan gerakan cepat, orang-orang bersenjata tersebut merangsek ke dalam bank. Mereka mengancam orang-orang yang ada di dalam bank agar tidak coba-coba melakukan perlawanan.

"Menunduk kalian semua! Jangan ada yang bergerak atau kepala kalian akan kulubangi!" salah satu perampok tersebut berkata dengan nada penuh ancaman seraya menodongkan senjata api laras panjangnya ke arah para nasabah yang kini sedang dibariskan di satu titik.

Sementara para perampok lainnya menodongkan senjata ke arah para teller untuk memaksa mereka menyerahkan uang yang ada di dalam kas.

"Cepat serahkan uangnya! Jangan coba-coba menolak!" teriak salah satu dari mereka yang sedang menodong para teller.

Orang-orang di dalam bank tersebut merasakan ketakutan yang amat kuat ketika para perampok bersenjata api tersebut mengumbar tembakan hingga memecahkan kaca.

Namun kemudian salah seorang dari para perampok yang datang belakangan tampak berbicara sembari mengacungkan kedua tangannya yang tidak bersenjata.

"Klasik sekali. Caramu mendapatkan uang dari bank persis sama dengan cara perampok amatiran yang sedang merampok nenek-nenek," ujarnya dengan nada suaranya yang seperti sedang membaca puisi.

"Kalau begitu lakukan caramu, jo!" tukas salah seorang perampok.

Perampok yang dipanggil 'Jo' tersebut tampak mendekat ke arah salah seorang teller yang sedang gemetar ketakutan.

"Halo cantik. Kau persis mendiang istriku. Kau tahu aku sangat merindukannya. Dia adalah istri yang penuh cinta. Kepergiannya memukul hatiku hingga hancur sehancur-hancurnya," ia berkata disambut tatapan keheranan rekan-rekannya.

"Jo, kita tidak punya banyak waktu. Polisi sebentar lagi akan mengepung tempat ini," ujar salah satu rekan Jo disambut tatapan mendelik oleh Jo.

"Kau meragukanku, Slick? Kita lihat isi kasnya, yahahahaha," Jo tertawa melengking kemudian melompat ke balik meja teller dan mengobrak-abrik laci dan kas tempat penyimpanan uang.

"Yahahahaha...."

Suara tawa Jo melengking sesaat setelah berhasil menggondol milyaran rupiah uang tunai dan membawanya ke dalam mobil vannya.

Namun langkahnya dan teman-temannya terhenti ketika di luar para polisi telah mengepung mereka.

"Apa kubilang, jo! Lihat para polisi itu!" gerutu salah satu rekan Jo.

Jo tampak ternganga melihat para polisi bersenjata lengkap telah mengepung tempat tersebut. Puluhan mobil polisi juga tampak memenuhi jalan di sekitar bank tersebut.

"Yahahahaha.. Aku punya ini."

Rupanya Jo telah menyandera salah seorang petugas bank yang dalam hal ini adalah teller wanita tersebut. Ia telah membawa wanita tersebut secara paksa dari dalam bank.

"Kalian sebaiknya menyingkir atau akan kuledakkan tubuh perempuan ini. Lihatlah ini," Jo berkata lantang seraya menunjuk ke arah beberapa batang pipa pendek lengkap dengan kabel dan penghitung mundur yang telah dirakit dan ditempelkan ke badan perempuan malang tersebut.

Beberapa orang polisi tampak terkesiap melihat hal tersebut.

"Bajingan! Siapa lagi yang bisa melakukan hal itu kalau bukan si Jonathan Harma alias Johar! Dia memang biang kerok segala kejahatan di Karawang!" umpat salah seorang dari mereka.

"Kalau dalam keadaan begini, di mana gerangan Civet-Man?" timpal yang lain.

Mendadak terdengar suara seperti banyak benda berjatuhan tepat di belakang Jo dan kawan-kawan. Setelah itu tempat tersebut mendadak diselimuti asap tebal nan pekat serta agak berbau yang tidak mengenakkan.

"Yahahahaha... Akhirnya kau muncul juga!" terdengar Jo tertawa melengking kemudian berkata dengan nada seperti kegirangan.

