webnovel

Masih Terasa Sakit

" Maxxxx!" teriak Netta sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Kenapa aku tidak merasakan sakit di kepalaku? batin Max lalu membuka matanya kembali.

" Ini adalah peringatan! Jika lo masih banyak bicara, peluru itu akan berpindah di kepala lo!" kata pria itu.

" Aku sudah bilang..."

" Diam!" teriak pria itu dan Netta.

" Diam, Max!" kata Netta lagi. Jantung Netta seperti mau lepas saat mendengar suara tembakan tadi. Nyawanya seakan terlepas dari raganya membayangkan Max meninggalkan dunia ini. Max terdiam karena teriakan Netta, mendengar Netta menyebut namanya saja Max merasa sangat bahagia. Kemudian pria itu menaruk kedua tangan Max dan mengikatnya dengan lakban.

" Apa dia istri lo?" tanya pria itu. max hanya diam saja, aku inginnya begitu! batin Max.

" Bukan!" jawab Max datar.

" Kekasih lo?" tanya pria itu lagi.

" Bukan!" jawab Max lagi dengan perasaan khawatir. Pria itu sangat kesal dengan jawaban Max.

" Lo! Apa benar dia bukan suami lo?" tanya pria itu pada Netta. Netta bergeming.

" Jawab! Atau lo pengen gue nembak dia?" teriak pria itu.

" Jangan! Iya! Bukan! Dia bukan suami gue!" jawab Netta.

" Kekasih?" tanya pria itu.

" Bukan juga!" jawab Netta.

" Serius? Gimana kalo gue melakukan ini pada dia?" ucap pria itu lalu menekan luka di kening Max dengan ujung pistolnya. Max bertahan merasakan sakit yang teramat sangat di keningnya yang sobek.

" Akhhhhh!" akhirnya Max berteriak tidak tahan lagi. Hati Netta terasa teriris-iris melihat kejadian itu. Max menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda Netta harus tega padanya.

" Hmmm! Mungkin ini akan membuat lo berubah pikiran!" kata pria itu lalu menempelkan pistolnya di dahi kanan Max dan menarik pelatuk pistol dengan pelan.

" Percuma saja! Gue sudah bilang sama lo kalo gue...!"

" Hentikan! Gue akan lakukan apa mau lo!" kata Netta yang tiba-tiba saja berteriak karena bagaimanapun dia takut jika sesuatu benar-benar terjadi pada Max.

" Netta?" ucap Max lirih, dia tersenyum dan tidak percaya dengan apa yang terjadi dihadapannya saat ini.

" Jangan senang dulu! Gue malakukan ini karena rasa kemanusiaan!" kata Netta dingin. Max tidak perduli karena apapun itu, baginya sikap Netta saat ini sungguh diluar dugaannya.

" Ternyata kalian saling mencintai!" kata pria itu.

" Tidak sama sekali!" jawab Netta datar.

" Ok! Kalo gitu gue akan keluar dari sini tanpa ada yang menghalangi!" kata pria itu.

" Tapi polisi telah mengepung tempat ini!" kata Ken.

" Tapi dia akan membantu gue lolos dari sini!" kata pria itu menunjuk Netta.

" Tidak! Lo nggak boleh membawa dia!" kata Max khawatir.

" Lo nggak berhak bicara!" kata pria itu.

" Jangan Netta! Kamu memiliki keluarga!" kata Max lagi.

" Kemarilah, sayang!" kata pria itu.

" Tidak, Netta! Jangan! Biarkan dia menembakku!" kata Max.

" Diam!" teriak pria itu memukul lagi kepala Max hingga semakin berdarah dan terjatuh ke lantai.

" Diamlah bodoh! Apa lo ingin mati sia-sia?" kata Netta yang berjalan pelan mendekati pria itu.

" Aku tidak perduli! Aku tidak akan membiarkan bajingan ini menyakitimu!" kata Max lagi sambil mencoba berdiri.

" Banyak bacot lo!" kata pria itu menendang tepat diperut Max yang terluka di dalam.

" Akhhhhhh!" teriak Max kesakitan, dia merasa nyawanya seakan melayang keluar dari tubuhnya. Mata Netta berkaca-kaca mendengar teriakan Max yang sangat keras dan terasa menderita.

" Benar-benar menyebalkan!" kata pria itu melihat Max yang kesakitan. Tanpa disadari oleh pria itu Netta meraih pisau yang dicabut oleh pria itu dari tangannya tadi dan dibuangnya dilantai. Secepat kilat Netta berlari dan mencoba menusuk pria itu, tapi pria itu tiba-tiba memutar kepalanya dan melihat Netta yang berlari kearahnya. Dorrrr! Suara tembakan kembali terdengar untuk yang kedua kalinya. Dengan cepat Ken dan polisi menyerobot masuk mendekati TKP. Dilihatnya pria itu terjatuh dengan dada berlumuran darah dan pisau yang dipegang oleh Max.

