webnovel

Pria Terbaik dalam Islam

Setelah menyerahkan tasbih kepada Inayah, Rangga langsung pamit dan berlalu dari hadapan Inayah.

Inayah terus berdiri menatap laju mobil warna putih yang dikemudikan oleh Rangga, perlahan melaju keluar dari halaman rumah mewah tersebut. Setelah itu, Inayah melangkah masuk ke dalam rumah.

Rangga berusaha mengambil sikap dan mencoba menempuh jalan hidup yang baru, semua itu mengingatkan Inayah kepada masa lalunya. Di mana Inayah pernah mengalami hal serupa seperti yang sekarang dialami oleh Rangga sahabatnya itu.

Malam harinya Rangga kembali menelepon Inayah, ia memberi tahukan kepada Inayah bahwa besok pagi dirinya akan langsung berangkat ke Purwakarta.

Inayah sebagai sahabat selalu berdoa untuk kebaikan Rangga. "Semoga apa yang Rangga niatkan menjadi satu amalan kebaikan dan semakin dipermudahkan dalam menggapai hidayah Allah," ucap Inayah lirih.

*

Di kediamannya, malam itu Inayah hanya berdua saja dengan Fatimah . Sementara Erni sedang pergi ke Rangkasbitung mengantarkan Riska pulang, karena orang tua Riska mengalami sakit keras dan sedang dirawat di rumah sakit.

“Maaf, Teh, boleh aku tanya sesuatu?” desis Inayah lirih mengawali pembicaraan.

“Silahkan, Neng! Mau tanya tentang apa?” jawab Fatimah tersenyum menatap Inayah.

“Aku mau tanya tentang masalah jodoh yang baik, pria seperti apakah yang harus kita jadikan calon imam atau suami?" sambung Inayah dengan mengajukan pertanyaan kepada Fatimah yang sedang duduk di sampingnya.

Kemudian, Fatimah menjawab lirih dan secara rinci pertanyaan yang diajukan oleh Inayah.

“Dalam pernikahan tidak hanya mengandalkan cinta saja. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan sebelum menentukan pilihan. Pada dasarnya, tidak hanya pria yang memiliki impian untuk mempunyai istri yang baik ketika menikah nanti. Setiap wanita pun juga pasti memiliki impian yang sama, yaitu mempunyai suami yang baik ketika kelak menikah,” imbuh Fatimah menuturkan.

“Terus tipe pria yang seperti apakah yang menurut Agama Islam bisa jadi suami yang baik, Teh?” tanya Inayah lagi, pandangannya terus terarah ke wajah Fatimah.

“Yang pertama adalah pria yang beragama Islam. Kedua pria yang taat dalam beragama, seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi Muhammmad SAW yang artinya. “Bila datang seorang laki-laki yang kamu ridhoi agama dan akhlaknya, hendaklah kamu nikahkan dia, karena kalau engkau tidak mau menikahkannya, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad)

Kriteria yang ketiga adalah, seorang laki-laki yang senantiasa menjauhkan dirinya dari kemaksiatan. Karena apabila seseorang mendekati kemaksiatan maka biasanya orang tersebut akan cenderung melakukan kemaksiatan. Oleh karena itu alangkah lebih baik bila seorang muslim menjauhi kemaksiatan. Seperti yang tertera pada firman Allah SWT yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah atas perintah Allah kepada mereka dan selalu taat pada apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahriim: 6).

Kriteria yang keempat adalah seorang laki-laki yang berasal dari keluarga baik-baik. Bukan hanya laki-laki yang menginginkan hal itu, namun seorang wanita pun pastilah menginginkan hal tersebut. Lingkungan keluarga biasanya akan mencerminkan bagaimana kepribadian seseorang. Oleh karena itu sebelum memilih laki-laki cobalah untuk mengetahui bagaimana kehidupan keluarganya atau kamu bisa mencoba untuk mengakrabkan diri dengan keluarganya terlebih dahulu.