Tanpa Jo sadari, tawanannya telah hilang meninggalkan bom pipa yang telah hancur. Dalam kondisi hampir tidak dapat melihat, samar-samar ia melihat goresan di atas lantai keramik berbentuk sepasang taring panjang lengkap dengan gigi-gigi kecil yang terhubung. Kemudian sketsa gigi-gigi dan taring-taring tersebut memiliki sepasang telinga khas seekor Civet Cat.

Tak lama kemudian terdengar suara gaduh disusul suara teriak kesakitan entah dari siapa saja. Sempat terdengar suara rentetan senjata api namun hanya sebentar.

Juga terdengar suara benda-benda yang saling beradu dengan suara yang cukup keras.

Asap pekat yang menyelimuti tempat tersebut perlahan menghilang kemudian latar tempat berganti menjadi di sebuah tempat yang memiliki penerangan minim.

Di sana Jo sedang terikat dengan kedua tangan digantung ke pipa-pipa air. Sedang kedua kakinya menginjak sebuah bangku kecil yang ringkih yang bisa patah sewaktu-waktu.

Tak lama sebuah bayangan mendekat. Bayangan itu menampilkan sesosok laki-laki berpakaian kekar penuh otot besi di pakaiannya. Ia mengenakan semacam helm yang juga topeng berbentuk seperti kepala Civet Cat.

"Hohoho, halo Arkim Surnaman. Senang sekali kau membawaku kemari, teman lama," Jo berkata dengan terengah.

Sosok Civet-Man itu hanya termangu di tempatnya. Ia cukup lama terdiam hingga membuat Jo merasa tidak sabar.

"Kenapa diam saja, teman? Yahahahaha... Kau pasti merasa kesal karena aku masih menganggapmu sebagai teman, bukan?" katanya.

Tiba-tiba Civet-Man melesat kemudian mencengkeram kerah baju Jo hingga hampir mencekik laki-laki yang kini sudah tidak mengenakan topeng perampoknya.

"Aku selalu mengatakan pada diriku sendiri bahwa temanku yang bernama Jonathan Harma telah lama mati dibunuh oleh orang yang kini ada di hadapanku!" maki Civet-Man dengan suara seperti menggelegar.

"Yahahaha.... Teruslah seperti itu, teman. Memang teman masa kecilmu itu sudah lama mati. Meski begitu, dia tidak akan pernah berusaha melupakanmu," Jo berkata sembari tertawa lepas.

Civet-Man melepaskan cengkeramannya kemudian beranjak pergi.

"Seharusnya aku tidak membuang-buang waktu berbicara denganmu. Ada hal yang lebih penting yang harus kulakukan. Kau coba lepaskan dirimu sendiri. Secerdik apa dirimu itu, Jo," katanya saat menahan langkahnya.

Jo tertawa melengking kemudian menundukkan kepalanya secara tiba-tiba seolah dia tertidur tiba-tiba.

Sementara Civet-Man yang kini berada di ujung lorong di mana ia menyekap Jo, kedatangan seseorang yang dulu sering ia lihat di layar kaca.

"Pak Presiden Arsid?" ucapnya.

"Civet-Man? Jangan panggil saya presiden. Saya sudah lama meninggalkan posisi bergengsi itu," tukas Arsid.

"Jadi di mana perangnya?" tanya Civet-Man yang bernama asli Arkim Surnaman itu.

Arsid menghela nafas kemudian berbicara.

"Tepat di hadapan kita. Makhluk itu telah membunuhku hingga memaksaku meminta bantuan seorang penyihir terkuat yang pernah ada," katanya.

"Membunuhmu? Menarik sekali," tukas Arkim.

"Aku sudah mendapatkan banyak hal mengenai makhluk itu. Namanya adalah Doros Tabrul. Ia berasal dari dimensi ke seratus sebelas dunia kita. Tepatnya dari sebuah planet yang sangat jauh bernama Planet Darb. Ia sudah di bumi bersama para pasukan kelelawar setannya. Ia juga sudah menanamkan banyak materi logam yang dikenal sebagai Benih di seluruh penjuru dunia. Yang terbesar ada di bawah Monas," tutur Arsid.