" Saya yang menusuk dia!" kata Max dengan wajah pucat dan kesakitan.

" Anda kami tahan...!" kata seorang polisi lalu membawa Max. Ken yang melihat kejadian itu bertanya-tanya dalam hati. Netta hanya diam saja saat Max dibawa oleh Polisi keluar kamar rawat Malv. Tiba-tiba terjadi kegaduhan diluar kamar, Ken dan Netta bergegas keluar dan mereka melihat Max terkapar tidak sadarkan diri.

" Astaga! Maxxxx!" panggil Netta dengan mata berkaca-kaca.

" Maxxxx!" panggil Netta lagi sambil akan mendekati Max.

" Kami akan menanganinya, Nyonya!" kata polisi yang menahan Netta untuk mendekat.

" Tolong selamatkan dia, Pak!" kata Netta dengan tangis yang tak dapat dia bendung.

" Ken! Max!" kata Netta, Ken menganggukkan kepalanya dan memeluk Netta sambil mengusap punggung wanita itu.

" Tenanglah! Dia akan baik-baik saja!" kata Ken.

" Dia harus baik-baik aja, Ken! Dia harus tahu jika dia memiliki putra!" kata Netta.

" Iya! Dia pasti akan tahu!" kata Ken.

Untuk beberapa hari Max harus dirawat secara intensif di Rumah Sakit karena penyakitnya. Bahkan Max harus dirawat di ruang ICCU selama seminggu, ruang ICU selama seminggu juga dan akhirnya Max dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tok! Tok!

" Gimana keadaan kamu?" tanya Ken pagi itu yang datang ke kamar Max.

" Baik!" jawab Max yang telah seminggu keluar dari ruang ICU.

" Baguslah!" kata Ken.

" Terima kasih!" kata Max .

" Untuk?" tanya Ken pura-pura tidak tahu.

" Semua pertolongan anda!...Netta pasti bahagia bersama anda!" kata Max dengan lirih.

" Besok saya harap kamu bisa hadir di persidangan!" kata Ken.

" Iya!" jawab Max.

" Terima kasih karena telah mengambil tanggung jawab Netta!" kata Ken.

" Apa maksud anda?" tanya Max.

" Saya tahu yang membunuh bukan kamu, tapi Netta!" kata Ken.

" Saya harus melakukannya untuk menebus semua kesalahan saya!" kata Max.

" Baiklah! Saya harus pergi!" kata Ken. Max menganggukkan kepalanya dan berdiri mengikuti Ken dari belakang dengan langkah pelan. Max membuka pintu kamarnya, tapi tangannya terhenti saat dilihatnya dari balik pintu dua sosok manusia, seorang pria dan wanita yang sangat dikenalnya.

" Bagaimana keadaannya?" tanya si wanita.

" Cukup baik! Yang penting dia mematuhi segala aturan yang telah diberikan, dia pasti sembuh!" kata si pria.

" Trima kasih atas semuanya!" kata si wanita.

" Aku hanya ingin kamu membalas perasaanku, Netta!" kata si pria.

" Dewa..."

" Kamu sudah janji padaku!" kata Dewa lagi. Netta terdiam sejenak lalu menganggukkan kepalanya.

" Ok!" kata Netta. Max meneteskan airmata untuk yang kesekian kalinya. Hatinya masih saja terasa hancur mendengar percakapan itu. Max berjalan pelan kembali ke brankarnya dan berbaring diatasnya. Apa yang aku pikirkan? Heh! Mana mungkin dia memperhatikan diriku! Aku sebaiknya meninggalkan mereka setelah persidangan.

Persidangan berjalan dengan lancar, karena Ken adalah pengacara yang sangat hebat dan memiliki reputasi yang sangat baik di dunia hukum. Oleh karena itu kasus Max sangat mudah baginya untuk ditangani. Max tidak melihat Netta sama sekali selama dirinya di pengadilan, sekali lagi dia tertawa kecut, karena masih saja berharap sesuatu yang jelas-jelas mustahil.

" Trima kasih atas semuanya!" kata Max pada Ken saat sidang pembacaan keputusan yang membuat dirinya terbebas dari segala tuduhan.

" Sama-sama! Kmu telah menolong Tata, jadi aku harus membalas kebaikanmu!" kata Ken.

" Itu bukan sesuatu yang besar dibandingkan apa yang telah aku lakukan pada istrimu dulu!" kata Max. Ken hanya terdiam mendengar ucapan Max.

" Sampaikan salamku dan sekali lagi permintaan maafku pada istrimu!" kata Max mencoba tegar.