Kriteria yang ke lima adalah seorang laki-laki yang taat dan santun kepada kedua orang tua. Karena hal ini bisa menunjukkan bagaimana nantinya kepribadian seorang laki-laki setelah berumah tangga denganmu. Apabila iya taat dan santun kepada kedua orang tuanya khususnya ibunya maka dapat di pastikan bahwa laki-laki tersebut akan menghormatimu dan menyayangimu seperti ibunya sendiri. Seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi Muhammmad SAW yang artinya :

“Dari Mu’awiyah bin Jahimah, sesungguhnya Jahimah berkata: “Saya datang kepada Nabi SAW untuk meminta izin kepada beliau guna pergi berjihad, namun Nabi SAW bertanya: “Apakah kamu masih punya Ibu-Bapak (yang tidak bisa mengurus dirinya)?”. Saya menjawab: “Masih”. Beliau bersabda: “Uruslah mereka, karena surga ada di bawah telapak kaki mereka.”” (H.R. Thabarani, adapun ini adalah hadits Hasan (baik)). “Dari Ibnu Umar RA, ujarnya: “Rasulullah SAW bersabda: “Berbaktilah kepada orang tua kalian, niscaya kelak anak-anak kalian berbakti kepada kalian; dan periharalah kehormatan (istri-istri orang), niscaya kehormatan istri-istri kalian terpelihara.”” (H.R. Thabarani, adapun ini adalah hadits Hasan).

Kriteria yang keenam adalah seorang laki-laki yang mandiri dalam ekonomi. Maksud dari mandiri dalam berekonomi adalah seorang laki-laki yang sudah memiliki penghasilan sendiri.

Kriteria yang ke tujuh adalah seorang laki-laki berjiwa pemimpin. Seperti yang di syariatkan dalam Islam bahwa seorang insan harus bisa menjadi seorang khalifah minimal untuk dirinya sendiri. Sama halnya dalam berumah tangga.

Kriteria yang ke delapan adalah memiliki tanggung jawab.

Kriteria yang ke sembilan adalah seorang laki-laki yang berperilaku lemah lembut. Karena bagaimana pun kodrat seorang wanita selalu ingin diperhatikan dan di manja oleh seorang laki-laki yang ia cintai.

Kriteria yang kesepuluh adalah laki-laki yang suka berketurunan dan subur. Setiap mahkluk hidup pastilah berkeinginan untuk memiliki keturunan dan dengan memiliki keturunan maka hubungan keluarga akan terus terjalin. Sebenarnya inilah yang membedakan Islam dengan agama lainnya. Dalam Islam diwajibkan untuk menikah dan bercampur apabila sudah waktunya sedangkan di agama lain membebaskan umatnya untuk tanpa pasangan dan tanpa keturunan sekalipun," ujar Fatimah menjawaban pertanyaan Inayah secara detail.

Apa yang di utarakan Fatimah, sangat menambah pengetahuan untuk Inayah dan menjadi suatu pedoman tatkala Inayah dihadapkan dengan kerisauan memilih pasangan yang baik untuk menemani hidupnya kelak.

Sangat berkesan, banyak sekali kalimat-kalimat nasihat bersumber dari hadits dan ayat-ayat Al-Qur'an, yang dituturkan oleh Fatimah. Sikap lugu dan pendiam dari sosok Fatimah, sangat bertolak belakang dengan kepintaran dan kecerdasan yang ia miliki, sejatinya Fatimah merupakan sosok wanita Muslimah yang patut dijadikan contoh sebagai panutan.

*

Malam semakin larut, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, rasa ngantuk pun sudah melanda. “Teh, aku masuk kamar dulu yah, sudah malam,” pungkas Inayah lirih.

“Iya, Neng,” jawab Fatimah sambil merapikan gelas dan piring serta dus sisa makanan yang ada di meja.

Inayah langsung berlalu dari hadapan Fatimah, melangkah menuju kamarnya untuk segera beristirahat merehat tubuh yang seharian disibukkan dengan berbagai aktivitas. Di dalam kamar, sebelum tidur, Inayah melaksanakan Salat Sunah dua rakaat, Salat sunah hajat dan berdzikir serta mengirimkan doa untuk kedua orang tuanya.

"Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil," ucap Inayah di sela-sela doa yang ia panjatkan.

Setelah itu, Inayah langsung membenamkan diri dalam selimut. "Bismillahirrahmanirrahim, Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut” Artinya: “Dengan nama-Mu ya, Allah! Aku hidup, dan dengan nama-Mu aku mati," ucap Inayah, kemudian langsung memejamkan mata.

Pukul tiga dini hari, Fatimah sudah membangunkan Inayah untuk segera melaksanakan Salat Hajat dan Salat Tahajud. Usai melaksanakan salat Inayah melanjutkan dengan membaca Al-Qur'an hingga menjelang waktu Salat Subuh. Setelah itu, Ia langsung melaksanakan Salat Subuh berjamaah bersama Erni dan juga Fatimah.

****