Arkim tampak manggut-manggut.

"Sepertinya menarik. Tapi tugas saya hanya menghajar para penjahat dari sesama kita dan bukan alien, Pak Arsid. Sangat salah alamat jika anda meminta saya berkelahi dengan alien berteknologi maju. Saya juga menyarankan anda untuk tidak mencoba mencari gara-gara dengannya. Sebab anda sama seperti saya. Kita bukan pahlawan super yang dengan mudahnya melawan makhluk dari dimensi lain yang memiliki teknologi yang sangat maju. Kita hanya akan melakukan aksi bunuh diri dengan nekat melawan alien itu. Dan yang lebih buruk bisa saja terjadi padamu, yaitu mati lebih dari sekali," tukasnya disambut tatapan dingin Arsid.

"Jadi anda ingin mengandalkan para superhero untuk melawan Doros Tabrul? Anda tidak tahu kalau para superhero banyak yang terpencar. Kalau bukan saya yang berusaha mengumpulkan mereka, lalu siapa lagi?" kata Arsid. "Tapi tidak apa jika anda tidak mau. Lagipula saya sedang diburu waktu untuk mencari para superhero. Maaf sudah mengganggu waktu anda."

Arkim hanya mengangguk. Ia kemudian melihat tempat kosong di mana Arsid sebelumnya berdiri.

Ia kemudian beranjak hendak kembali menuju di mana Jo ia gantung. Namun ia terkejut saat mendapati tawanannya telah menghilang, melarikan diri.

"Brengsek!" Ia mengumpat kemudian berlalu meninggalkan tempat tersebut.

Sementara itu pada tahun 2014 di dalam sebuah yacht atau kapal pesiar kecil bertingkat tiga, seorang laki-laki berpakaian seperti seorang ninja tanpa topeng, sedang membantai selusinan orang yang menyerangnya menggunakan berbagai jenis senjata baik senjata api maupun senjata jarak dekat.

Laki-laki tersebut segera menyelesaikan aksinya ketika mendengar suara jeritan dari arah ruangan di lantai paling atas.

"Yumiko!" ucapnya seraya melompati balkon untuk selanjutnya menaiki tangga menuju lantai atas.

Selepas menghabisi para petarung sewaan tersebut, ia berhasil mencapai lantai tiga dan mendapati gadis yang ia panggil Yumiko itu sedang terbaring lemah di atas sebuah kasur karet. Sementara di sekelilingnya para kakek yang merupakan anggota sindikat kejahatan, sedang mengerubungi gadis itu.

Laki-laki itu menyipitkan kedua matanya. Kemudian ia memberondong semua orang yang semuanya adalah kakek-kakek itu, menggunakan sepucuk senapan mesin ringan. Suara rentetan senapan mesin kecil tersebut beriringan dengan puluhan butir proyektil yang menerjang orang-orang tersebut hingga tewas.

Setelah menghabisi para kakek-kakek itu, laki-laki tersebut menghampiri Yumiko yang masih belum sadarkan diri.

"Celaka! Para bajingan ini telah mencekoki Yumiko dengan narkoba berdosis tinggi. Yumiko tidak akan selamat kalau begini. Aku harus segera membawanya ke rumah sakit. Tapi kapal ini terlalu jauh dari pelabuhan ataupun daratan," gumamnya setelah memeriksa kondisi tubuh Yumiko.

Sementara itu dari arah belakangnya terdengar suara langkah-langkah kaki diiringi dengan suara teriakan orang-orang dalam bahasa Jepang.

"Aku harus segera membawa Yumiko pergi. Untung saja posisi motor boat itu tidak jauh dari sini," gumamnya seraya membopong tubuh Yumiko dan membawanya keluar menuju sebuah motor boat yang menggantung di bagian kiri kabin lantai tiga kapal itu.

Dengan segera laki-laki itu menaiki motor boat kemudian menjatuhkannya bersamanya dan juga Yumiko yang kini ia pangku.

Byurrrrr

Motor boat yang dinaiki laki-laki itu mendarat dengan keras di atas air laut hingga menggelinjang keras. Sementara dari atas kapal, beberapa orang bersenjata api menembakkan senjatanya ke arah motor boat di mana laki-laki itu sedang berusaha menghidupkan mesinnya.

"Saatnya bagi kalian untuk hancur, bajingan!" Laki-laki itu mengangkat tangan kanannya yang menggenggam sebuah remot kontrol kemudian menekan tombol merah berukuran besar di permukaannya.

Blaaaaaarrrrrrr....

Kapal tersebut meledak, menyemburkan api dan asap serta material yang berhamburan. Orang-orang yang menyerang laki-laki itu banyak yang tewas terkena ledakan. Sebagian di antara mereka juga ada yang terjun ke laut.

Sementara laki-laki itu telah menjauh dengan motor boat rampasannya.

Laki-laki yang adalah Mardi Djamanhuri itu membawa Yumiko Takeda menuju suatu pulau kecil di tengah lautan. Di pulau itu, ia membawa gadis itu ke dalam sebuah gua yang memiliki ruangan rahasia di bawah tanah.

"Halo Mardi. Aku senang kamu berhasil membawanya dalam keadaan baik-baik saja," ujar seorang laki-laki berwajah khas Asia Timur yang menyambut Mardi saat mencapai ruangan bawah tanah di dalam gua itu.

"Kim, apa kau tidak kelaparan? Aku membawa beberapa bungkus makanan saat menyerbu kapal itu," tukas Mardi seraya menaruh sekantong plastik besar makanan hasil rampasannya.

"Terimakasih banyak, Mardi. Tapi aku tadi sempat memanggang belut laut. Rasanya enak sekali meski tanpa bumbu," tukas Kim seraya membuka bungkusan itu.

Waktu dipercepat ditandai dengan kilatan cahaya berwarna putih.

Mardi menyelam ke dalam Palung Filipina untuk menemukan ganggang biru yang diyakininya dapat digunakan untuk menyembuhkan Yumiko yang masih dalam kondisi koma akibat narkoba yang dijejalkan oleh para kakek anggota sindikat kejahatan yang menculik gadis itu.

Di dalam palung tersebut, Mardi melihat banyak sekali ikan besar seukuran manusia bahkan lebih besar serta memiliki panjang sekitar empat meter. Ikan tersebut memiliki sepasang mata yang menyala terang di dalam gelapnya lautan dalam itu.

Ia tidak menemukan ganggang biru yang dimaksud. Ia malah bertemu dengan sesosok makhluk ekstrateresterial yang tinggal di dasar palung itu. Makhluk tersebut adalah Kai Ser Djon. Ia adalah pemimpin para alien yang berasal dari Planet Usor, yang dikenal sebagai bangsa Ardamania.

"Mardi Djamanhuri. Anda tidak akan menemukan ganggang biru di sini. Sebab itu sudah lama punah sejak manusia senang meledakkan bom nuklir di lautan," ujar Kai Ser Djon dengan suara menggemuruh.

"Tapi saya harus menyelamatkan teman saya yang sedang sekarat, tuan Djon. Ia membutuhkan pertolongan segera. Ganggang biru itu sangat penting untuk menyelamatkan dia," tukas Mardi dengan putus asa.

"Ganggang biru bukan satu-satunya solusi. Ini, aku beri kamu Bubuk Ardamania. Ini akan menyembuhkannya. Tapi jika di kemudian hari temanmu yang akan kamu selamatkan ini mengkhianatimu, maka kamu harus bisa menyadarkannya. Tapi ingat kau takkan bisa membunuhnya. Kau hanya bisa melakukan apa yang bisa kau lakukan untuk menyadarkannya," papar Kai Ser Djon seraya memberikan sebongkah kecil seperti batu yang terdiri dari susunan bubuk halus kepada Mardi.

Mardi menerima bongkah tersebut seraya menatap penasaran ke arah Kai Ser Djon.

Waktu kembali dipercepat.

Mardi diceritakan telah kembali ke pulau kecil itu. Namun ia mendapati di dalam gua hanya tinggal Yumiko. Sedangkan Kim sudah tidak ada di tempat itu.

"Kim? Di mana kau?" panggil Mardi.

Namun nihil, orang yang ia cari sudah tidak berada di gua itu lagi.

"Kenapa dia pergi? Padahal dia sudah bilang tidak akan ke mana-mana untuk menunggui Yumiko sampai aku kembali," gerutunya seraya menghampiri Yumiko yang masih dalam kondisi tidak sadarkan diri.

Mardi kemudian menggunakan Bubuk Ardamania untuk menyembuhkan gadis itu. Bubuk tersebut dapat mengalir memasuki pori-pori kulit Yumiko hingga kemudian gadis itu terbangun kemudian terbatuk-batuk untuk selanjutnya memuntahkan cairan berwarna keunguan.

"Yumiko, akhirnya kamu siuman juga," ucap Mardi dengan gembira seraya membantu Yumiko duduk.

"Mardi?" Yumiko menatap ke arah Mardi dengan tatapan sayu.

Selanjutnya ia memeluk laki-laki itu dengan erat.

"Terimakasih sudah menolongku lagi," katanya seraya terisak.

Sekarang, di Osaka, Jepang

Yumiko yang berbalut kimono dengan motif bunga sakura, sedang melayani pembeli yang berdatangan ke stand minuman es teh melatinya.

Tampak Arsid turut berada di dalam barisan antrian. Ia tampak memperhatikan gadis penjual es teh itu.

"Nona Yumiko Takeda. Apa kabar, manis?" ujar Arsid saat tiba di depan gadis itu.

"Kenapa ya selalu laki-laki tua yang menggodaku? Tidak ada yang lebih muda apa?" Yumiko menatap dengan wajah cemberut ke arah Arsid.

"Jangan tersinggung, nona. Aku tidak tahu kalau kamu benar-benar sering mengalami hal buruk dengan para laki-laki tua," tukas Arsid seraya terkekeh.

Yumiko hanya mendengus.

"Katakan saja ada perlu apa, Pak Presiden? Oh, saya lupa anda ternyata sudah tidak lagi menjabat," kata Yumiko.

"Doros Tabrul. Kamu tahu siapa itu?" tukas Arsid.

Yumiko terlihat memasang wajah serius.

"Kai Ser Djon pernah menyebutkan nama itu. Ternyata kata-katanya soal makhluk ini benar adanya. Bumi hanya tinggal menunggu waktu untuk kiamatnya karena makhluk dari Planet Darb itu," kata Yumiko yang lantas tanggap dengan perkataan Arsid.

"Lantas apakah anda bersedia bergabung?" tanya Arsid.

"Bergabung untuk?" Yumiko balik bertanya.

"Kita harus menanggapi ancaman yang datang dari makhluk ini, Yumiko. Aku sedang mengumpulkan para pahlawan super maupun orang-orang biasa yang mau bergabung untuk melawan serbuan Doros Tabrul. Aku tidak bisa menghadapinya sendirian," tukas Arsid.

Yumiko tampak tercenung seraya mengaduk-aduk minuman tehnya.

"Tapi aku sibuk, Pak Arsid. Aku harus berjualan untuk bertahan hidup," katanya seraya melambaikan tangan ke arah pelanggan yang menunggu di belakang Arsid. "Silahkan, tehnya sudah siap," ucapnya.

"Baiklah, aku tidak akan memaksa. Tapi perlu kamu ketahui di bawah taman bermain anak-anak itu telah ditanamkan sejenis benih yang adalah senjata penghancur oleh Doros Tabrul. Ia tidak perlu menggali. Ia hanya cukup meneleportasikan benda itu ke dalam tanah," tukas Arsid seraya mengambil cup berisi es teh.

Yumiko tertegun mendengar perkataan Arsid. Ia kemudian merentangkan telapak tangan kanannya dan mengarahkannya pada taman bermain anak-anak beberapa meter di sebelah kanan stand dagangannya.

"Sial!" umpatnya saat merasakan kekuatannya seperti memantul oleh suatu benda yang sangat keras yang berada di bawah taman bermain itu.